Langkah Aurora pelan mengikuti Agustus dari belakang. Wajahnya menahan malu karena dihinakan.
Kemudian wanita itu terkejut melihat Agustus berhenti berjalan dan Aurora menatap mata Agustus yang menoleh padanya.
Agustus menggeram marah karena ditatap seperti itu. Refleks ia ingin menebas kepala Aurora.
Aurora terkejut dan ia hampir terpekik.
"Sudah pernah dikatakan tidak boleh menatap mata seorang Pangeran untuk budak rendahan seperti mu."
Aurora terdiam dengan suara membisu. Wanita itu menundukkan kepalanya menunggu hal apa yang akan dilakukan oleh Agustus selanjutnya.
"Maafkan saya Pangeran."
Agustus menghela napas panjang dan kemudian Aurora pun melanjutkan jalannya ketika mendengar suara tapakan sepatu Agustus.
Aurora menahan napas melihat beberapa budak laki-laki yang sedang bekerja kasar dan sementara para prajurit membawa cambuk. Jika ada yang salah maka akan mendapatkan hukuman darinya dan dicambuk dengan kencang.
"Kau bersihkan semua istana ini."
Aurora terkejut. Bagaimana mungkin dirinya bisa mengerjakan semua itu sementara istana ini sungguh sangat luas dan besar. Mungkin setahun kemudian dirinya akan menyelesaikan semua itu.
"Pangeran, apa kau tidak bisa berbaik hati sedikit? Saya seorang perempuan."
"Sistem budak tidak mengenal wanita dan laki-laki. Kau ingin dijual rumah bordil dan memuaskan para laki-laki seperti budak wanita lainnya?"
Aurora melotot. Sampai kapan pun dirinya tidak ingin melakukan hal itu. Mungkin ini jauh lebih baik.
"Atau kau berharap kau dijadikan budak nafsu ku? Jangan harap, aku seorang pangeran mahkota tidak akan melakukan hal tersebut sedikit pun."
Agustus lebih tepatnya terlalu berlebihan. Dirinya bahkan sama sekali tidak ingin menjadi budak pemuas nafsu Agustus.
"Pangeran saya akan membersihkan semua ini."
Akhirnya Aurora memutuskan untuk membersihkan seluruh ruangan yang super duper besar. Wanita itu harus mengerahkan semua tenaganya.
Hari-hari dilalui Aurora dengan kesengsaraan dan penyiksaan apalagi ia melakukan kesalahan sedikit.
Luka-luka ditubuhnya menjadi hiasan untuk Aurora. Tiap hari dirinya dipaksa bekerja tanpa upah. Kemudian hari ini Aurora harus membersihkan ruangan Agustus.
Pria itu baru saja pulang dan mengetahui bahwa Aurora membersihkan ruangan pribadinya membuat murka Agustus.
Ia pun menghukum Aurora tanpa ampun.
"Maafkan saya Pangeran," lirih Aurora ketika rambutnya dijambak dan kepalanya hendak dipisahkan dari tubuhnya.
"SIAPA YANG MENYURUH MU MASUK?!! KAU TAHU BAGAIMANA MENJIJIKKAN TUBUH MU. BERLUMPUR, BERBAU ANYIR, BAU, DAN KUMAL!!" Aurora merasakan hatinya teriris. Ia tidak sempat untuk memperbaiki diri dan mandi karena memang tidak ada waktu. Ia harus bekerja penuh dan waktu istirahatnya hanya sebentar. Apalagi Aurora juga mengurus kuda-kuda Agustus bayangkan seperti apa baunya dirinya.
"Maafkan saya Pangeran, hiks. Maafkan saya, jangan bunuh saya."
Aurora memohon dan tubuhnya yang kurus tidak diberi makan beberapa hari itu ditendang oleh Agustus.
"Keluar kau dari tempat ku!!" Aurora dengan merangkak berjalan keluar dari kamar Agustus.
Tangisnya tak bisa ditahan lagi. Aurora tidak pernah bekerja seberat itu selama ia hidup di dunia modern.
Wanita tersebut menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya dan berjalan ke gudang tempatnya tidur dan beristirahat.
Aurora tak sengaja melintasi aula tempat seni. Ia melihat para penari balet yang menari. Senyum Aurora sumringah melihat mereka.
Aurora menatap dirinya yang compang-camping. Latihan itu untuk perjamuan pesta nanti dan Aurora ingin sekali mengikutinya tetapi dia tidak bisa.
Wanita tersebut menghela napas panjang dan sadar diri.
"Andai aku ada di sana."
Aurora ingat selama ketika dirinya di dunia modern dan ia banyak mendapatkan pujian sekaligus hadiah dari mereka.
"Aku ingin pulang. Apakah kalian semua mencari ku?"
Aurora menarik napas panjang dan wanita itu kemudian kembali ke ruangannya.
Ia ingin membersihkan diri dan berpakaian bagus seperti mereka. Aurora merasa sakit yang sungguh dalam ketika dihina oleh Agustus tadi.
Kebetulan atau tidak Aurora melihat salah satu pelayan ingin membuang baju sederhananya.
"Kau ingin membuang pakaian itu?"
Bahkan seorang pelayan mendecih kepadanya dan melemparkan pakaian tersebut ke tubuhnya.
"Kau tak memiliki pakaian, kan? Ini ambilah."
Aurora pun mengambil pakaian tersebut dan tersenyum senang. Ia merasakan perutnya juga lapar namun sebisa mungkin Aurora menahan.
"Aku lapar."
Pelayan itu juga sudah pergi. Aurora harus mencari cara mendapatkan makanan. Wanita itu ke gudang terlebih dahulu dan ia mendapatkan kolam kecil tak jauh dari gudangnya.
Untungnya di sini banyak pepohonan rimbun hingga tak ada yang mengintip Aurora mandi. Wanita itu akhirnya merasakan air setelah sekian lama. Ia juga meminum air sumur tersebut dan kemudian dirinya membasuh tubuhnya sambil tertawa.
"Segar sekali."
Setelah sekian lama Aurora keluar dari sumur tersebut. Kini ia seperti dilahirkan kembali dan tubuhnya seputih susu. Selain itu ia juga memiliki paras yang sangat menawan.
Aurora mengambil pakaian pelayan tadi dan mengenakannya. Ia tersenyum dan Aurora ingin melihat wajahnya. Ia bercermin pada pantulan air sumur tersebut.
Aurora terkejut sambil menyentuh wajahnya. Itu sangat cantik bukan seperti dirinya. Memang sangat mirip dengan Aurora Metafora tetapi ini Aurora Akuela, hanya saja wajahnya jauh lebih cantik.
"Apa ini benar aku? Ternyata memang sangat cantik." Aurora tersenyum dan ia pun mengeringkan rambutnya lalu mengenangnya.
Wanita cantik tersebut kembali ke gudang untuk beristirahat sebentar. Tak lama ia memejamkan mata tiba-tiba ada yang membuka pintu kamarnya kasar.
Dan ternyata itu Agustus. Pria itu terpesona melihat wajah Aurora yang tertidur damai dengan wajah bersih dan cantik. Baru pertamakali Agustus melihat wanita secantik Aurora, bahkan Grace pun kalah.
Degupan dada Agustus tak berhenti. Ia terpaku dengan reaksi tubuhnya yang sangat aneh. Pria itu yang berniat meneriaki Aurora seketika terdiam tidak bisa menahan napas.
"Sangat cantik," gumamnya tanpa sadar.
Tiba-tiba Aurora merasa terganggu dan ia membuka mata dan terkejut melihat Agustus. Segera Aurora bersujud memohon ampun.
"Maafkan saya Pangeran. Jangan hukum saya lagi."
Agustus diam. Melihat Aurora patuh kepada-nya tiba-tiba ada sebuah perasaan terbesit.
"Kau budak ku, bukan?" Aurora mengangguk sambil bersujud. "Semua yang akan mengurus barang-barang ku dan diri ku adalah kau. Siapkan air untuk aku mandi."
Aurora terkejut mendengarnya. Sebelumnya bukannya ia dimarahi?
"Kau akan diberikan beberapa pakaian dan kau harus mandi setiap hari." Agustus mengucapakan dengan mata yang tidak lepas dari Aurora.
"Terimakasih Pangeran."
"Ya. Cepatlah ke kamar ku."
Aurora tertegun mendengar Agustus. Tidak lama Agustus pergi dari tempat Aurora dan wanita itu bangkit dari sujudnya. Ia meniup rambut kecilnya yang menutupi wajahnya.
"Awas saja kau Pangeran sialan. Kau yang membuat aku seperti ini, memang aku tidak bisa membuat mu juga sengsara."
Tiba-tiba ada keinginan Aurora untuk menggunakan wajahnya sebagai senjata ia bertahan. Ia sangat cantik kenapa dia tidak mempermainkan pangeran tersebut.
Tetapi tidak dengan merelakan tubuhnya. Niatnya hanya untuk balas dendam.
__________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mila Empot
ceritanya sangat bagus ya thor
2022-10-13
0