2. Pertempuran Pun Dimulai

Peraturan GELEGAR kali ini sedikit beda dari tahun kemarin. Diantaranya adalah PBB Kreasinya disendirikan dan dibuat Battle dengan peserta nomer urut selanjutnya. Seperti kami, kami mendapat nomer urut 3, itu artinya kami Battle Kreasi dengan nomer urut 4. Dan itulah masalahnya kini, nomer urut 4 itu adalah SMAN 1 Prapanca. Yang kalau dinilai dari segi kualitas masih kalah dari kami. Tapi semangat mereka untuk mengalahkan kami, terutama dari yang ku dengar tadi dari seseorang bernama Hasan, Danton-nya itu, bahwa mereka harus bisa mengalahkan kami. Kenapa harus kami?? Kenapa tidak SMA-SMA kota seperti SMA 3 Jombang, SMA 1 Jombang, atau SMA tetangga, Mojokerto?? Atau SMA-SMA luar kota yang sering jadi langganan juara. Seperti SMAN 1 Malang, SMAN 5 Kediri, atau SMK KAL 1 Surabaya. Mereka lebih layak diperhitungkan. Tapi itu tak penting sekarang. Yang terpenting adalah aku harus segera memberi tahu temanku agar benar-benar menunjukkan yang terbaik. Karena sekarang kami juga benar-benar ‘under pressure’ dari SMA Prapanca.

“Teman-teman, dengerin aku bentar ya. Aku harap kalian konsentrasi dengan aba-abaku. Jangan dengarkan sedikitpun suara-suara di luar sana. Tetap konsentrasikan pada satu suara yaitu aba-abaku. Tampilkan yang terbaik. Karena aku tahu kita dicap kuda hitam oleh beberapa sekolah. Kita gunakan kesempatan ini untuk mendobrak. Terutama kalau kalian bisa mengalahkan SMA Prapanca, itu lebih baik.” Pesanku kepada teman-temanku saat sebelum terjun ke lapangan.

“Kenapa harus SMA Prapanca Nin?” Tanya Tita.

“Sudahlah, pokoknya ada aja….” Jawabku.

“Panggilan ditujukan kepada SMA Negeri 1 Karunia, agar segera memasuki lapangan.” Terdengar panggilan dari panitia. Dan segera kami turun tribun untuk menuju ke lapangan.

Sebelum aku berjalan turun dari tempat dudukku, pandangan indah itu kembali menghampiriku. Aku harus menahan rasa tak jelas ini karena hatiku sendiri sudah dag dig dug tak karuan. Aku lemparkan selayang pandang untuk membalas tatapan dia. Dan dia tersenyum. Senyum yang memukau tapi juga menyimpan misteri.

“Langkah tegap majuuu---- jalan!” Lantangku untuk memulai semua usaha keras kami ini. Aku dobrak semangat teman-teman untuk mengeluarkan kemampuan terbaik yang mereka punya.

“PRA-SA-KA-JAYA…” Itulah awal mulai kita mendobrak. Menunjukkan bahwa kita adalah Paskibra SMA Negeri 1 Karunia. Dan serentak satu GOR bergemuruh menyaksikan kreasi dobrakan kami. Selanjutnya sebagai awalan adalah aku laporan ke Dewan Juri. Kemudian menempati kotak Danton yang berada di sebelah kanan Juri Utama. Hatiku sudah dag dig dug deer tak karuan campur aduk jadi satu seperti gado-gado. Tapi aku berusaha mengontrol hati ini. Hal itu diperparah dengan berkumpulnya kakak-kakak seniorku ditengah tribun penonton. Mereka menampakkan wajah-wajah sumringah memberi semangat kepada kami. Tapi kenyataan itu mendorongku untuk kembali konsen kepada aba-aba yang harus aku lancarkan karena waktu juga sudah berjalan.

Kemudian setiap PBB Dasar terlalui dengan lancar. Ada yang menurutku baik, cukup, bahkan kurang. Entah pendapat Dewan Juri seperti apa. Yang terpenting sekarang adalah berusaha menjalankan apa yang sudah kami programkan dengan baik.

PBB Dasar terlalui. Kemudian beranjak ke Formasi dan Yel-Yel. Selanjutnya Tutup Formasi yang didahului dengan yel terakhir yang mendobrak. Serentak seluruh GOR bergemuruh. Kemudian aku keluar dari kotak Danton untuk laporan terakhir, selanjutnya menuju ke barisan dan keluar dari lapangan sementara untuk beristirahat.

Kami bisa sedikit bernafas lega ketika aku memberi aba-aba untuk istirahat di tempat. Dan kami disuguhkan dengan pemandangan lawan kami yang berlaga. Aku heran dengan sendirinya, karena aku tak dapat sedikitpun mengalihkan pandangan dari Hasan. Danton SMA Prapanca yang bernomor dada 4 tersebut. Dia terlalu menarik untukku. Terlebih dengan pandangan misteriusnya dan mata indahnya. Oh Tuhan… Apa maksud semua ini?

Dia menempati kotak Danton dengan keyakinan yang mantap dan seakan-akan benar-benar menunjukkan mental juara. Aku mendadak pindah haluan saat memikirkan ini. Tubuhnya yang gagah, suaranya yang lantang membelah GOR, sudah tak terlihat lagi di depanku. Apalagi saat aku teringat niatnya tadi untuk mengalahkan SMA ku. Yang ada adalah dia sebagai batu yang siap membuatku jatuh kapan saja. Dan aku harus menyingkirkan batu itu jika tidak ingin terjatuh.

Saatnya bagi mereka untuk mengakhiri perjuangannya di putaran pertama. Putaran kedua inilah yang paling ditunggu-tunggu. Mereka sudah stand by di lapangan bagian kanan dari Juri Kreasi. Dan pasukanku pun datang. Menempati posisi lapangan bagian kiri. Kemudian Wasit Battle menempati posisinya dan menyiapkan kedua pasukan yang ada di depannya.

Aku sudah menempati kotak Danton kedua sebelum Hasan menempati kotak Danton pertama.

“Pleton satu siap?” Seru Wasit Battle.

“SIAP!!” Jawab kami memecah sorakan penonton yang sudah menggelegar.

“Pleton dua siap?”

“SIAP!!” Jawab Pleton SMA Prapanca dengan tak kalah lantangnya dari kami. Tapi memang disana banyak cowoknya. Ada 10 cowok, sedangkan pasukanku sendiri hanya 3 cowok. Selebihnya cewek. Oohh… Sungguh tak adil. Tapi kami memang minim cowok. Disaat aku asyik memikirkan ini, yang sebenarnya tak penting, suara Wasit Battle memecah lamunanku dan membuatku kembali berkosentrasi pada serentetan aba-aba yang harus aku lancarkan segera.

“Battle dimulai!!” Komando Wasit Battle. Dan serentak seluruh GOR bergemuruh. Entah itu suporter dari kedua belah pasukan ataupun dari SMA lain.

Dan akupun memulai sederet aba-aba Kreasi dengan diselingi oleh aba-aba dari Hasan sendiri. Bergantian suporter-suporter dari kedua kubu melancarkan yel-yelnya. Dan itu menambah semangat kami untuk menunjukkan yang terbaik.

Dan ini adalah kesempatan kedua dimana dia dapat memandangku dengan leluasa. Tempat kami lurus diantara dua pasukan kami. Dan aku berusaha agar tidak memandang dia. Walaupun aku tahu hal itu mudah dilakukan. Yang aku herankan, dia tidak memandang pasukannya. Melainkan memandangku. Ada apa sebenarnya?? Aku jadi salah tingkah sendiri. Apakah aku terlihat lucu disini?? Padahal menurutku tidak. Penampilanku sudah aku maksimalkan. Dan pandangan dia juga tidak menunjukkan aku lucu. Malah mengandung sejuta misteri. Bukan pandangan ingin menjatuhkan seperti yang aku lihat dari dia tadi saat berbicara dengan temannya dari SMA PGRI 2 Jombang yang ternyata juga Danton. Aku sebenarnya mengerti pandangan itu. Tapi aku menepisnya. Aku mencoba untuk fokus kepada apa yang aku emban.

Dua menit berselang. Dan kami terus saling pandang. Ada saatnya aku mengalihkan pandangan ke arah pasukanku. Tapi dia tidak. Ahh… Biarlah. Mungkin itu yang dimaksud dengan menjatuhkan mentalku. Karena cara setiap orang berbeda. Asal kamu tahu saja bro, aku tidak termakan oleh godaanmu. Suaraku dalam hati. Dan mulai saat itu aku tidak memandangnya lagi. Agaknya dia tetap memandangku. Tapi aku biarkan saja.

Pas di menit ketiga, Battle PBB Kreasi ini selesai. Aku menutupnya dengan membubarkan pasukanku di tengah lapangan. Sebenarnya itu agak nggak etis. Banyak pasukan lain yang tidak dibubarkan di tengan lapangan, tapi aku memilih jalan itu karena memang itulah yang kami konsepkan. Jika aku merubah konsep, anak-anak bisa bingung dan bisa hancur tak karu-karuan karena melenceng dari konsep. Maka kami jadinya adalah yang paling aneh diantara 32 pasukan yang mengikuti lomba ini. Tapi kami PD. Sedangkan pasukan dia dikeluarkan dari lapangan dengan cara yang lazim. Yaitu dengan belok, tiap-tiap banjar, ataupun aba-aba yang lain. Dan itulah akhir dari pandangan dia selama kami di lapangan.

Bersambung

***************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap ikuti terus kisahnya ya, berikutnya akan sangat seru... 😉

Jangan lupa like, komen, dan vote ya..

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!