Tubuh Nara seakan tahu pikirannya sedang tidak baik-baik saja. Setelah kejadian paling sial dihidupnya kemarin, dia jatuh sakit dan harus dirawat selama 3 hari karena masalah lambung akibat stress. Bagaimana tidak stress, dia harus dihadapkan kenyataan pahit bahwa kesuciannya telah direnggut oleh laki-laki lain yang bukan kekasihnya. Salah satu laki-laki paling menyebalkan dibumi. Atasannya sendiri.
Reza muncul kembali dengan janjinya yang akan berubah dan permintaan maaf dengan tulus karena sempat mengatakan putus. Nara takut. Dia sudah tidak menginginkan pernikahan lagi. Merasa tidak pantas untuk Reza. Diberbagai kesempatan dia ingin mengatakan dengan jujur apa yang telah terjadi padanya, tapi urung. Tak sanggup melihat kedua orang tuanya kecewa, tak sanggup melihat Reza kecewa. Jika Nara tetap bungkam, semua kejadian kemarin hanya akan jadi mimpi buruk dan lembaran hitam yang akan menjadi rahasianya selamanya. Tak akan ada yang terjadi setelah ini.
Tak boleh ada yang tahu tentang malam itu.
...****************...
Arvin menguatkan hatinya untuk datang ke rumah Nara. Meskipun masih tak tahu apa yang dilakukannya ini akan berakibat apa untuk keduanya. Setidaknya dia harus tahu bagaimana kondisi gadis itu. Apakah dia baik-baik saja?
Mobilnya terparkir di badan jalan. Cukup mengganggu sebenarnya, namun disana tak ada tempat parkir yang layak. Kendaraan lain masih bisa lewat tentu saja, meskipun harus mepet dan berhati-hati. Rumah Nara berada di perumahan kecil dengan jalan-jalan sempit tanpa parkiran, menyulitkan orang-orang yang memiliki mobil. Arvin tidak mengira daerah itu ramai, banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang menoleh penasaran padanya saat turun dari mobil.
Arvin diterima dengan baik di rumah tersebut, kedua orang tua Nara sangat ramah dan senang ketika Arvin mengatakan bahwa dia adalah atasan Nara yang berniat menjenguknya. Kemudian ayahnya menemaninya duduk di ruang tamu sambil bercerita. Lelaki usia 60an dengan kumis dan rambut beruban, menggunakan baju koko serta sarung, sangat bersemangat menceritakan Nara dan kakaknya.
Sial! Sekarang Arvin benar-benar merasa sangat bersalah. Bagaimana kalau ayahnya sampai tahu apa yang telah dia perbuat terhadap putrinya. Arvin mengutuki dirinya sendiri setiap detik. Baru pertamakali dalam hidupnya dia merasa sangat takut menghadapi orang lain seperti sekarang.
“Nara sakit apa ya, pak?”
“Biasa sakit lambung. Kata dokter sih stress. Mungkin karena mau deket nikahannya, jadi kepikiran.”
“Pernikahannya.. jadi? Ehmm.. Maksudnya, kapan?” Tanya Arvin bingung. Bukannya Nara diputuskan oleh pacarnya dan pernikahannya terancam batal?
“Sebulan lagi lah kira-kira. Dateng ya, dek. Harus datenglah atasannya mah.” Katanya ramah.
What? Jadi pernikahan Nara dan pacarnya tidak jadi dibatalkan? Apa yang terjadi sebenarnya?
Nara muncul menemui Arvin diruang tamu dengan enggan. Setelah dipaksa berkali-kali oleh ibunya, baru Nara akhirnya menurut. Melihat wajahnya lagi membuat Nara rasanya ingin menangis, memukulnya, menusuk perutnya, mencabiknya. Benar-benar membencinya! Apalagi sekarang ayahnya malah sedang tertawa dan mengobrol santai dengannya. Memuakkan!
“Kita ngobrolnya diluar aja.” Kata Nara saat masuk ke ruang tamu. Matanya menatap Arvin dengan penuh kebencian. Arvin paham, dia boleh melakukan apa saja padanya karena semua perbuatan hina yang telah dilakukannya.
“Loh kok diluar? Udah ngobrol disini aja, nanti ibu siapin makanan. Kita makan dulu. Kan jarang atasan kamu kesini.” Kata ibunya ramah. Tak ingin Arvin cepat-cepat beranjak.
Arvin mengerti dengan kode yang diberikan Nara. Dia akhirnya berpamitan untuk pergi ke tempat lain agar bisa berbicara berdua dengan Nara. Di mobil mereka saling terdiam. Nara memalingkan wajah, tak ingin menatap wajah laki-laki busuk disampingnya.
Mereka turun di sebuah café tak jauh dari rumah Nara. Suasana café tersebut sepi, mereka mengambil salah satu tempat duduk outdoor, paling pojok, paling tak terlihat, dan paling jauh dari keramaian.
“Mau ngapain lo ke rumah gue?” Tanya Nara dingin. Arvin kaget dengan cara bicara Nara padanya. Jelas bahwa gadis itu sedang tidak dalam posisi berbicara pada atasan. Semua keprofesionalannya hilang menguap menjadi amarah.
Arvin menghela napas berat, “Gue dateng buat minta maaf dan tanggung jawab sama perbuatan gue minggu lalu. Gue minta maaf, Ra. Gue nyesel banget.”
“Harusnya lo mikir sebelum ngelakuin perbuatan kurang ajar sama gue! Lo cowo bre*ngsek!” Maki Nara penuh amarah.
“Gue khilaf. Gue ga bisa..ngendaliin diri gue sendiri.”
“Alasan tolol. Basi tau ga? Lo pikir gue bakal maafin lo, gitu? Lo udah bikin hidup gue hancur tau ga?” Kini air mata tak bisa dibendung lagi, Nara benar-benar emosi.
“Gue mau tanggung jawab sama perbuatan gue, Ra.”
“Maksud lo apa mau tanggung jawab?”
“Kita nikah.”
“Gila lo! Emangnya gue mau nikah sama lo? Sebulan lagi gue nikah sama Reza. Lebih baik lo diem dan tutup mulut aja soal kejadian kamaren. Jangan ganggu hidup gue dan sok-sok mau tanggung jawab.”
“Bukannya lo batal nikah sama cowok lo? Lo dateng ke gue karena gagal nikah, kan? Kenapa sekarang tiba-tiba lo bilang bakal tetep nikah sama pacar lo? Tolong jelasin, gue ga ngerti.”
“Reza balikan lagi sama gue, dan kita akan tetep nikah. Makanya lo tutup mulut soal semua kelakuan bejad lo itu. Gue gak butuh lo.”
Arvin terdiam sejenak mencerna informasi yang baru saja dia dengar. Bagaimana dengan semudah itu Nara menerima laki-laki itu kembali setelah memutuskan hubungan dan mengatakan untuk membatalkan pernikahan mereka? Bagaimana hal ini masuk akal untuknya? Lama keduanya terdiam. Tenggelam dalam pikiran rumit masing-masing.
“Lo ga hamil kan, Ra?”
Nara masih terdiam. Tertegun dengan pertanyaan tiba-tiba dari Arvin. Seminggu ini hal itulah yang paling ditakutkan Nara. Ketakutan terbesarnya adalah dia hamil anak Arvin. Dia juga terlalu takut untuk mengeceknya. Apakah kehamilan bisa dicek seminggu setelah berhubungan? Berulang kali Nara menenangkan dirinya. Hamil tak semudah itu, kakak iparnya saja butuh waktu 6 bulan untuk hamil setelah menikah dengan kakaknya. Hanya karena Nara pernah melakukan itu sekali dengan Arvin, tidak mungkin itu langsung berhasil, kan?
“Ngga.”
“Lo udah ngecek?”
“Gak perlu. Lagian lo cuma ngelakuin itu sekali, kan? Ga mungkin segampang itu gue hamil.” Kata Nara meyakinkan dirinya sendiri agar tetap tenang.
Arvin terdiam kembali. Maksudnya sekali apa? Semalaman kah? Seingatnya dia melakukannya beberapa kali malam itu. Iya, Arvin tahu bahwa dia laki-laki br*ngsek dan semua itu bukan perbuatan khilaf. Dia menikmatinya. Berulang-ulang. 2 atau 3 kali, entahlah. Merasa sangat menikmati setiap des ahan dan rinti han Nara dibawah kendalinya. Benar-benar sialan! Dia nyaris masih mengingat bagaimana lembutnya kulit Nara yang seputih pualam itu.
“Pokoknya lo jauhin hidup gue. Jangan pernah dateng kayak tadi ke rumah gue. Jangan hancurin rencana pernikahan gue sama Reza dengan ngomongin masalah ini.” Ancam Nara.
“Terus gimana kalau lo hamil anak gue? Emangnya cowo lo mau nerima lo nanti?”
“Gue bilang kalau gue hamil!” Nara bersikeras dengan jawabannya. Meskipun hatinya riuh dipenuhi keraguan dan ketakutan.
“Gue bakal tanggung jawab. Kalau cowo lo tiba-tiba berubah dan batalin pernikahan. Gue bakal tanggung jawab.” Arvin sudah bertekad akan menghadapi masalah ini dengan berani. Dia bersalah, dan dia harus bertanggung jawab atas kelakuan bejadnya.
“Gue gak mau nikah sama lo! Gue bakalan tetep nikah sama Reza. Dan satu lagi, gue resign.” Kata Nara menyerahkan selembar kertas yang sejak tadi dia simpan di saku jaketnya.
“Jangan pernah ganggu gue lagi!”
Nara meninggalkan Arvin sendirian di café itu. Perasaan Arvin masih belum tenang. Dia merasa ada yang salah dengan semua ini. Pikiran buruk masih menggelayut di benaknya, dia benar-benar takut Nara sebenarnya sedang mengandung anaknya. Tapi gadis itu hanya sedang menyangkal saja, menyembunyikan ketakutannya dengan menghindari kebenaran dan menolak untuk mengeceknya. Arvin tidak bisa melakukan apa-apa untuk memaksa Nara. Apalagi sekarang dia bukanlah bawahan Arvin lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Inonk_ordinary
wait,,,,si arvin mau aja disalahin?????ini hampir setwngah nya salah Nara lo,,dy mabok,,dy telanjang depan laki dikamar bedua,, tu kucing masi doyan ikan, blm.vegetarian....terus nyalahin arvin 100% wahhh g bener
2023-01-08
1
Ersa
gak sekalian diujung berung pojok bumi biar gak ada yg lihat 🤭😂
2023-01-08
0
Tri Dikman
Good arvin
2022-09-18
0