Aurora menatap ketiga pangeran, Agustus, Oceanus, dan Sargon yang tak pergi dari penjara. Mereka malah menjadikan tempat ini markas untuk menyusun strategi.
Padahal harapan Aurora sangat ingin mereka pergi agar Aurora lebih leluasa di dalam penjara.
Dia merasa tidak aman dan seakan tengah dihantui oleh mereka. Aurora menarik napas panjang dan menatap murka semua orang yang ada di sana.
Kenapa mereka harus berada di sini? Itu terus yang dikesalkan oleh wanita tersebut.
Pembahasan yang dibahas oleh ketiga pangeran itu membuat Aurora bosan. Dia tidak mengerti apa yang tengah mereka bincang kan.
"Kenapa meraka tidak pergi saja? Kenapa mereka harus di sana, aku merasa tidak bebas."
Aurora menaikkan bajunya yang sudah robek tersebut ke tubuhnya. Ia tak diberikan pakaian yang layak, Aurora merasa sangat hina karena dia seperti sampah yang tidak dilirik.
Apalagi bajunya tidak layak untuk dipakai. Aurora hanya bisa menutup tubuhnya dengan kain sobek tersebut dan untungnya Aurora memiliki rambut yang sangat panjang dan bisa menutupi sebagian tubuhnya.
Tapi penjara ini sangat dingin hingga membuat tubuh Aurora menggigil. Aurora menarik napas panjang dan berusaha memeluk tubuhnya.
Sesekali wanita itu melirik ketiga pangeran tersebut yang masih sibuk dengan strategi yang tengah mereka buat.
"Kau tahu apa yang akan kita lakukan ini cukup berbahaya Agustus?" sela Oceanus yang tidak ingin kakaknya itu mengambil jalan menantang.
Agustus melirik adiknya dengan dingin. Kenapa adiknya belum paham juga dengan dirinya? Sementara itu kenapa Oceanus berubah menjadi penakut?
"Kau merasa takut Oceanus?" tanya Sargon yang sama gilanya, tidak ada takut-takut nya dengan strategi yang akan mereka lakukan dan bisa saja membuat perpecahan di dalam keluarga istana.
"Kenapa kau tiba-tiba menjadi pengecut begini Oceanus? Seperti bukan kau," ujar Agustus sambil menatap dingin adiknya.
"Aku tidak takut hanya aku merasa terkejut sebentar. Jika itu yang kalian inginkan aku bersedia untuk melakukan juga," ujar Oceanus. Ia tidak terima dikatai penakut maupun pengecut oleh kedua kakaknya.
"Lantas kenapa kau menyela kami?"
"Sudah aku katakan hanya terkejut."
"Hm," ujar Agustus.
Aurora yang mendengar pembicaraan mereka meringis. Ketiganya sama-sama kaku dan dingin dan anehnya pembicaraan tetap mengalir begitu saja. Dapat Aurora simpulkan orang yang dingin dan kaku memang lebih cocok untuk berbicara sesama mereka.
"Sangat membosankan," lirih Aurora.
Ia bergerak sedikit dan meringis ketika tubuhnya terasa sakit antara pedih dan remuk. Air mata Aurora mengumpul. Ia berusaha tegar ternyata tak bisa.
Aurora memutuskan untuk tidur ketimbang menahan rasa sakit dengan mata terbuka. Wanita itu memejamkan matanya dan memeluk tubuhnya.
Bau darah yang sangat menyengat dan bau busuk yang begitu menguak tak dapat membuat Aurora bisa tertidur dengan nyaman. Wanita itu terdiam dengan napas tertahan.
Aurora tak sanggup begini terus. Ia ingin pergi dari tempat ini dan keluar dari novel terkutuk tersebut. Wanita itu lantas memejamkan mata berharap ketika bangun ia sudah berada di ranjangnya di zaman modern.
"Semoga semua ini cuman mimpi. Jika benar ini mimpi aku tidak akan pernah tidur lagi."
Aurora lantas hanyut dalam tidurnya. Dia tidak tidur nyenyak, sesekali dia tersentak ketika merasa tubuhnya sakit.
"Kapan kita akan melakukan penyerangan?" ujar Oceanus sambil menatap kedua pangeran yang merupakan kakaknya.
"Penyerangan akan dilakukan besok."
"Apa kau masih yakin dengan strategi mu? Bagaimana jika ayah marah pada mu dan kita?"
Sargon menatap Oceanus dengan wajah mengejek. Kenapa tiba-tiba adik sepupunya itu berubah menjadi pengecut.
"Jika kau tidak mau Oceanus, kau cukup memakai pakaian wanita dan menunggu di dalam kamar."
"Kau Sargon!" geram Oceanus dan hendak menebas kepala sepupunya tersebut.
Sargon hanya menarik napas dan menyingkirkan ujung pedang Oceanus. Agustus hanya menghela napas melihat kedua adiknya.
Agustus menatap lurus ke arah penjara dan Aurora terkejut bahwa dia ketahuan mengintip. Wanita itu langsung berpura-pura tak melihat.
Agustus menatap tubuh prihatin wanita itu. Aurora memang sangat cantik, bahkan dalam keadaan buruk seperti itu pesona yang dimiliki oleh wanita itu tak dapat ditolak.
"Kalian membutuhkan jala.ng?" tanya Agustus tiba-tiba di tengah konflik Sargon dan Oceanus.
Seketika Oceanus dan Sargon terdiam. Mereka melihat Agustus serempak dan mengikuti arah pandang laki-laki tersebut.
Oceanus tersenyum miring melihat Aurora yang dipenjara.
"Kenapa tidak kita jadikan dia budak kita?"
"Budak?" gumam Sargon.
"Kau benar Oceanus. Sangat sayang jika dia menjadi budak di luar sana tanpa pengawasan kita. Dia cantik tentunya hanya cocok menjadi budak kita."
"Aku setuju untuk itu."
Aurora merasakan tubuhnya merinding mendengar ucapan ketiga pangeran tersebut. Bodohnya Aurora dia tidak membaca novel itu sampai habis. Dia hanya membaca setengah di saat akhirnya Agustus mendapatkan Garce, sementara dia terhenti membaca saat Aurora Akuela berhasil di tangkap dan jadi tawanan perang.
Ia sangat berharga karena wajahnya yang cantik hingga Agustus menginginkan dia menjadi tawanan perang mereka. Aurora masuk ke dalam novel itu pada saat di tengah-tengah cerita dan apa yang ia jalani sekarang adalah bagian novel yang tidak dia baca, jadi Aurora tidak tahu bagaimana nasib Aurora Akuela ke depannya.
Karena ketidak tahuannya ini, Aurora memutuskan untuk membuat cerita dengan versinya sendiri.
"Aku tidak akan membiarkan diri ku ditindas oleh mereka."
______________
Aurora sudah keluar dari penjara beberapa hari lalu. Ia pun turun ke lapangan untuk dijadikan budak. Aurora sangat benci dengan prajurit yang sangat semena-mena.
"Kenapa aku harus takut? Aku sudah pernah merasakan sakitnya dicambuk, itu tidak akan membuatku takut tetapi malah membuatku yakin untuk mengulangi itu lagi dan menjadi kebiasaan ku."
Aurora tidak akan tinggal diam. Ia memikirkan cara licik lain untuk menjebak atasannya tersebut. Tangan wanita itu terkepal sempurna saat ia melihat teman-teman budaknya ditendang dan dicambuk jika tidak becus.
"Sangat tidak berperikemanusiaan. Apakah mereka ingin diajari olehku caranya menjadi manusia?" tanya Aurora pelan hampir tidak terdengar.
Wanita itu diam-diam keluar dari pekerjaannya tanpa diketahui. Aurora membuat jebakan. Di mana dia membuat tali transparan dan dibentangkan di tengah jalan lalu saat prajurit tersebut berjalan di sana Aurora menegangkan tali tersebut hingga ia terjatuh dan menyentuh batu yang Aurora sudah susun di sana.
Aurora tertawa gelak melihat si tua gendut itu keningnya penuh dengan darah.
Sontak para prajurit mencari orang jahil yang sudah menjebak rekannya. Ia melihat Aurora yang tengah tertawa.
Lantas mereka semua memerintahkan untuk mengejar Aurora.
"Kejar budak rendahan itu."
Aurora terkejut saat mereka berniat mengajarnya, lantas Aurora pun berlari kencang dan berusaha menghindari kejaran mereka.
Aurora juga dikejar menggunakan kuda. Jika begitu Aurora yakin dia tidak akan bisa selamat.
"Kali ini mungkin aku akan dipenggal." Aurora terus dikejar dan wanita itu merasa dia sebentar lagi malaikat maut datang menjemput dirinya. "Habislah kau Aurora Akuela."
Kelakuan Aurora kali ini terdengar sampai ke telinga ketiga pangeran yang kebetulan berada di area sana.
Agustus mengepalkan tangannya marah. Dia menatap Oceanus.
"Apa yang harus kita lakukan kepadanya?"
"Mungkin dia ingin kembali merasakan siksaan yang lebih menyakitkan," sahut Sargon datar.
Agustus menatap prajurit yang melapor.
"Tangkap dia hidup-hidup dan pukuli dengan besi panas."
Memang itu hukuman yang pantas untuk budak yang membangkang. Bagi mereka yang hidup di zaman tersebut adalah hal yang wajar, akan tetapi tidak untuk Aurora yang masih tabu degan kebiasaan di zaman ini.
_______________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
YsryhAbdh28💜
gk kebayang gimana rsa ny😭😭
2022-08-06
2
Uswatun Khasanah
up sehari berapa kali Thor.. aq gak sabar pingin tau lanjutannya.. penasaran.. ok.. 👍
2022-08-03
3
✨ Canddy MinSuga😼
up lagi thorr lanjut
2022-08-02
2