Kirana
Malam sangat pekat, tak ada cahaya bintang atau pun bulan, langit begitu gelap. Angin dingin menusuk tulang. Tak ada suara terdengar, bahkan jangkrik pun enggan berderik. Hanya suara sendal yang berjalan di atas jalan yang beraspal. Suaranya terdengar tergesa-gesa.
Bagaimana tidak? Dia berjalan seorang diri di malam yang gelap. Kanan kirinya tidak ada pemukiman, hanya pohon-pohon yang tinggi, menjadikan jalan ini sangat gelap. Kirana terpaksa berjalan menggunakan senter ponselnya saja sebagai penerangan.
Kirana sedikit berlari, punduknya terasa dingin dan merinding.
Sayup-sayup Kirana mendengar suara, seperti ada yang merintih meminta tolong. Kirana mempercepat langkahnya, karena dia berpikir kalau itu adalah makhluk halus yang ingin mengganggunya.
Namun, dia berpikir lagi, bagaimana jika itu adalah seorang manusia yang memang butuh pertolongan? Kirana melambatkan langkahnya dan berhenti, dia kembali menimbang, haruskah dia melihat untuk memastikan apakah itu manusia atau bukan?
Kirana melihat ke sekeliling dengan senter ponsel jadulnya, sangat sepi. Dia lalu mengambil nafas dan berdoa lalu berbalik badan. Di senterinya jalan di depannya, tidak ada apa pun.
Kirana melangkah perlahan menyusuri jalan, sambil terus berdoa dalam hati. Sayup-sayup terdengar kembali suara rintihan itu, Kirana berhenti.
Netranya berkeliling mengamati sekitarnya dengan cahaya senter yang mengikuti arah pandang Kirana.
Tidak ada siapa pun, atau apa pun. Lantas dari mana suara rintihan itu? Apakah itu makhluk gaib?
"Tolong." Suara itu terdengar lagi. Namun, kali ini terdengar lebih jelas. Suaranya berasal dari sebelah kanannya.
Kirana memberanikan diri mendekati suara itu. Semakin dekat, suara itu semakin jelas terdengar, walau pelan. Senter ponselnya dia arahkan menuju selokan air.
Kirana melihat sepasang kaki yang memakai sepatu hitam di dalam selokan, reflek Kirana menutup mulut dengan tangannya. Dia sempat menahan nafasnya sesaat. Jantungnya berdebar kencang, darah seakan turun dari kepala menuju kakinya.
"Apa itu? Manusia atau setan?" gumam Kirana pelan. Lalu cahaya senternya dia arahkan terus lebih ke depan. Terlihat oleh Kirana sepasang kaki memakai celana jeans, terus lebih naik lagi dan terlihat kaos merah. Pelan-pelan tapi pasti, Kirana semakin mengarahkan cahaya senternya ke depan dan terlihat sebuah kepala dan kedua tangan di atas kepalanya, dalam keadaan terikat.
"Astagfirullah! Ini mah orang, manusia, cowok. Aduh gimana ini?" Kirana panik dia bergegas mendekati lelaki itu.
"Aduh maaf, mas. Tadi saya pikir setan," ucap Kirana tidak enak, seraya turun ke selokan yang untungnya airnya hanya sedikit.
"Mas, ... Mas! Bisa dengar saya nggak?" Tanya Kirana. Tidak ada jawaban dari lekaki itu.
"Aduh, udah mati kali, ya?" Tanya Kirana pada dirinya sendiri.
"Tolong." Lelaki itu kembali bersuara pelan.
"Eh, dia bisa ngomong! Berarti belum mati. Ayo Mas, saya bantu ke atas." Kirana berusaha mengangkatnya, tapi dia hanyalah seorang perempuan yang tenaganya tidak seberapa. Di samping itu lelaki ini terlihat lebih tinggi darinya.
Kirana menyerah, lelaki itu tidak terangkat sedikit pun. Kirana lalu berpikir apa yang harus di lakukannya? Dia melihat ke arah sekeliling, mungkin saja ada orang yang lewat untuk dimintai tolong. Namun, di jam seperti ini di kampung, mana ada yang berkeliaran padahal jam baru menunjukkan pukul sepuluh malam.
Kirana mencoba lagi mengangkat lelaki itu. Kali ini dia mengangkatnya dari depan dengan cara menarik tangannya yang terikat. Kirana lupa belum melepaskan ikatan tali itu, lalu Kirana membuka ikatan talinya.
Setelah terbuka, Kirana memegang pergelangan tangan lelaki itu lalu menariknya, posisi Kirana, adalah berdiri, kakinya berada di sebelah kanan dan kiri badan pria itu. Kirana lalu membungkuk dan menarik tangan pria itu sekuat tenaga, namun, yang terjadi justru di luar prediksinya. Kirana yang tertarik dan terjatuh di atas tubuh lelaki itu.
"Ugh ...." Lelaki itu merintih karena tertiban tubuh Kirana dengan keras. Mata kirana membelalak, dia terpaku di atas tubuh lelaki itu, bibirnya pun menyentuh bibir sang lelaki. Kirana tersadar dan cepat-cepat bangkit, takut dia melukainya selain itu dia merasa malu.
"Maaf, tidak sengaja. Kamu lupakan saja, ya," pinta Kirana pada sang lelaki, yang tentu saja tidak akan ada tanggapan karena lelaki itu tidak sadarkan diri. Kirana merasakan tubuhnya basah karena lelaki itu berada di selokan air. Kirana berpikir, tubuhnya pasti kedinginan. Kirana harus cepat menolongnya.
Kirana menyentuh bajunya yang basah, tetapi dia mencium sesuatu, bau hanyir. Kirana melihat tangannya ada darah, dia lalu menyenteri bajunya, benar bajunya terkena noda darah. Kirana lalu mengarahkan senternya pada lelaki itu dan terlihat bajunya yang berwarna merah.
Setelah diamati lagi, ternyata bukan bajunya berwana merah, melainkan merah itu adalah darah yang merembas ke pakaiannya. Kirana panik seketika, itu artinya jika tidak cepat di tangani lelaki ini akan kehabisan darah. Kirana segera berpikir bagaimana cara membawa lelaki ini.
Kirana mengedarkan pandangannya dan mengarahkan senter mengikuti netranya. Dia melihat sebuah tali panjang, bekas mengikat tangan pria ini. Kirana mengambilnya dan memeriksanya, lumayan cukup panjang.
Kirana lalu menyelipkan tali itu di bawah punggung sang pria. Ujung tali satunya dia pegang lalu dia berdiri membelakangi di antara sela kaki si pria. "Bismillah semoga berhasil. Amin." Kirana lalu duduk membelakangi di sela paha si pria. Dia memegang tali itu di kanan dan kiri, lalu tangan Kirana masing-masing memegang tangan kanan dan kiri si pria, l dia menarik tangannya ke arah punggungnya. Pria itu, kini duduk bersandar pada punggung Kirana. Tangan sang pria berada di atas pundak kanan dan kiri Kirana.
Ditarik tali yang dia pegang, sampai dia rasa cukup lalu diikatkan pada dirinya. Diulangi sekali lagi dan di ikatkan.
Dia berusaha bangkit dengan memegang pinggir selokan.
"Bismillah, semoga berhasil. Ya Allah bantulah hamba, menolong pria ini, selamatkan dia. Amin." Kirana mengusap wajahnya lalu dia berusaha bangkit. Kirana berpegang pada pinggir selokan sekuat tenaga dia berusaha bangun. Alhamdulillah akhirnya Kirana berhasil berdiri.
Namun, dia tidak bisa berdiri tegak karena punggungnya menahan tubuh pria ini. Kirana berusaha naik ke atas keluar dari selokan.
Satu tangannya memegang kedua tangan si pria agar mengalung di lehernya.
Dia kemudian merangkak naik, sungguh, penuh perjuangan. "Kamu berhutang banyak padaku." ucap Kirana.
Kirana berhasil naik, dia lalu berusaha berdiri, syukurlah dia bisa, tubuh pria ini juga tidak jatuh. Kirana mengambil ponsel di saku celananya, lalu menyinari jalan yang gelap.
Kirana berjalan perlahan, punggungnya mulai sakit dan dadanya terasa sesak karena ikatan pada tubuhnya. Dia juga membungkuk sepanjang jalan. Rumahnya sudah dekat, dia mempercepat langkahnya.
Saat sudah sampai di depan rumahnya, Kirana mengetuk pintu dengan kencang. Pintu terbuka dan tampaklah seorang pria paruh baya mengenakan pakaian koko dan sarung serta peci putih. Dia melihat ke arah Kirana yang membungkuk, sambil menggendong seorang pria di punggunggnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Kinan Rosa
wah Kirana hebat bisa menggendong pria yang lagi pingsan
2023-01-22
0