Part 16

Aurora duduk di dekat pilar istana. Seharian penuh dirinya sudah bekerja tanpa mengenal istirahat. Hal itu membuat Aurora merasakan lelah yang amat hebat.

Wanita itu menghela napas panjang dan kemudian Aurora memejamkan matanya. Ia tidak ada tidur. Terlebih semalaman Aurora berada di luar dan jika siang ia harus bekerja.

Mungkin tidak ada yang menginginkan posisi Aurora, tapi memang benar tidak ada satupun yang mau menjadi seorang budak bahkan Aurora sendiri tidak ingin berada di posisi ini.

Menghitung bulu domba sambil berpikir keras kapankah dirinya akan terlepas dari penderitaan yang tiada ujungnya.

Mungkin tidak akan ada? Namun jika dirinya berusaha pasti ada peluang, bukan? Aurora menunggu peluang itu. Semoga dirinya bisa melatih para budak dan Fares dengan cepat menguasai ilmu militer.

Wanita itu membuka matanya ketika mendengar suara sepatu yang melangkah mendekat. Aurora bersiap siaga pasalnya banyak orang yang hendak melecehkannya di dunia ini. Tapi untungnya Agustus datang tepat waktu dan menghukum mereka.

Aurora mengangkat wajahnya hingga matanya bertabrakan dengan Sargon. Lagi-lagi Sargon melihat sorot di dalam netra itu. Namun jika itu Aurora tidak mungkin. Tidak ada sejarah seorang budak mendapatkan keterampilan menari balet dengan profesional dan lebih indah dari Estelle.

"Pa... Pangeran?!"

Tidak ada jawaban dari Sargon dan Aurora meringis. Kenapa Sargon harus sedingin ini. Pria itu benar-benar menyebalkan dan juga sulit untuk dibuat tersenyum.

Aurora selalu merasakan hawa ketakutan. Jika Agustus dan Oceanus masih bisa mempedulikan dirinya, sementara Sargon seakan ingin membunuhnya dan tak pernah menyukai kehadirannya.

Sepertinya musuh utama Aurora di sini adalah Sargon.

"Kenapa kau duduk di situ? Merusak pemandangan indah istana milik Agustus." Aurora terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Sargon dengan tegas dan lantang mengatakan jika keberadaannya di sini akan merusak pemandangan istana, sebegitu buruknya kah dirinya?

Aurora menghela napas. Ingin sekali dia memukul mulut Sargon. Wanita itu berdiri dan mundur berencana ingin meninggalkan Sargon.

"Berhenti! Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanyanya pada Aurora dengan suara datar tanpa ada intonasi.

Aurora meneguk ludahnya dan ia pun kembali menghadap Sargon. Pria itu mendekatinya dan kemudian menyentuh dagunya yang membuat Aurora merasakan sekujur tubuhnya meremang.

Sargon kemudian mengangkat dagu mungilnya dan kemudian menatap wajahnya dengan pandangan tajam.

Jarak mereka sangat dekat dan Aurora merasakan tubuhnya bergetar ketika Sargon seakan ingin melahapnya.

"Pangeran apa yang kau lakukan?"

"Di mana kau ketika malam perjamuan?"

Deg

Ucapan Sargon menohok perasaan Aurora. Apakah Sargon curiga padanya? Oh Tuhan bagaimana ini. Habislah Aurora.

Wanita itu menggelengkan pelan. Ia menggigit bibirnya berharap jika Sargon akan percaya padanya. Tanpa disadari Aurora Sargon tengah menatapnya dengan pandangan berbeda ketika wanita itu menggigit bibirnya.

"Kau berniat menggoda ku budak?"

Aurora melotot. Menggoda? Jelas-jelas Aurora dari tadi diam dan tidak berbuat ulah. Apa yang dipikiran Sargon sehingga menilainya seperti itu. Apakah pria itu tidak sadar apa yang sudah diperbuat olehnya.

"Pangeran apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak menggoda mu."

"Jangan menggigit bibir mu. Kau seperti ***.*** menjijikkan," ucap Sargon mampu melukai hati Aurora.

Wanita tersebut mengulum bibirnya. Tangan Sargon masih berada di dagunya dan Aurora berpikir kapankah Sargon menjauhkan tangannya dari dagunya.

Sargon yang mengerti kegelisahan Aurora lantas menyentak dagu Aurora hingga terpaling. Hal itu membuat Aurora merasakan sakit.

Ia ingin marah tetapi tak bisa. Pria itu sangat mengerikan ditambah ia telah berjalan meninggalkan Aurora.

"Kenapa ada makhluk seperti dia? Aku membencinya," ujar Aurora sambil menahan napas. "Satu keluarga sama saja. Tidak ada yang benar. Semena-mena."

___________

Agustus, Sargon, dan Oceanus memasuki tempat tahanan bawah tanah. Ruangan itu penuh dengan alat penyiksaan dengan beberapa metode.

Baik dengan cara tubuh diremukkan, dikuliti, atau bahkan dibaringkan di atas pisau tajam. Semua hukuman di sini tidak ada yang manusiawi. Bahkan ada besi berukuran besar dan membentuk suatu ruangan.

Di dalam ruangan itu muat dengan tubuh manusia lalu kemudian besi tersebut dipanaskan dan otomatis tahanan akan merasakan terbakar perlahan atau dioven.

Agustus memandang beberapa orang yang sudah tidak berbentuk lagi. Pria itu mengambil catatan hasil penyelidikan.

Ia melihat pria itu dan kemudian tertawa.

"Siapa yang menyuruh kalian?"

Tidak ada yang mau mengaku. Tentunya Agustus sudah tahu itu sejak awal makanya dia tidak pernah mengandalkan para tahanan karena mereka pantang membuka suara.

Agustus mengandalkan penyelidikan yang dibentuk oleh tim khusus. Timnya sangat hebat kadang hanya beberapa hari saja sudah mendapatkan hasil yang diinginkan.

"Tidak ada yang mau mengaku?" tanya sinis Sargon lalu menyeringai. Ia mengambil air lava dan siap menyiramkan kepada para tahanan tersebut. "Katakan secepatnya sebelum kalian akan mati dengan lava panas ini."

Mereka bergidik ngeri membayangkan tubuh mereka yang hancur ketika disiram dengan lava tersebut.

Semuanya merasa ketakutan dan Sargon merasa puas dengan cara dirinya mengintrogasi.

"Kami hanya pembunuh bayaran yang disewa oleh kerajaan Euthoria."

Agustus menyipitkan matanya. Oh ternyata kerajaan tersebut ingin mencari masalah dengannya. Jika mereka menantang Agustus dan Agustus akan meladeni mereka dengan senang hati.

"Bawa dia ke sel dan berikan perawatan."

"Kau tidak membunuhnya Agustus?"

"Menepati janji," ujar Agustus. Ia bukan tipe orang yang sangat jahat. Agustus memiliki hati meski hanya kepada tahanan dan juga para budak saja ia jahat.

Ia adalah orang yang adil dan juga menepati janjinya. Berbeda dengan Oceanus yang kadang haus dengan darah.

Agustus menghela napas dan keluar dari tempat tahanan. Suara lolongan dari tempat itu terus terdengar tanpa terputus.

Oceanus dan Sargon mengikuti dari belakang.

"Cepat sekali dia mengaku!"

"Benar kata Sargon," ujar Agustus dingin.

Oceanus melirik wajah Sargon yang tengah tersenyum bangga. Oecanus menghela napas panjang dan kemudian berjalan menuju ruangan perpustakaan.

Perpustakaan itu adalah milik Agustus pribadi. Mereka akan membincangkan sebuah rencana politik membahas kerajaan Euthoria yang berani menyerang Engrasia.

Pantas saja ada gelagat aneh dari pangeran Euthoria ketika malam perjamuan.

Ketika masuk mereka langsung terkejut melihat Aurora ada di sana. Ketiganya berhenti di depan pintu memperhatikan wanita itu yang sedang asyik membaca.

Keheranan terbesit dari ketiga orang itu melihat Aurora yang ternyata pandai membaca.

"Dia adalah seorang rakyat miskin apakah dia pernah bersekolah?"

"Sekolah sangat mahal belum tentu orang miskin bisa masuk."

"Kenapa dia bisa membaca."

Sargon ingin menghampiri dan menegur Aurora. Tetapi Agustus melarangnya dengan mencegah Sargon menggunakan tangannya.

"Dia sudah lancang memasuki area pribadi mu Agustus. Kepalanya harus kau pisahkan."

"Biarkan. Kita lihatkan apa yang sebenernya wanita itu sembunyikan. Aku memiliki kecurigaan besar kepadanya. Sepertinya ia memiliki sesuatu yang bisa kita manfaatkan."

___________

Tbc

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA

Terpopuler

Comments

✨ Canddy MinSuga😼

✨ Canddy MinSuga😼

lanjut thorr

2022-08-09

1

Uswatun Khasanah

Uswatun Khasanah

memanfaatkan Au... 😏 yang ada kalian yang kecolongan.. menggelikan.. 😅

2022-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!