19. Terlalu Ganteng

Hari Selasa saat pemotongan rambut pun akhirnya tiba. Hasan lagi-lagi bersikeras menjemputku, dengan alasan menebus kesalahannya yang kemarin-kemarin. Aku sebenarnya juga nggak mau, takut merepotkan, tapi setiap kali dia telfon aku dan bilang besok mau jemput, semakin aku jawab tidak, semakin dia bersikeras. Dan akupun tak ada alasan untuk menolak ajakan dia lagi, karena sesungguhnya memang aku gak rugi kalau dia yang jemput.

“Udah siap berangkat?” Katanya di telfon.

“Eee… Iya siap. Tapi, aku belum pulang, aku masih di sekolah.”

“Oke, aku jemput kamu ke sekolah, sambil sekalian kenalan dengan Paskibra Sekolah terbaik se Jawa Timur versi GELEGAR 2011. Haha…” Katanya dengan tertawa lantang.

“Eh, nggak usah. Hari ini bukan latihan wajibnya Paskibku. Lagian juga kamu jemput aku di depan gerbang, nggak mungkin kamu tahu satu persatu anggota Paskibku kan.” Kataku ketakutan.

Padahal sebenarnya hari ini mereka lagi pemilihan pasukan untuk Pengibaran Kecamatan. Mampus kalau satu sekolah tahu aku dijemput dia. Semenjak kejadian mengerikan hampir satu tahun yang lalu, aku yang paling dikenal anti dengan cowok yang gak dikenal. Aku bisa saja dekat dengan beberapa temanku cowok, hanya kalau itu teman baikku dan aku kenal dengan dia. Kalau gak kenal, jangan harap dia bisa berkenalan denganku, aku tertutup mulai detik itu.

Dan agaknya kalau aku dijemput cowok macam Hasan (siapapun walaupun bukan Hasan tapi cowok), semua orang akan berpendapat baru bahwa aku sudah terbuka untuk cowok. Dan aku nggak pengen kenal dengan cowok lagi, tidak untuk kali ini. Aku masih belum siap.

“Nggak pa pa lah. Aku pengen tahu aja. Oke ya, aku jemput kamu, aku udah di Peterongan ini. Bye… Assalamu’alaikum.” Katanya dengan diiringi bunyi “tuutt..” yang panjang.

“Dasar cowok GJ. Ngapain juga dia mau tau temen-temen Paskibku. Nggak penting banget.”

“Nindy…” Suara salah satu temanku memanggil, dan aku menoleh. Ternyata Anggis.

“Iya, ada apa Nggis?” Aku berharap jangan mencegahku pergi sekarang. Bisa gawat kalau Hasan tau aku masih di dalam area sekolah.

“Mau bantu aku milihin pasukan buat pengibaran di Kecamatan? Kita tinggal milihi yang kelas X nih, teman-teman ngandalin PASKABnya buat milihin yang kelas X. Mau ya??” Kata Anggis.

“Ha?? Kenapa harus PASKABnya? Eee.. Ridan sama Desi mana?” Tanyaku.

Bego juga kenapa tadi aku nggak nyuruh mereka nunggu aku berangkat bareng, karena Desi juga nggak bawa motor sama kayak aku, dia jadinya bareng Ridan. Tapi sekarang mereka dimana…

“Mereka udah berangkat duluan, katanya Ridan lagi ada urusan, mangkannya ngajak Desi berangkat duluan. Lha kamu nunggu siapa Nin?” Tanya Anggis curiga.

“Eeee.. Aku… Aku.. Nunggu jemputan, ee.. Barengan sebetulnya. Masku, iya, Masku. Hehe..” Kataku dengan sebisa mungkin menyembunyikan gagapku karena berbohong.

“Oh, nunggu Mas kamu, yaudah masuk dulu, nanti kan dia nelfon kalo udah disini.”

Mati aku. Aku nggak bisa berbohong untuk kedua kalinya. Haduh, yaudah deh, aku nurut aja. Dengan harapan Hasan mau nelfon aku dulu kalo udah di depan.

“Oke. Aku bantu sekarang. Kelas X-nya uda siap?”

“Udah, yuk..”

Dan kurang lebih 15 menit dari aku memilih pasukan bersama beberapa teman-temanku, aku melihat Pak Satpam berjalan ke arahku. Aku diam saja dan tetap melanjutkan melihat PBB Juniorku, namun Pak Satpam jelas sekali sedang melaju ke arahku, dan aku sempat bertanya kenapa beliau kesini, padahal ini masih siang, nggak mungkin sudah disuruh bubar latihannya.

“Mbak Nindy, ada yang jemput..” Katanya sambil menunjuk ke arah gerbang.

“Oh iya Pak, makasih.” Kataku, dan sempat sesaat aku lihat Pak Satpam tersenyum ke arahku. Ada apa ya… Namun aku langsung berbalik ke arah teman-temanku dan berkata.

“Masku udah dateng jemput, aku ke PPI dulu ya..”

“Oke Nin, makasih ya… Selamat berpendek ria. Haha…”

Rupanya teman-temanku sudah tau kalau agenda ke PPI hari ini adalah potong rambut, namun belum sempat teman-temanku berhenti tertawa dan aku sendiri belum sempat balik badan untuk pergi meninggalkan mereka, bagai ada malaikat turun dari langit, mereka ternganga ke arah selasar beton depan kelas-kelas. Bahkan Anggis yang mengambil-alih pasukan ikut terdiam, membiarkan Junior kelas X dalam posisi hormat ditengah siang bolong begini di depan tiang futsal.

Aku pun serentak menoleh mencari tau sumber pengalih perhatian mereka. Dan tepat saat itulah Si Makhluk Super Menjengkelkan Hasan menghentikan motor balapnya dan melepas helmnya. Aku ikut tersentak melihat kelakuan memalukannya itu (menurutku).

Aku terpaku ditempat, tak sanggup berkata-kata ataupun bertindak, membiarkan saja semuanya terdiam, berharap teman-teman tidak tau kalau Si Hasan itu datang menjemputku, aku diam saja, hanya saja posisiku ditengah teman-teman dan Juniorku terlalu kentara. Aku memang berbeda dengan teman-temanku, walaupun aku bersembunyi dibelakang mereka semua, dan walaupun itu hal konyol yang takkan terjadi mengingat aku lebih tinggi dari mereka semua, Hasan akan langsung mengetahuiku. Dan aku mendengar salah seorang temanku berceletuk.

“Siapa dia? Nggak mungkin anak Karunia, terlalu ganteng.”

“Ganteng katamu? Ih.. Muka menjengkelkan gitu...” Kataku dalam hati.

Dan masih saja mereka semua terdiam, seperti di drama-drama romansa yang ogah aku tonton, dengan gerakan slow motion Hasan mendekati kami.

“Salam Merah Putih”!! Katanya dengan suara memukau dan sikap hormat yang tegas.

“Jaya!!” Aku dan teman-temanku menjawab.

Dan seperti penderitaanku di dunia ini masih kurang saja, Hasan berkata.

“Saya Hasan, CAPASKA 2011. Apakah saya boleh meminjam Nindy? Kami harus segera ke PPI, karena akan ada pemotongan rambut komunal. Tentunya kalian sudah tau itu..”

Katanya dengan tersenyum sebagian di bibirnya dan menaikkan alisnya yang lebat dan keren ke arah teman-temanku, dia bahkan tidak memandangku sedetikpun. Dasar sialan.

“Nindy??” Tanya temanku Rina dengan bego.

“Iya, Nindy, teman kalian yang ada di belakang kalian itu, yang sekarang lagi gak merasa bersalah kayaknya membiarkan saya menunggu lama di depan.”

Katanya ganti memandang ke arahku dengan ekspresi puas yang berbeda dengan perkataannya.

Wajahku memerah dan mendongkol ketika teman-temanku memandang ke arahku.

“Katanya Mas Okta yang mau jemput kamu?” Kata Anggis ke arahku. Dia tetap saja membiarkan Juniorku hormat ke tiang futsal.

“Ee.. Ee.. Ii.. Iya tadinya Mas Okta yang mau jemput aku, tapi mungkin dia.. Dia gak bisa.” Kataku berbohong ke teman-temanku.

Untung saja Tyas segera berkata.

“Eee.. Maaf Bang Hasan, tadi kami minta bantuan Nindy milih pasukan buat Pengibaran di Kecamatan, kami kira Mas Okta yang akan jemput. Ternyata kamu. Kalau begitu sekarang dia bisa segera ke PPI.”

Kata Tyas dengan menarikku mendekati Hasan, aku segera menjauhinya seakan dia berpenyakit menular.

“Terima kasih, kami sudah mau telat soalnya. Sampai ketemu ya.” Dan dia bersalaman ala Paskib ke teman-temanku dan kemudian menarik tanganku menjauh. Aku segera melepas tangannya.

Bersambung

**************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉

Like, komen, dan vote ya...

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!