"Kirana, kamu kalau kerja yang benar! Tuh kamar mandinya kotor begitu, malu tahu kalau ada tamu yang ke toilet." Datang Puspa karyawan kantor, ke ruangan Kirana.
Kirana baru saja beristirahat di ruangannya setelah dia menyikati kamar mandi, belum lagi tadi para karyawan menyuruhnya membuatkan minuman. Hari ini sungguh melelahkan.
Entah kenapa semua orang membuatnya sibuk. "Iya, Kak." Kirana segera bangkit dan mengambil alat tempurnya.
Rasanya dia ingin menangis, badannya sudah lelah sekali. Kirana berjalan ke toilet. Saat dia membuka pintu toilet, Kirana terkejut melihat pemandangan di toilet yang sangat kotor.
Kirana menyadari kalau saat ini dia sedang di bully, mereka sengaja melakukannya, tapi dia bisa apa? Hanya pasrah dan menerima semuanya.
Kirana mulai membersihkan toilet, pertama dia menyikat lantai yang kotor karena tanah. Bagaimana bisa ada tanah? Ini bukan musim hujan, sepatu mereka tidak mungkin sekotor ini.
Tisu toilet juga berserakan. Kirana menepuk dadanya untuk menenangkan hatinya yang bergejolak. Kirana menyapu tisu toilet lalu melanjutkan menyikati toilet.
Setelah lantai bersih Kirana mengelap cermin besar yang penuh dengan corat-coret lipstik. Ya Tuhan dia lelah sekali.
Kirana mengelap cermin sambil meneteskan air mata. Hari ini dia merasa sangat cengeng dan sensitif, sepertinya dia akan menstruasi.
Dalam waktu satu jam Kirana selesai membersihkan toilet, dia kemudian ke ruangannya dan mengambil pembalut. Kirana kembali ke toilet.
Dia masuk ke dalam salah satu bilik di toilet, lalu memakai pembalutnya. Saat Kirana akan keluar, dia mengurungkan niatnya karena mendengar suara dua orang perempuan yang baru masuk menyebutkan namanya.
"Biarin aja si Kirana kita kerjain. Siapa suruh genit sama CEO, cuma OG aja berani gatel sama CEO." wanita itu berkata sambil menyalakan keran.
"Tapi, aku kasihan juga. Kirana kan selama ini baik. Lagipula yang aku lihat bukan Kirana yang deketin Bos, tapi Bos yang deketin Kirana." Temannya menimpali lalu menyalakan keran.
"Ah, lo mah, pikirannya terlalu positif. Kirana begitu di depan kita, nggak tahu di belakang kita dia seperti apa? Bisa aja kan dia merayu si Bos."
"Padahal ya, yang deketin Bos itu cantik-cantik dan sexy, borju semua. Eh malah luluhnya sama Kirana, gadis biasa yang penampilannya pas-pasan."
"Udah ah, ngomongin dia terus!" Keran pun di matikan.
Mereka lalu keluar dari toilet. Kirana merasa lututnya lemas. Bagaimana bisa mereka berpikir seperti itu tentangnya? Dengan langkah gontai Kirana keluar dari bilik menuju cermin.
Dia berkaca, dirinya memang tidak cantik, tidak ada polesan lipstik di bibirnya yang berwarna pink. Wajah putihnya hanya memakai bedak biasa, alis tebalnya tidak memakai eyebrow. Bulu mata lentiknya tidak memakai mascara. Matanya yang berwana coklat tidak memakai soflens.
Lingkaran matanya yang hitam karena lelah, tidak terpoles eyeshadow. Hidung mancungnya hanya dioles bedak. Wajahnya polos tanpa make up berlebih.
Berbeda dengan mereka yang tampil cantik, dengan dandanan cetar membahana. Kirana tidak ada apa-apanya, dibanding mereka. Dia semakin merasa tidak sebanding dengan Pak Bintang.
Bagaimana jika nanti dia menikah dengan Bintang? Mereka akan semakin membencinya, dia tidak akan bisa bekerja dengan tenang.
***
Bintang mendapat laporan dari mata-matanya yang dia suruh untuk mengawasi Kirana. Dia memberi tahukan kalau Kirana sedang di bully karyawan kantor.
Bintang sangat marah, dia tidak terima angel-nya di bully. Kirana adalah calon istrinya. Siapa pun yang membullinya akan dia tindak dengan tegas.
Meskipun itu berarti dia harus memecat semua karyawannya.
Bintang meminta bukti, agar mereka tidak bisa mengelak. Setelah menerima buktinya, dia memanggil karyawan yang telah membully Kirana.
Kirana tidak mengetahui mengenai hal ini. Bintang juga tidak mau melibatkan Kirana. Karyawan yang di panggil merasa bingung, ada apa mereka di panggil?
Mereka masuk ke ruangan Bintang sekaligus, ada sekitar sepuluh orang, tiga lelaki dan tujuh wanita. Mereka berdiri di hadapan Bintang yang sedang duduk di kursi kebesarannya.
"Apa kalian tahu, kenapa saya panggil?" tanya Bintang pada sepuluh karyawan yang menunduk di hadapannya.
"Tidak, Pak." Mereka menjawabnya kompak.
"Kalian tidak menyadari apa yang telah kalian lakukan? Saya tidak suka ada bullying di kantor saya."
Mereka kini paham maksud dari Bosnya. "Maaf, Pak tapi saya tidak membully siapa pun di kantor ini," ucap salah satu karyawan wanita.
"Siapa namamu?" tanya Bintang.
"Intan, Pak."
"Kamu pikir saya akan memanggil kalian tanpa bukti?"
"Maaf, Pak. Itu hanya fitnah. Saya benar-benar tidak pernah membully siapa pun."
Bintang tersenyum miring, lalu menyandarkan punggungnya pada kursi. "Fitnah? Oke ... siapa lagi di sini yang sudah merasa di fitnah? Angkat tangan kalian!"
Semua karyawan mengangkat tangan, Bintang tertawa kecil. Dia lalu menegakkan duduknya. Wajahnya tiba-tiba menjadi dingin.
"Jadi kalian pikir saya memfitnah kalian?"
Semua terdiam dan perlahan menurunkan tangan mereka. "Maaf, Pak. Maksud kami bukan Bapak, tapi orang yang mengaku kami bully, yang memfitnah kami."
"Memang siapa yang mengaku telah di bully oleh kalian?" tanya Bintang.
"Yang mengadu pada Bapak." Intan berpikir Kirana telah mengadu pada Bintang. Dalam hati dia bersumpah akan membalas Kirana.
"Tidak ada yang mengadu pada saya. Memangnya kalian tahu, siapa orang yang kita maksudkan ini?"
"Kirana."
"Kamu langsung menyebutkannya, berarti kamu melakukannya."
"Tapi ...."
"Saya tidak perlu konfirmasi kalian, saya sudah ada bukti yang lebih akurat dari pada kata-kata kalian."
Bintang mengambil remote, dan menyalakan layar LCD yang menempel di dinding.
Semua melihat pada layar. Di sana, terlihat jelas bagaimana mereka membully Kirana. Dari mulai menyuruh membuat minuman yang sebenarnya mereka tidak minum. Sampai mengotori toilet yang sudah bersih.
Wajah mereka langsung berubah pucat, mereka berdoa semoga mereka tidak dipecat.
"Ada yang merasa di fitnah?" tanya Bintang.
"Ayo, angkat tangan kalian!" Bintang meninggikan suaranya.
"Selain kalian suka membully, kalian tidak jujur dan tidak merasa menyesal, saya tidak butuh karyawan seperti kalian. Tidak menutup kemungkinan, jika ada kesempatan untuk berbuat curang. Kalian pasti akan melakukannya."
"Maaf, Pak. Saya khilaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi" Puspa maju ke depan.
"Tadi saya sudah memberi Kalian kesempatan untuk mengakui kesalahan kalian, tapi kalian justru berbohong. Sekarang tidak ada lagi kesempatan kedua."
"Kalian semua pergi ke bagian HRD, ambil gaji dan pesangon kalian, lalu bereskan semua pekerjaan kalian hari ini."
Bintang berkata dengan tegas, matanya menyorot tajam. Semua karyawan menunduk. Dengan langkah gontai satu per satu keluar dari ruangan Bintang.
Mereka tidak pernah menyangka hari ini adalah hari terakhir mereka bekerja. Sungguh mereka tidak pernah berpikir akan seperti ini efek dari membully seorang Kirana.
...------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Kinan Rosa
rasain Lo
2023-02-03
0
Junae
Mksh. Ceritanya Keren Thor.
Lanjut dan tetep semangattttt ya Thor ! 💪💪💪
2022-08-03
2