Aurora berjalan pelan. Wanita itu ingin mencopot cadar di wajahnya. Aurora merasa pengap dan ia juga lelah ingin cepat pulang.
Tapi perjalanan masih cukup jauh. Aurora ingin naik kereta diantarkan ke istana namun biaya sewa sangat mahal. Aurora yakin jika dirinya berbekal uang sebelum masuk ke dalam novel ini Aurora akan menjadi wanita muda terkaya di Engrasia.
"Kenapa juga harus menjadi budak? Tapi... tapi, jika aku tidak menjadi budak aku tidak akan bisa hidup, akhh.. Aurora Akuela sialan, kenapa aku yang harus menanggung penderitaan mu." Aurora menarik napas panjang dan ia lanjut berjalan meski tungkainya terasa sakit dan Aurora tidak ingin berhenti karena akan memakan waktu.
Ia ingin sampai ke istana secepatnya dan jika terlambat sedikit saja pria itu akan marah besar padanya. Pangeran sensian.
Terkadang Aurora sangat kesal mereka sok paling berkuasa meski kenyataannya mereka memang memiliki kuasa di atas dirinya dan seluruh rakyat di Engrasia.
Wanita tersebut menatap setiap keindahan kota Engrasia yang terbentang masyur serta diapit oleh dua pengunungan tinggi. Dan dari pegunungan tersebut pula lah menjadi mata pencarian masyarakat di sini.
Aurora tersenyum melihat beberapa anak sedang mengembala dan juga sekaligus bermain dengan riang. Wanita itu menarik napas panjang dan kemudian melanjutkan perjalanan dengan mata yang terus menatap takjub.
Orang-orang yang berpapasan dengan Aurora terpesona dengan aura seorang Aurora yang sangat memukau serta wanita itu memiliki daya pikat yang kuat dari matanya.
Ia tak mengerti kenapa banyak mata tertuju padanya. Namun Aurora berusaha bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Apa ada yang aneh dengan ku?" tanya Aurora sambil meraba tubuhnya. Aurora berhasrat ingin mencari cermin dan melihat hal apa yang ada di dirinya telah menjadi perhatian orang banyak.
"Mungkin mereka terpesona dengan Aurora Akuela?" Aurora tidak pernah mengakui tubuh yang ia gunakan ini adalah tubuhnya. Ia meyakini bahwa ini bukanlah miliknya, meskipun nyatanya wajahnya tidak jauh berbeda dengan Aurora Akuela.
Tapi tetap saja Aurora merasa minder jika mengingat kembali betapa cantiknya tubuh yang menjadi miliknya sekarang.
Wanita itu menundukkan kepala dan berbaur dengan banyak orang yang sedang berjalan dan juga anak-anak yang saling kejar-kejaran.
Aurora didorong oleh salah satu anak yang tengah mengejar temannya yang lain. Wanita itu yang tidak menjaga keseimbangan tubuhnya tiba-tiba berteriak nyaring dan dirinya langsung terjatuh. Namun belum sempat tubuhnya menyentuh tanah tiba-tiba ada seseorang yang menarik perutnya dan mengangkat tubuhnya untuk duduk di atas kuda.
Aurora mengusap dadanya dan memanjatkan syukur yang tidak ada henti-hentinya. Wanita itu menghela napas panjang dan kemudian membuka mata.
"Untung aku tidak kenapa-kenapa." Aurora menolehkan kepalanya berencana ingin mengucapkan terimakasih kepada seorang yang telah menyelamatkan dirinya.
Namun, ketika Aurora menoleh dan ia langsung terpaku dengan wajah sang penyelamat. Begitupula dengan pria itu.
Ia menatap mata tersebut dengan sangat dalam. Wajah wanita bercadar yang tengah diselamatkannya dengan mata yang sangat indah membuatnya bisa menyimpulkan jika orang ini adalah orang yang selama ini dirinya cari.
Refleks Sargon membuka cadar Aurora dan Aurora yang sedang terhipnotis dengan pria itu tak menyadari jika cadar di wajahnya dibuka.
Napas Sargon sesak melihat wajah itu yang semakin terlihat. Ia meneguk ludahnya kasar dan ia menatap mata Aurora yang sangat indah. Bahkan Sargon sampai tidak bisa lepas mengamati wajah Aurora dari dekat dan bibir mungilnya yang tidak terlalu tipis namun tidak terlalu tebal tersebut.
Sargon menyentuh dagu Aurora yang sedikit terbelah. Kemudian ia menatap ke arah mata Aurora. Fokus berkudanya pun teralihkan dengan objek cantik di depannya.
"Aurora."
"Pangeran?"
"Kau wanita penari balet itu?" Aurora terkejut dan ia tak mampu lagi untuk berdusta. Aurora sudah tahu jika dirinya sudah ketahuan oleh Sargon.
"Apa yang Pangeran katakan? Saya tetap berada di istana dan saya sama sekali tidak ada di malam perjamuan itu." Aurora tetap saja berbohong dan berdalih meskipun ia pun sendiri tahu jika Sargon tengah curiga padanya.
"Kau tidak pandai berbohong," ujar Sargon.
Aurora meneguk ludah dengan perasaan tak nyaman. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke depan dan ia terkejut dengan mata yang membesar melihat kuda tersebut hendak membawa mereka ke aliran sungai.
"Pangeran," cicit Aurora yang merasa ketakutan.
Sargon pun menatap ke depan dan ia terkejut karena kuda bergerak liar. Ia pun mengendalikan kuda tersebut dan hingga akhirnya mereka berada di jalur yang sesungguhnya.
"Pangeran. Hampir saja."
"Kau takut?" bisik Sargon tepat di telinga Aurora. Wanita itu merasakan seluruh bulu kuduknya berdiri mendengar pria itu berbisik dengan sangat lembut. Tidak seperti biasanya Sargon terlihat tegas dan juga penuh dengan aura dingin
"I...iya, Pangeran."
"Aku berjanji itu kejadian tadi tidak akan kembali terulang," ucapnya yang membuat Aurora tak paham apa maksud dari ucapan laki-laki tersebut.
Sargon memacu kuda dengan kecepatan penuh. Hal itu membuat Aurora langsung terpekik karena pergerakan tiba-tiba dari Sargon. Terlebih pria itu berkuda tetapi seolah-olah mengajaknya ingin mati bersama-sama.
"PANGERAN!!" pekik Aurora dengan napas tersengal-sengal.
Sargon sama sekali tidak terusik dengan teriakkan Aurora. Pria itu malah makin ingin memperlihatkan kelihaiannya berkuda.
"Tenang saja. Kau ingin cepat pulang, bukan?" tanya Sargon kepada wanita manis yang didekapnya.
"Ya Pangeran."
"Jangan protes."
Kemudian tak lama akhirnya Aurora pun sampai ke istana. Wanita itu menghirup udara dengan cukup banyak. Ia menyentuh perutnya yang mungkin sudah penuh terisi dengan angin.
"Kau tidak apa-apa? Jangan lemah." Ucapan dari Sargon membuat Aurora terkejut dan langsung menundukkan kepala.
Ia ingin turun dari kuda namun ternyata Sargon lebih dulu turun dan menggendong tubuhnya. Hal yang terlalu tiba-tiba membuat Aurora merasa terkejut.
"Pangeran. Turunkan saya."
Sargon menurunkan Aurora dan kemudian laki-laki itu melirik Aurora sebentar dan kemudian ia meninggalkan Aurora.
Aurora menahan kesal di tempatnya. Sedangkan Sargon masih tidak percaya dengan apa yang ditemukannya. Ia sengaja menjauh mencoba mencerna semuanya yang tak masuk akal.
Aurora hanyalah rakyat biasa di kampung halamannya sebelum akhirnya ia menjadi seorang tawanan. Ia tak memiliki kehebatan dan latar belakang yang baik. Tetapi dari mana semua yang Aurora dapatkan itu? Tidak hanya memiliki kehebatan menari balet tetapi ia juga pandai membaca dan menulis. Padahal hal itu adalah sesuatu yang tak mungkin terjadi pada seorang rakyat miskin.
Di tengah jalan Sargon bertemu dengan Estelle.
"Pangeran! Kau mencari aku?"
Tidak ada tanggapan sama sekali dari Sargon. Ia hanya menatap datar Estelle. Wanita ini berani membohongi dirinya.
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Pangeran. Kau katanya selama ini mencari-cari diriku. Kau mencari seorang penari balet yang menari di perjamuan itu, bukan?"
Sargon menaikkan salah satu alisnya. Ia menatap Estelle dari atas hingga ke bawah. Estelle memang sangat berbeda dengan wanita yang tampil di malam perjamuan itu.
Fisik sang wanita tersebut malah lebih cenderung ke arah Aurora. Membuktikan bahwa wanita itulah yang ternyata selama ini ia cari-cari.
Memang belum pasti dan Aurora pun tidak mengakui bahwa wanita itu adalah dirinya. Tapi Sargon memiliki jawabannya dan keyakinannya sendiri.
"Aku tidak mencari siapapun. Pergi dari sini sebelum aku yang akan mengusir dan memenggal kepalamu."
Wajah Estelle langsung berubah muram dan wanita itu mengepalkan tangannya. Sargon pergi dan tak memperdulikan sama sekali Estelle.
"Bukankah dia katanya sedang mencariku?" Estelle pun menyadari bahwa Sargon pasti tak percaya bahwa itu dirinya.
Estelle merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Estelle tidak akan pernah sudi apabila Aurora ketahuan dan wanita yang menari di malam perjamuan itu bukanlah dirinya.
Ia tak menyangka jika Aurora bisa memikat hati salah satu pangeran dan juga beberapa penonton. Estelle malah merasa tersaingi dengan Aurora. Takut jika posisinya akan digeser oleh wanita itu.
"Budak itu, jika berani dirinya menyingkirkan aku dan ketahuan oleh pangeran, aku tidak akan membiarkan dia hidup," ujar Estelle dengan napas memburu.
________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
✨ Canddy MinSuga😼
buat k'3 pangeran itu tergila" kpdamu aurora pancarkan trus aura mu..😁🤭
lanjut lgi thor
2022-08-10
2
Uswatun Khasanah
ya ampun tambah lagi ni musuh Au.. 😌
2022-08-10
1