“Udah lama lo kerja disini?” Tanya Arvin mengalihkan pembicaraan. Dia tidak menjawab rasa penasaran Aji mengenai siapa dirinya. Nara hanya bungkam disebelah Aji.
“Udah hampir 4 tahun, Bang. Wuidiiih keren ya sekarang jadi CEO. Naikin gaji gue lah bang.” Rayu Aji.
“Ga bisa. Gue cuma sementara disini. Paling abis ini si Angga yang gantiin.”
“Jadi lo sama Pak Angga itu sodara, Bang? Dia abang lo?”
“Iya.” Jawab Arvin singkat, Nara bisa melihat Arvin tidak nyaman dengan topik mengenai keluarganya. “Si Juna sekarang dimana?” Tanya Arvin mengalihkan pembicaraan lagi.
“Dia sekarang udah jadi manager finance di perusahaan export-import, Bang. Pokoknya kerjaannya sukses lah. Tapi sayangnya percintaannya nggak.” Kata Aji yang sudah siap bergosip.
“Kenapa?”
“Batal nikah gara-gara diselingkuhi tunangannya. Katanya sih ceweknya selingkuh sama temen kerjanya.”
“Ooh..” Balas Arvin tidak tertarik. Nara sejak tadi terus memperhatikan ekspresi bosnya. Sekarang Arvin menunjukkan gesture tidak nyaman saat Aji menceritakan tentang perselingkuhan. Jiwa detektif Nara seakan bangkit. Ada apa dengan keluarga Arvin? Dan ada apa dengan pembahasan perselingkuhan yang membuat Arvin menjadi lebih hening?
Sejak Aji muncul, Arvin sudah tidak peduli dengan Nara. Dia bahkan mengabaikan gadis itu, seakan keberadaannya hanya pajangan disana. Arvin sibuk berbicara dengan Aji. Mengenang masa remaja mereka dan kebodohan-kebodohan yang dilakukakan pada masa itu. Tak ada informasi yang berarti yang bisa Nara gunakan untuk menyerang Arvin.
Hampir satu jam mereka duduk di meja kantin. Mengobrol dan tertawa, sementara Nara hanya jadi kambing congek. Arvin melihat jam tangannya, menandai dia ingin segera menyelesaikan pembicaraan dengan Aji.
“Lo hubungi si Juna. Suruh dia masuk kesini, dari dulu dia bagus kerjanya. Gue pasti butuh orang kayak dia diperusahaan ini.” Kata Arvin diakhir perbincangan mereka.
“Siap, Bang.” Balas Aji.
Arvin kemudian meninggalkan kantin, turun ke kantornya menggunakan lift. Jam makan siang sudah habis dan dia harus segera menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk.
“Besok gue makan siangnya di ruangan aja.” Kata Arvin pada Nara, kemudian dia masuk ke ruangannya. Fokus menghadapi tugas-tugasnya lagi. Arvin sepertinya tidak ingin terlalu banyak berbasa-basi dan mengobrol seperti tadi dengan Aji. Tadi dia mengatakan petinggi perusahaan yang makan di ruangan sok eksklusif. Sekarang malah dia yang meminta itu untuknya.
***
Mobil BMW Seri 5 berhenti di lobby Aditama Corp, Angga turun dari sana kemudian menyerahkan kunci pada satpam yang akan memarkirkan mobilnya. Dengan gagah dia berjalan memasuki kantor. Setiap orang menyapanya dengan ramah. Angga hanya tersenyum sekilas dan terus berjalan menuju lift.
Pintu lift terbuka di lantai 10, ruangan besar dengan chandelier mewah menggantung di langit-langit. Sebuah meja kerja berada di luar pintu menuju ruangan lain, ruang kerja CEO. Nara sedang sibuk dimeja kerja tersebut, menatap komputernya, tidak memperhatikan siapa yang tiba disana.
“Lo yang bawa Arvin ke kantor?” Tanya Angga tanpa basa-basi pada Nara. Kaget dengan pertanyaan tiba-tiba tersebut, Nara mendongak dan melihat wajah Angga yang kesal.
“Iya, Pak. Saya dapat amanat dari Pak Candra untuk membujuk Pak Arvin buat datang ke kantor.” Nyali Nara ciut berhadapan dengan Angga.
“Lo kok gak bilang gue dulu soal itu? Gue gak dikasih tau apa-apa soal Arvin yang gantiin ayah.” Kata Angga keras.
Nara bingung harus menjawab apa. Dia juga tidak tahu kalau harus memberitahukan semua perintah Candra pada Angga. Dia hanya mengikuti apa yang atasannya perintahkan, yaitu membawa Arvin bekerja menggenatikan Candra.
“Lo tuh cuma bawahan, ga punya wewenang buat nentuin siapa yang berhak gantiin posisi ayah!” Nada Angga semakin keras pada Nara.
Sebelumnya Nara tidak pernah melihat Angga semarah ini. Dia adalah salah satu senior manager yang ramah dan berwiba. Semua orang mengaguminya. Angga juga jarang memarahi bawahannya hingga berteriak seperti sekarang. Nara seakan menciut jadi kecil di kursinya menerima omelan Angga.
“Ya siapa juga yang bilang dia punya wewenang? Yang nyuruh dia kan si kumis, dia cuma nurutin aja maunya si kumis apa.” Balas Arvin santai dari belakang Angga.
Arvin baru saja selesai dari toilet ketika melihat Angga memarahi Nara. Tidak terima bawahannya jadi bahan samsak kakaknya itu, Arvin datang membela. Dia masuk ke kantor menggantikan ayahnya dengan keinginannya sendiri. Meskipun dengan sedikit paksaan dari Nara.
“Seneng lo gantiin posisi ayah?” Cibir Angga.
“Masalah lo apa sih, Ga? Lo pingin posisi si kumis jadi punya lo? Silakan. Ambil aja, lagian gue ga minat dan ga akan minta juga.”
“Terus kenapa lo sekarang masuk kantor? Mau sok-sok jadi pahlawan pas ayah sakit dengan dateng nyelamatin perusahaan dan gantiin dia?”
“Gue mau dateng kesini karena si kumis mau potong uang jajan gue. Puas lo?” Jawab Arvin jujur. “Lo kalau mau marah mending sama si kumis aja, ga usah jadi merembet ke gue apalagi ke bawahan gue. Kebiasaan banget lo ngelimpahin emosi lo sama orang yang posisinya lebih lemah dari lo.” Lanjut Arvin geram.
Selama beberapa detik kedua saudara itu saling menatap penuh ketegangan. Nara ingin sekali bersembunyi dibawah mejanya karena takut. Dia tidak pernah tahu bahwa Angga dan Arvin mempunyai hubungan yang buruk. Sebenarnya Nara memang tidak tahu apa-apa soal kehidupan pribadi atasannya beserta anak-anaknya.
“Lo sama sekali gak berkunjung ke rumah sakit dari kemarin. Anak macam apa lo? Lo cuma manfaatin duit ayah doang buat foya-foya. Ga tahu malu!” Cecar Angga.
“Lah, bukannya lo udah tahu kalau gue anak durhaka? Si kumis juga gak keberatan ngasih banyak duit buat gue. Kok lo yang sewot sih? Jangan sok jadi anak teladan deh. Basi. Mau menjilat segimanapun, lo harus tau posisi lo kayak apa depan si kumis.”
Angga kehilangan kata-kata, dia tahu apa yang dikatakan oleh Arvin itu benar. Dimata Candra, Angga bukanlah siapa-siapa. Semua hidup Candra hanya tentang Arvin. Dia bahkan membiarkan anaknya itu bertindak semaunya karena terlalu menyayanginya. Sementara bagi Angga, semembanggakan apapun dirinya, Candra tidak akan pernah menganggapnya. Dengan perasaan kesal, Angga berlalu. Berjalan menuju lift tanpa sepatah katapun lagi.
“Apa lo? Baru dikerasin gitu aja lemah!” Ucap Arvin pada Nara yang nyaris meringkuk karena ketegangan Angga dan Arvin, “Sekarang lo sekretaris gue, yang boleh marahin lo cuma gue!” Lanjut Arvin.
WHAT?
Laki-laki itu berkata seenaknya seolah Nara adalah properti pribadinya. Nara menahan napas kesal melihat Arvin yang sekarang sudah masuk ke ruangannya lagi.
Sebenarnya ada apa dengan Arvin dan keluarganya? Mengingat beberapa pembicaraan dengan Aji tentang Arvin dimasa muda semakin membuat Nara penasaran dengan kehidupan bosnya itu. Sekarang dia mengetahui juga tentang hubungan jeleknya dengan saudara laki-lakinya. Kemudian Candra yang mendukung semua ulah dan kelakuan manja Arvin selama ini. Nara benar-benar ingin tahu semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
May Keisya
skakmat Lo Angga wkwkwk
2023-11-04
0
anggit
apa sodara tiri yaa
2022-12-29
0
Diah Ani Pratiwi
♥️♥️♥️♥️♥️
2022-09-06
0