Suara laporan dari pengawal bahwa Oceanus datang berkunjung membuat kerutan di kening Aurora. Wanita itu menyentuh wajahnya dan berusaha bangun.
Namun seluruh persendian dirinya tak mampu untuk bekerja dan pada akhirnya Aurora harus rela ditemui dalam keadaan berbaring.
Wanita itu menatap Oceanus yang berjalan semakin dekat dengannya. Aurora memperhatikan tubuh kekar milik pangeran tersebut. Tampan memang tetapi Aurora muak dengan pesona ketiga pangeran tersebut.
Mentang-mentang memiliki status tinggi tetapi tidak memiliki hati. Sungguh keji, apalagi tipikal mereka semua kaku dan dingin memang cocok menjadi patung.
Oceanus menatap dirinya dengan pandangan datar. Aurora meringis ditatap seperti itu oleh pria tersebut. Dia hanya tersenyum samar dan Oceanus tidak menanggapi senyumannya tersebut.
"Kamu berani menatap seorang Pangeran?" Aurora berkerut. Ia menoleh ke samping dan melihat para pelayan yang menundukkan pandangan.
Sontak Aurora langsung ikut membuang pandangan. Ia tak ingin mencari masalah dulu, Aurora masih kehilangan akal ditambah ia masih dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Oceanus menghela napas panjang melihat Aurora menundukkan pandangan.
"Turunkan pandangan mu ketika ada orang yang di atas mu."
Dalam hati Aurora mendumel kesal. Mereka hanyalah tokoh di dalam novel dan atas dasar apa Aurora harus tunduk? Terlebih mereka adalah fiksi dan sialnya Aurora terjebak dalam novel tersebut.
"Iya Pangeran."
"Jangan menjawab." Mata Aurora melotot ia memandang wajah pria itu namun seperkian detik Aurora tersadar dan menundukkan pandangannya, bahkan dia tidak boleh menjawab ucapan pangeran tersebut? Hati Aurora meringis menyadari hal itu? Sangat kocak, bukan?
"Dasar pangeran sok cool, sok dingin, sok memiliki kuasa," maki Aurora dalam hati sambil mengeraskan tangannya yang tersembunyi di balik selimut.
"Kau sudah tahu bukan apa hukuman yang akan kau dapatkan jika kau membangkang? Seorang budak seharusnya sudah disiplin, bukan seperti mu, yang harus diajari dari nol."
Aurora merasa dari tadi Oceanus datang hanya untuk menghinanya saja. Jadi tujuan pria itu ke sini hanya karena itu? Jauh di lubuk hati Aurora berkata, mending tidak usah menjenguk dirinya.
Oceanus menatap tabib yang ada di sisinya.
"Bagaimana kondisinya? Apakah sudah jauh lebih baik?"
Tumben, ujar Aurora dalam hati. Kenapa Pangeran tersebut berubah drastis dan susah payah menannyakan kondisi seorang budak yang tak terlihat ini?
"Sudah lebih baik."
Oceanus menatap Aurora. "Jika dia sudah sehat langsung diturunkan ke lapangan. Dia akan menjadi budak untuk kami."
Aurora merasakan semua tubuhnya lemas. Ternyata mereka memang tak punya hati. Tega-teganya membuat orang secantik dirinya menjadi budak.
Andai dia dalam kondisi baik, mungkin mulut Oceanus yang tidak pernah dididik itu akan Aurora semprot.
Oceanus memperhatikan Aurora. Dalam segi apapun Aurora memiliki postur yang sangat menarik dari pada kebanyakan wanita bangsawan yang ada di Engrasia.
"Jika belum sembuh jaga dia. Aku tidak ingin mendengar kabar di medan perang nanti mendengar dia sudah tidak ada."
"Ka...kalian aka...kan berperang?" tanya Aurora gugup pasalnya dirinya baru berani membuka suara ketika terkejut bahwa mereka akan melakukan perang.
Oceanus menatap Aurora.
"Orang yang kurang didikan seperti mu memang sangat berbeda. Kau harus banyak belajar bagaimana caranya menghormati seorang pangeran dan bangsawan. Tidak pantas kau menanyakan hal tersebut dengan nada seolah kau setara dengan ku."
Aurora mengigit bibirnya. Tuhkan lagi-lagi dia salah. Wanita itu menghela napas dan bersyukur melihat Oceanus pergi juga dari ruangan ini.
"Akhirnya parasit satu ini pergi." Aurora bergumam dengan nada yang cukup keras dan alhasil ia dihadiahi tatapan mengerikan dari para pelayan dan tabib.
"Bahkan pangeran sudah berbaik hati pada mu tetapi kau masih tidak tahu status mu dan mengumpat kepada Pangeran. Kau tidak takut jika kami akan melaporkan mu?"
Aurora mendecih. Dirinya tidak akan takut jika para pelayan itu tidak melaporkan perbuatannya tadi.
__________
Aurora menatap gerombolan prajurit yang turun ke lapangan dan lengkap dengan peralatan perang. Ia meringis melihat hal tersebut.
Pedang tersemat di pinggang mereka membuat Aurora merasa sangat takut menatapnya. Sebegitu mengerikan kah zaman abad pertengahan?
Wanita itu mengehela napas panjang dan menatap dirinya yang tidak lebih seorang budak. Suatu hari nanti bisa saja raja maupun pangeran menginginkan mereka para budak menjadi benteng.
Aurora tidak bisa membayangkan. Betapa menakutkannya jika hal itu benar terwujud. Mungkin baru saja Aurora berperang pasti dirinya langsung terbunuh.
"Aurora apa yang kau lakukan? Kau tidak bekerja? Kau tidak ingin dihukum kembali, bukan? Jangan tatap mereka, masih ada yang mengawasi kita." Aurora menatap teman sesama budaknya itu.
Wanita tersebut menarik napas panjang dan menatap tanah. Tanah hitam ini sebentar lagi akan penuh dengan pertumpahan darah.
"Kenapa tidak damai saja?" tanya Aurora yang masih tidak mengerti kenapa mereka mengambil jalur pertumpahan darah ketimbang melakukan perdamaian lebih baik.
"Kita tidak berhak membahas itu. Kita hanyalah seorang budak, dan kita harus bekerja mengangkut barang-barang ini ke sana."
"Tapi aku lelah."
Budak itu terkejut mendengar jawaban yang tak seharusnya keluar dari mulut seorang budak.
"Aurora, bagaimana jika ada yang mendengar ucapan mu? Kau bisa habis Aurora," peringat budak itu.
Aurora menatap budak itu sekilas. Ia heran kenapa orang-orang sangat takut. Memang hukuman sangat mengerikan, tapi jika budak bersatu dan melakukan pemberontakan pasti ada peluang untuk menang.
Aurora memastikan bahwa kehadirannya di dalam novel ini karena ia memiliki memiliki misi untuk membenarkan alur cerita yang semestinya.
"Kenapa kita harus takut dan bekerja di sini tanpa digaji? Kenapa kita tidak memberontak saja?" tanya Aurora.
Mereka memandang remeh Aurora. Wanita itu mendesis dan menatap para prajurit yang hendak berangkat.
"Aurora apa yang kau katakan? Kau sudah gila? Seumur hidup kita adalah budak. Kau terima nasib saja."
"Aku tidak mau seumur hidup ku menjadi budak. Jika kau tidak ingin maka aku sendiri yang akan memikirkan cara untuk melawan mereka."
Aurora memandang tiga pangeran yang lengkap dengan baju zirah. Aurora menahan napas saat mata Sargon menusuknya. Sargon sangat mengerikan seakan ingin menelan dirinya hidup-hidup.
Wanita itu membuang wajah.
Hal itu menyinggung Sargon. Pria itu menjalankan kudanya ke tempat Aurora dan langsung mengacungkan pedang di depan Aurora.
Aurora memandang yang lain menunduk. Terpaksa wanita cantik itu juga ikut menunduk.
"Aku kembali dari Medan perang kau sudah harus pandai disiplin. Jangan berlagak seorang bangsawan kau bukan dari keluarga bangsawan. Kau hanya rakyat miskin dulu dan sekarang status mu direndahkan menjadi budak."
Napas Aurora memburu. Ia harus bersabar. Mereka belum tau apa yang akan mereka dapatkan di masa depan.
Sargon dengan kudanya maju memimpin pasukan berkuda tersebut. Agustus melirik Aurora dan hanya sebentar.
Aurora melihat ada seorang wanita cantik yang menangis melepas kepergian pasukan Engrasia.
"Siapa dia?"
"Dia adalah Grace kekasih Pangeran Agustus."
Aurora terkejut. Ternyata itu adalah Grace wanita yang menjadi tokoh utama di Novel Tears'. Novel yang membuatnya berada di dalam sini. Jadi dia wanita tercantik di Engrasia, sangat menakjubkan. Aurora bahkan sampai terpikat melihatnya.
Aurora menatap orang yang memberitahukan dirinya.
"Kau seorang budak?"
"Ya. Aku Fares. Kau budak tercantik menurut ku, siapa nama mu?"
Wajah polos Aurora menatap Fares.
"Aku? Aku Aurora." Aurora memandang Fares. Ia sangat penasaran dengan wajahnya sendiri. "Apa benar aku cantik?"
"Kau tak tahu? Wajah mu lebih dari para wanita bangsawan. Kau akan menjadi musuh mereka."
Aurora menahan napasnya. Di sini belum ada hak asasi manusia, pastinya tidak ada hukum yang akan melindungi Aurora.
___________
Tbc
Jangan lupa untuk like dan komen setelah membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
YsryhAbdh28💜
smgaa kmuu bsaaa aurora.....
2022-08-13
0
YsryhAbdh28💜
lhhh ksiann aurora salahh mulu dr tdiii
2022-08-13
0
saljutantaloe
lanjut thor
2022-08-07
0