Para pengawal yang berjaga di depan kamar Agustusan menunduk hormat. Grace tersenyum melihat mereka.
Wajahnya sangat polos selain itu juga ramah dan hal tersebut yang membuat dia mudah diterima di kalangan istana ini.
Wanita itu mengangguk meminta mereka mengangkat kepala. Grace tidak gila hormat, kepribadiannya juga anggun dan baik. Ia adalah wanita anggun dan penuh kehormatan.
Grace masuk ke dalam kamar dan melihat kekasihnya tersebut tengah memejamkan mata sambil duduk di kursi.
Lantas ia mendekati Agustus dan duduk di dekatnya. Agustus membuka mata dan melihat Grace ada di depannya. Pria itu menjatuhkan rahang dan menarik napas panjang.
Kemudian dia menyuruh agar Grace duduk lebih dekat lagi dengannya. Wanita itu dengan wajah memerah dan menggeser bokongnya agar lebih dekat.
"Ada apa datang kemari?" tanya Agustus lalu menyibak rambut Grace yang menutupi wajah cantiknya. Ia menyelipkan rambut itu di belakang telinga Grace.
"Aku hanya merindukan mu." Wajah Agustus yang selalu dingin pun berubah ramah. Ia menarik kepala Grace dan meletakkannya di dadanya. Kemudian pria itu mengusap sayang surai indah milik Grace.
"Kau datang kemari jauh-jauh. Ku dengar kau baru saja sampai ke istana dan langsung ke kamar ku?"
"Karena aku merindukanmu Pangeran," jawab Grace malu.
"Maafkan aku tidak bisa menyambut mu. Ada ralat penting."
"Kau akan pergi berperang lagi?" tanya Grace penuh kekhawatiran kepada sang kekasih.
Berperang adalah hak yang paling menakutkan untuk Grace. Ia memang sudah dilahirkan di zaman yang penuh dengan peperangan akan tetapi ia masih tidak terbiasa dengan zamannya.
"Iya. Mungkin Minggu depan."
"Hah? Pangeran, apa kau tidak bisa sekali saja tidak ikut berperang?"
Wajah Agustus berubah menjadi dingin menatap Grace. Grace menelan ludahnya kasar melihat raut wajah itu.
"Kau pikir aku mau menghentikan perang ini? Kau tahu akulah yang akan memimpin dan aku yang mengusulkan untuk merebut wilayah barat."
"Tapi Pangeran....." Jari telunjuk Agustus bertengger di bibir wanita itu. Grace langsung berhenti berbicara dan menatap takut Agustus.
"Tenanglah. Berperang adalah hobi ku. Kau tidak perlu takut, aku pasti akan membawa kemenangan. Kau pernah mendengar aku kalah di medan perang?" Grace menggeleng. Agustus bersama dua pangeran lainnya adalah contoh bagi para prajurit. Tidak ada yang bisa mengalahkan mereka jika tidak sesama mereka.
"Aku tahu tapi kan....."
"Sekali lagi kau membantah aku akan memotong lidah mu Grace." Grace tercekat dan tubuhnya bergetar. Ucapan yang keluar dari mulut Agustus tidak pernah main-main, bahkan itu orang terdekatnya sendiri.
"Maafkan saya Pangeran."
"Gadis manis." Agustus mengusap kepala Grace dan mengecup kening wanita itu.
Grace menatap kekasihnya. Agustus memang terkadang sangat dingin dan tak tersentuh, namun terkadang dia juga akan bersikap lembut kepadanya.
Jarang-jarang sifat Agustus yang satu ini keluar. Bahkan Agustus ketika memintanya menjadi kekasih sama sekali tidak ada senyum di wajahnya saking kakunya. Namun ketika dia manja, bakal melebihi anak bayi manjanya.
"Pangeran aku mendengar Monalisa mendapatkan perlakuan tidak enak dari salah satu budak mu."
Agustus menghela napas. Masalah Monalisa? Monalisa memang pantas mendapatkan hukuman tersebut, namun karena Agustus tahu bahwa Aurora menjadi ancaman makanya dia menghukum wanita itu, jadi dia menghukum bukan karena permintaan dari Monalisa.
Monalisa adalah gadis jahat yang berkedok berpura-pura dekat dengan Grace demi mendapatkan keuntungan dari Grace. Bukan Agustus tidak tahu hanya saja dia tidak ingin memberitahu Grace.
Biarkan kebusuksan Monalisa terungkap sendiri.
"Ya."
"Kau sudah menghukum budak mu? Dia sangat jahat hingga membuat kondisi Monalisa buruk. Aku kali ini bakal setuju kau menghukum seseorang."
Agustus menatap Grace. Ia tersenyum tipis menanggapinya ucapan wanita itu.
"Kau tenang saja. Dia sudah mendapatkan hukumannya."
__________
Samar-samar seutas cahaya memenuhi mata Aurora. Dia membuka matanya perlahan dan menatap cahaya yang terang benderang di atasnya.
Wanita itu menatap sekitar dan memejamkan mata kembali. Aurora mengira bahwa dirinya sudah berada di zaman modern lagi tapi nyatanya dia tidak kembali.
Ia berada di ruangan yang lebih layak. Aurora menatap aneh ruangan ini yang penuh dengan pengobatan kuno.
Ia menatap obat-obatan tersebut dan mencium baunya. Selain Aurora memiliki keahlian menari balet dia juga banyak tahu mengenai obat-obatan. Karena Aurora pernah masuk ke sekolah kesehatan.
"Sangat unik."
Ia pun menatap obat-obatan itu dan mengamatinya. Tapi tidak ada salahnya jika dia membawa kehebatan di dunia modern ke zaman kuno ini.
"Ide bagus," gumam Aurora dan mulai ingin melakukan penelitian. Namun ketika ia bangun tubuhnya tak dapat digerakkan dan hanya rasa sakit yang menguasai dirinya. "Ini terlalu sakit. Aku tidak bisa bangun, dan sepertinya aku harus mencari cara agar bisa cepat sembuh dan keluar dari sini."
Tiba-tiba hal aneh melintas di kepala Aurora. Ia pun mengerutkan kening dan mengatakan matanya ke seluruh penjuru. Ruangan itu sangat indah dan cukup layak ketimbang di tempat gudang kemarin.
Tetapi kenapa budak rendahan seperti dirinya bisa berada di tempat seperti ini? Apakah 3 pangeran tersebut mendapatkan hidayah dari Tuhan?
"Tidak mungkin," gumam Aurora dan memejamkan matanya. Setelah membaca novel itu Aurora jadi tahu watak mereka yang sangat keras kepala dan penuh dengan gengsi jadi mana mungkin mereka yang membawa Aurora kemari.
Aurora melihat ada seseorang yang masuk ke dalam kamar dan Aurora menatap itu adalah beberapa pelayan. Apa? Bahkan dirinya dilayani oleh orang-orang yang statusnya lebih tinggi darinya? Hal konyol seperti apa?
Aurora menghela napas dan melihat para pelayan itu yang memandangnya tidak suka.
"Seorang budak masih membangkang bahkan Pangeran berbaik hati kepadamu dan menyuruh kau dirawat. Kau memang pintar menarik perhatian Pangeran dengan wajah mu itu." Aurora ternganga mendengar ucapan pelayan itu.
Aurora bahkan tidak mengerti dengan apa yang mereka ucapkan. Aurora mengetahui dirinya biasa-biasa saja. Apakah Aurora Akuela memiliki wajahnya yang memikat?
Refleks Aurora menyentuh wajahnya dan terkejut. Bahkan dia belum pernah melihat wajah Aurora Akuela. Ia kesulitan menemukan kaca tidak semudah di dunia modern.
Aurora menatap para pelayan tadi yang hendak meninggalkan ruangan ini.
"Apakah di sini memiliki cermin?"
Mereka menatap Aurora sinis.
"Cermin hanya dimiliki oleh orang-orang yang statusnya tinggi jadi jangan harap kau memiliki cermin seperti bangsawan."
Satu hal lagi yang membuat Aurora syok berat. Wanita itu hanya tersenyum tipis.
"Zaman konyol. Ternyata di zaman ini tidak enak. Lebih menyenangkan di zaman modern."
"Kau gila? Apa itu zaman modern?" Aurora melirik orang yang bertanya.
"Tidak ada. Aku hanya mengarang."
"Dasar gila."
Aurora memejamkan mata dan mengumpat dalam hati.
"Kau yang gila dan ketinggalan zaman.
_________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
saljutantaloe
lanjut thor
2022-08-05
1