Dicintai 3 Pangeran

Dicintai 3 Pangeran

Part 1

Aurora membuka matanya. Wanita itu tersenyum lebar dan menatap berani ke arah depan di mana terdapat banyak penonton yang sedang menanti dirinya menampilkan tarian balet miliknya.

"Yakin Aurora, kau pasti bisa jangan gugup," ucap Aurora dalam hati.

Aurora menarik napas panjang dan meyakinkan dirinya untuk menampilkan sebuah tarian yang memukau. Wanita itu mulai menggerakkan bagian tubuhnya dengan lincah.

Tarian Balet Aurora begitu sempurna. Selang beberapa waktu kemudian Aurora menghela napas panjang karena merasakan lelah. Dia menatap ke depan dan memberikan hormat sebelum turun dari panggung.

"Aurora. Tarian balet mu sangat keren. Aku rasa hanya kau satu-satunya penari balet di Inggris yang terbaik."

Aurora tertawa mendengar candaan temannya tersebut. Wanita itu menepuk pundak teman satu hobinya Bella lalu menggelengkan kepala.

"Kau barusan bicara apa, Bella? Kau tahu itu terlalu berlebihan, ayolah Bella."

"OMG, kau bilang aku berlebihan? Justru aku mengatakan yang sebenarnya," ucap Bella dan berdecak.

Aurora selalu merendah dan menganggap jika dirinya masih kurang. Padahal Aurora adalah penari balet internasional. Dia menjadi langganan perwakilan Inggris dan sering memenangkan beberapa mendali tingkat internasional.

"Sudahlah Bella. Kau selalu berlebihan memuji ku."

Bella menghela napas dan memandang Aurora dengan tidak percaya. Wanita itu meninggalkan dirinya dan masuk ke ruang ganti.

"Kau bakal ikut acara perpisahan ini sampai akhir?"

Tampak Aurora berpikir sejenak dan mulai memejamkan matanya. Dia berpikir apakah harus mengikuti rangkaian acara sampai akhir.

"Jika tidak membosankan mungkin akan aku ikuti. Entahlah akan aku pikir-pikir dulu."

"Sempat saja kau berpikir di tempat seperti ini," ujar Bella meledek Aurora.

"Kenapa tidak bisa?"

"Terserah kamu. Aku tinggal dulu."

Aurora tertawa, "lagian kenapa kau masih ada di sini. Ingin melihat ku mengganti baju?"

"Apa yang kau katakan, hell. Enak saja." Bella pergi membuat Aurora benar-benar merasa sangat kesepian.

Wanita itu menghela napas panjang dan menatap dirinya di dalam pantulan kaca. Seorang wanita cantik khas wajah Yunani tertangkap di dalam kaca tersebut, itu adalah dirinya sendiri.

"Aku cantik, dan aku tahu itu. Hanya saja aku tetap tidak bisa percaya diri," keluh Aurora dan memejamkan mata. Itulah kelemahan Aurora, padahal dirinya adalah perwujudan manusia sempurna tetapi dia sering merasa tidak percaya diri, mungkin itu adalah kelemahan dari Aurora dibalik semua kelebihan yang dimilikinya.

Aurora pun mengganti bajunya dengan baju perpisahan. Ia tersenyum menatap dirinya di kaca lalu keluar dari dalam kamar.

Aurora memandang ke luar, di mana para penggemar dirinya telah berkumpul. Aurora adalah wanita ramah dan ia senang menghadapi para fans yang sangat heboh menyambut dirinya tersebut.

"Aurora!!" teriak mereka melihat Aurora yang keluar dari ruangannya.

Aurora mengangguk dan tersenyum lebar kepada para fans nya.

"Cantik sekali!!"

"Terimakasih semuanya. I love you so much."

"Boleh minta tanda tangan nya?" tanya mereka satu-satu dan menyerahkan barang-barang dan buku agar Aurora bisa menanda tangani di sana.

"Tentu saja kenapa tidak."

"Kau cantik dan baik sekali Aurora," puji salah satu fansnya.

"Kau terlalu berlebihan memuji ku."

"Aku tidak berlebihan, namun kau memang sangat sempurna." Dengan perasaan tak nyaman Aurora pun mengiyakan mereka. Jujur saja Aurora tidak sesempurna yang mereka pikirkan. Aurora memiliki kelemahan juga sama seperti manusia biasanya.

Aurora pun menyerahkan buku dan kertas mereka. Mereka sangat senang dengan tanggapan Aurora yang sangat ramah. Itulah salah satu hal yang membuat Aurora dicintai para penggemarnya.

"Terimakasih Aurora. Kau memang sangat baik, aku tidak salah menilai dari internet."

"Benarkah? Kau sering membaca tentang diriku?"

"Aku adalah fans mu, tentu saja sering mencari tentang mu Aurora." Aurora tertawa bersama dengan para fansnya.

"Selamat Aurora kau sudah lolos."

"Selamat Aurora."

"Congrats!"

Beragam ucapan selamat pun Aurora terima dari para fansnya.

Aurora meminta maaf kepada mereka karena tidak bisa berlama-lama meladeni mereka. Untungnya para penggemar Aurora sangat paham dengan kondisi Aurora. Para penggemar Aurora yang hadir banyak dari anggota sekolahnya sendiri, namun ada juga yang datang dari luar sekolah demi melihat idola mereka wisuda sekolah.

Aurora menyangka kepergian para penggemarnya tadi tidak akan ada orang yang datang menemui dirinya lagi. Ternyata dugaan Aurora salah besar, seorang pria dengan memakai topi Hoodie dengan pakaian serba hitam dan mengaku fans dirinya itu datang menghampiri Aurora.

"Ada apa?" Orang itu terlihat misterius. Aurora merasa merinding untungnya di sini ramai.

"Boleh aku meminta tanda tangan mu?"

Aurora tidak enak hati untuk menolak orang tersebut. Aurora pun mengangguk dan mengiyakan. Orang itu menyerahkan sebuah kertas dan tinta merah pekat.

Aurora menggariskan tinta tersebut membentuk suatu pola sebuah tanda tangan. Aurora merasa syok saat mengetahui tinta itu terlihat mirip dengan darah.

Dia menatap pria tersebut dan dengan tubuh bergetar namun tetap berusaha terlihat baik-baik saja.

"Ini."

Aurora menyerahkan buku tanda tangan tersebut kepada orang itu lagi. Aurora ingin cepat-cepat pergi karena merasakan hawa yang sangat tidak nyaman.

"Ini hadiah untuk kamu. Selamat wisuda."

Aurora yang sebelumnya hendak pergi pun tertarik dengan hadiah orang tersebut. Padahal banyak kado dari orang lain. Tetapi Aurora lebih tertarik dengan kado yang belum ia ketahui isinya ini.

"Terimakasih."

Aurora buru-buru pergi dari sana. Sang misterius tersebut menatap datar Aurora.

________________

Aurora pulang lebih awal. Dia keluar dari dalam kamar mandi dengan pakaian malam. Wanita itu duduk di sisi ranjang sambil menatap ke arah depan.

Aurora merasakan perutnya yang dari tadi berdemo.

"Sabar," keluh Aurora sambil menyentuh perutnya yang berbunyi.

Aurora keluar dari kamar dan mencari makanan di kulkas. Biasanya sang nenek suka meninggalkan beberapa makanan untuk Aurora sebelum pergi ke butik miliknya.

Wanita itu tersenyum lebar melihat ada roti yang ditinggalkan oleh neneknya. Kemudian Aurora masuk ke dalam kamar sambil mengunyah roti.

"Nenek kenapa belum pulang? Apakah dia tidak menyambut kelulusan ku?" Aurora merasakan sangat sedih akan hal itu.

Namun wanita tersebut sudah pasrah. Dia hanya memiliki nenek seorang dan neneknya tersebut sibuk dengan butiknya.

Dia menarik napas panjang dan kemudian naik ke atas ranjang. Di lantai kamarnya banyak terdapat kado pembiaran dari para fans.

"Rumah ku sebentar lagi akan penuh dengan kado-kado ini."

Aurora mengambil acak kado tersebut. Dia menatap kado itu dan Aurora langsung merasa familiar dengan kado tersebut.

Kado itu adalah milik dari pria misterius tadi. Merasa penasaran Aurora pun membuka kado tersebut dengan perasaan was-was.

Aurora sangat takut bagaimana jika isi kado tersebut adalah kepala? Anggap saja itu berlebihan namun bisa saja, kan?

Aurora memastikan jika kado itu aman. Wanita itu membuka dengan perlahan kado tersebut hingga akhirnya Aurora dapat menghembuskan napas lega melihat isi kado tersebut adalah sebuah novel.

Aurora mengambil novel itu dan menatapnya. Lantas wanita itu langsung menutup mulut saat mengetahui novel tersebut adalah novel yang sudah sangat ia dambakan. Aurora pernah membaca novel tersebut di aplikasi online. Hanya saja tidak lengkap karena dihapus demi kepentingan penerbitan.

Jumlah novel tersebut sangat terbatas dan Aurora hari ini mendapatkan salah satu dari novel itu. Kebahagiaan terpancar di wajahnya.

"Demi apa? Oh Tuhan aku mendapatkan salah satunya," senang Aurora dan berguling-guling di kasur.

Wanita itu membuka novel tersebut dan mulai membaca sinopsis. Dari sampul saja sudah menarik perhatian Aurora.

"Sangat indah," gumam Aurora. Ia mencium bau novel tersebut yang sangat khas.

Aurora pun mulai membaca dari bab awal. Ia begitu asyik menyimak isi novel itu hingga sampai-sampai Aurora membacanya hingga tengah malam. Wanita itu menguap dan menutup mulutnya.

Aurora tidak peduli dengan rasa kantuknya. Ia terus membaca novel tersebut hingga akhirnya pukul 12 malam tiba.

Aurora yang baru saja sampai membaca di pertengahan dari novel itu, tiba-tiba kepalanya diterjang rasa sakit. Padahal Aurora masih penasaran dengan nasib figuran Aurora di dalam novel itu selanjutnya. Aurora sangat suka menyukai tokoh Aurora Akuela meskipun dia hanya figuran, alasannya karena nama mereka sama.

"Kenapa bisa sakit kepala tiba-tiba?" tanya Aurora dan mengehela napas.

Dengan pening yang mendera, Aurora bangkit untuk mencari obat. Namun naas Aurora terjatuh dan terjerembab di kasur.

"Oh Tuhan, rasa sakit seperti apa ini?" lirih Aurora dan menghela napas panjang. Rasa sakitnya baru pertama kali Aurora rasakan, sangat luar biasa.

Aurora jatuh pingsan karena tidak tahan menahan rasa sakit tersebut.

_________

Aurora kembali membuka matanya. Wanita itu terkejut dan sekaligus merasa aneh ketika membuka mata ada yang berbeda dengan kamarnya.

"Ada apa dengan ku? Apakah aku sudah pindah rumah?" tanya Aurora tidak mengerti.

Aurora membuka mata dengan lebar dan menatap sekitar. Yang ada Aurora malah dibuat semakin keheranan karena semua benda di sini sangat kuno.

"Ini kenapa? Apakah aku sedang berada di dalam museum? Ck, tidak mungkin aku tidur di dalam museum."

Aurora meyakinkan dirinya. Ia keluar dari dalam selimut dan menyibaknya. Wanita itu turun dari ranjang dan mengelilingi kamarnya.

"Ini apa karena aku terlalu berkhayal kembali ke zaman dulu makanya bisa berhalusinasi ada di tempat ini? Oh Tuhan, apakah aku terlalu bodoh? Kenapa bisa-bisanya pernah berharap kembali ke zaman begini."

Aurora berdecak malas dan kemudian memikirkan cara keluar dari sini.

"Tempatnya apek sekali." Banyak debu di kamar ini, lebih tepatnya tempat ini seperti gudang.

"Kapan aku terbangun dari mimpi yang sangat melelahkan ini. Ayolah, sekali-kali aku bermimpi di rumah Aesthetic bukan bermimpi di ruangan sumpek seperti ini, sungguh tidak anggunlay sekali," ujar Aurora yang masih menganggap ini adalah mimpi.

Tiba-tiba terdengar suara pintu reyot dibuka. Aurora langsung bersikap waspada. Wanita itu terkejut melihat tiga pria masuk. Aurora melihat pakaian mereka yang sangat kuno dan ketinggalan zaman.

"Siapa kalian?" tanya Aurora tidak takut sama sekali dan malah menantang.

"Kali ini aku tidak mengeluh dengan mimpi ku lagi Tuhan. Kau memang yang terbaik dan memberikan bumbu-bumbu romansa. Sungguh tampan sekali mereka, siapa namanya yah?" batin Aurora.

Ketiga orang itu sangat dingin. Masing-masing mereka memiliki aura seram. Tatapannya seakan ingin menelan Aurora hidup-hidup.

"Jaga pandangan mu. Kau adalah budak kami. Kau harus menghormati kami. Apakah kau lupa dengan kami?"

Aurora menganggukkan kepalanya saat salah seorang dari mereka memberikan pertanyaan padanya.

"Ada apa dengan mu Aurora Akuela? Apakah kau melupakan kami? Aku Pangeran Agustus, dan dia adalah pangeran Oceanus dan pangeran Sargon," ujar pria yang berwajah bak Dewa.

Aurora awalnya tidak paham dan menganggap biasa-biasa saja. Tiba-tiba matanya membulat saat menyadari semua hal yang ia alami ini mirip dengan novel yang tengah dibacanya.

Aurora menutup mulutnya dan menunjuk mereka. Aurora ingin berteriak namun ditahannya. Aurora menyadari satu hal dia sedang berada di dalam novel.

"Oh Tuhan. Ujian mu sungguh sangat menarik. Jika aku adalah Aurora Akuela, berarti aku hanyalah seorang tawanan perang. Sungguh miris nasib mu Aurora."

________

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA

Terpopuler

Comments

will

will

.

2023-10-28

1

will

will

mantap

2023-10-28

1

YsryhAbdh28💜

YsryhAbdh28💜

Akuuu mampirrr ndaaaaa......

2022-08-02

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!