1. Awal Mula

Saat itu kami mengikuti lomba PBB Dasar, Kreasi dan Formasi Paskibra SMA-SMK se-derajat tingkat Jawa Timur yang diselenggarakan oleh SMAN 2 Jombang, GELEGAR (Gerak Langkah Kreativitas Generasi Paskibra), yang bertempat di GOR (Gedung Olah Raga) Jombang. Dan apa hubunganku dengan dia???

Dia adalah Danton (Komandan Pleton) dari pasukan Paskibra SMAnya, SMAN 1 Prapanca Jombang. Dan SMA tersebut adalah rival Battle PBB Kreasi kami.

Dari awal kami menginjakkan kaki di halaman depan GOR Jombang, pundak kami terasa kaku oleh beban tanggung jawab yang kami emban. Semua orang menasehati kami bahwa menang adalah bukan segalanya. Tapi tunjukkanlah penampilan yang terbaik. Dan kami tidak hanya punya pemikiran sampai disitu. Kami harus menang untuk membuktikan kepada semua orang yang ikut maupun tidak ikut berkecimpung dalam dunia Paskibra kami bahwa kami mampu membawa nama Paskibra SMAN 1 Karunia (PRASAKA JAYA) menjadi yang terdepan.

Dan kami pun melenggang maju dengan hati yang dipaksa mantap. Melewati meja absensi, pemeriksaan tas, dan stempel anggota badan. Kemudian kami menaiki tangga tribun peserta dengan hati dag dig dug tak karuan. Sesampainya diatas, kami juga sudah melihat banyak peserta lain dari SMA-SMA baik dari dalam kota ataupun luar kota. Aku tercenung melihat mereka begitu optimis dalam menghadapi apa yang ada di depan mereka saat ini. Sangat berbeda jauh dari diriku sekarang. Menanggung beban nama baik banyak orang. Dan saat ini aku semakin pucat melihat wajah-wajah mereka, benar-benar aku tak layak diperhatikan jika mereka memperhatikanku sekarang, karena aku sendiri tak dapat tidur semalaman.

Kami menempati tribun kami dengan sangat tidak percaya diri, sedikit salah tingkah, walaupun kenyataannya tak ada yang memperhatikan siswa-siswi anggota Paskibra sekolah pinggiran seperti kami. Aku memilih duduk 2 tingkat dari bawah, melepas tas, duduk tenang, membaca sholawat dan terus mengingat apa saja aba-aba yang harus aku berikan saat kami berlaga nanti. Karena aku adalah Danton-nya, maka aku adalah sentral dari semuanya. Sukses atau tidaknya, sedikit lebih banyak tergantung dari aku. Aku sempat pusing mendadak memikirkan hal ini.

Beberapa menit kemudian, kawanan rival kami, Paskibra SMAN 1 Prapanca datang. Mereka melangkah mantap seperti pasukan Rasulullah berangkat perang. Mereka menempati bagian tribun sebelah kanan kami, karena mereka memang mendapat urutan tampil nomer 4 dari 32 peserta SMA se-Jatim.

“Yang mau ke kamar mandi mendingan sekarang aja. Sebelum nanti Upacara Pembukaan!” Seru Mas Fariz Pelatih Paskibra kami sekarang.

Dan mendadak bagai tersengat listrik di bagian perut bawahku, aku pun merasakan sensasi itu. Begitu menyesakkan.

“Eee… Rin, ikut aku ke kamar mandi yuk! Aku kebelet pipis nih…” Ajakku pada temanku Rina.

“Iya deh Nin, aku juga kebelet pipis!” Kata Rina. Dan kami pun izin ke Maz Fariz untuk turun ke kamar mandi.

Tapi agaknya jalanan tribun tidak bisa diajak kompromi. Banyak peserta yang masih sliwar-sliwer tak karuan. Ada yang baru datang, ada yang entah kemana, ada juga yang sejalan dengan kami, ke kamar mandi. Di tangga utama apalagi… Hanya satu per satu anak tangga kami bisa turun dengan jarak waktu yang cukup lama. Padahal rasa kebelet kami seakan sudah sampai ke ubun-ubun. Satu pelajaran penting kalau kalian suka nervous jadi orang, jangan pernah melupakan rasa pengen pipis, karena kalau kalian sudah ingat panggilan alam itu muncul, rasa itu bisa mencekikmu sampai ke ubun-ubun.

Dan di tangga utama inilah, awal dari semua hal terjadi. Aku turun, dan dia naik. Entah karena sebab apa dia memandang nomer dadaku seperti itu, yang memang waktu itu aku tempatkan di dada sebelah kiri. Dan pandangan itu serentak ke atas ke arah mataku. Lama. Dan memang diuntungkan oleh kepadatan orang-orang yang lewat disekitar kami. Pandangan itu hangat, indah, menyentuh, dan yang paling membuatku tak tahan adalah seperti mengulitiku. Padahal hanya sebatas lewat mata. Tapi seakan sedikit celah hatiku terbuka karena melihat makhluk semenarik dia. Dia mempunyai postur yang lumayan. Dengan tinggi sekitar 175 cm atau lebih, badan ideal, kulit sewarna madu yang seksi, dan mata indahnya, mendukung penampilan dia yang juga seorang Danton. Tapi aku tak sempat melihat dia nomer urut berapa, karena dia kelihatannya sengaja membalik nomer dadanya tersebut. Semoga saja bukan nomer 4, do’aku dalam hati. Kalau misal dia nomer 4, maka dia adalah rivalku.

Pandangan itu kuakhiri duluan karena jarak kami juga sudah lumayan jauh. Terasa aneh kalau kami terus saling pandang. Dan bagai tersengat listrik lagi di daerah perut bawahku, sensasi itu kembali ada. Akupun mencekeramnya dan sambil menggandeng tangan Rina, dia pun ku ajak berlari ke kamar mandi.

“Gimana, puas mbak???” Canda Anggis, salah satu temanku.

“Huh… Berjubel banget di tangga. Kayak antri BLT!” Sahutku. Dan akupun kembali duduk di tempat dudukku tadi. Terasa lega karena sensasi menyesakkan itu sudah hilang. Ganti sekarang kembali berkosentrasi ke aba-aba dan terus membaca shalawat.

Tapi tak lama kemudian kudengar suara-suara yang seakan dekat banget di telingaku. Ku biarkan saja karena memang kami dengan sekolah-sekolah lain hanya dipisahkan oleh tali rafia. Aku toleh ke arah teman-temanku. Mereka semua diam. Hanya OT (Official Team) kami yang berbincang dengan Mas Fariz. Dan itupun dengan sangat perlahan, bahkan aku tak mendengarnya. Lalu siapa yang ngomong seenak udelnya sendiri ini?

Lamat-lamat kudengarkan pembicaraan mereka.

“Gimana perkembangan paskib sekolah kamu Do?” Kata salah satu suara yang lumayan enak didengar.

“Biasa-biasa aja San. Gak ada perkembangan yang berarti. Kalau kamu sendiri gimana?” Sahut satunya.

“Emm… Sama sih sebenarnya. Cuma kami berusaha agar apapun yang ada di depan kami dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Termasuk event GELEGAR ini. Soalnya kapan lagi kami bisa unjuk gigi seperti ini. Tapi…”

“Tapi apa???”

“Rival kami nggak sepadan. Gimanapun kami berusaha buat bisa mengungguli mereka, tetap aja kami pesimis. Kayaknya mereka mendobrak kali ini.” Kata suara yang lebih enak didengar tersebut.

“Emang siapa rival kalian??” Tanya salah satunya.

“Tuh…” Si suara lumayan menunjuk. Tapi aku tak berani menoleh ke arah yang ditunjuk oleh dia. Karena dengan aku menoleh, maka akan terbongkar kedokku sebagai penguping. Maka akupun tetap mendengarkan apa saja yang mereka bicarakan.

“Hahahaha….. Mereka??? Beneran San??? Kok aku nggak tahu ya kalau mereka lawanmu? Berarti kamu nomer urut 4??”

“Iya… Nih!!” Dan si suara lumayan tersebut seakan menunjukkan sesuatu ke satunya. Entah apa yang ditunjukkannya tersebut karena aku juga nggak mungkin menoleh ke arah mereka hanya untuk pengen tahu apa yang ditunjukkannya.

Tapi… Aku jadi berfikir, berarti si suara merdu tersebut adalah salah satu dari anggota Paskibra SMAN 1 Prapanca yang sekarang berada di sebelah kananku. Tapi yang satu ini melesat sendiri seakan tak perlu berdo’a di tempat duduknya sendiri, malah harus berkunjung ke tribun peserta dari SMA PGRI 2 Jombang yang berada di sebelah kiriku. Terus kuperhatikan saja apa perbincangan mereka.

“ Hahaha… Yang sabar aja ya… !!!” Komentar satunya.

“Yahh… Kamu jangan gitu dong Do. Kami kan udah berusaha keras banget buat nunjukin yang terbaik. Kami gak mau dong kalau keringat kami diinjak-injak sama mereka. Aku sendiri sih nggak peduli mereka siapa, punya reputasi apa, punya prestasi apa, atau bentuk formasi pasukan yang gimana. Mereka tetap rival kami. Dan kami harus lebih baik dari mereka.” Sembur si suara merdu dengan semangat yang berapi-api.

“Hahaha… Oke Hasan… Aku ngerti gimana semangat kamu bawa nama SMA kamu dan Paskibra Sekolah kamu. Tapi liat mereka juga San. Mereka itu kuda hitam. Kapanpun mereka bisa mendobrak kalau mereka mau.” Kata yang satunya dengan suara polos dan tidak dibuat-buat.

Aku jadi berfikir lagi, apakah yang dimaksud si suara merdu itu adalah SMA ku. Karena tadi dia menunjuk sesuatu yang sekiranya adalah tempat SMA ku, dibuktikan dengan dia mendapat nomer urut 4. Berarti memang yang dimaksud kuda hitam oleh yang satunya adalah SMA ku. Tapi… Ah… Itu nggak mungkin. SMA ku nggak mungkin sampai dipertaruhkan menjadi kuda hitam seperti itu. Biasanya malah tak pernah terfikirkan oleh kalangan SMA-SMA kota.

“Udah lah San… Dijalani aja dulu. Soal menang nggak menang itu urusan belakangan. Yang penting kita bisa tunjukkan yang terbaik yang udah kita siapkan selama ini.” Kata yang satunya.

“Tapi aku nggak puas kalau nggak bisa kalahkan mereka. Paling nggak suporterku bisa berteriak mengejek lah. Kan jarang-jarang kita bisa buat malu SMA Karunia! Hahaha…”

Dan darahku berdesir mendengar nama itu. Tuh kan… Aku serentak tegak dan menoleh ke arah mereka. Ternyata mereka memang duduk tidak jauh dariku. Hanya berjarak 1 tingkat dan sedikit lebih ke kiriku. Kuperhatikan si suara lumayan yang ngomong terakhir tersebut. Dan dia pun juga memandang ke arahku. Dan ternyata dia adalah si mata indah. Seseorang yang aku temui di tangga tadi. Aku tak menyangka jika kami akhirnya bertemu lagi. Dan yang paling membuatku tak percaya adalah bahwa dia sedari tadi membicarakan aku dan kawan-kawanku. Dan berniat untuk membuat kami malu. Ku telusuri ke bawah ke arah nomer dada dia yang terpancang di sebelah kanan. Tercetak dalam kertas karton berwarna biru dan melingkar itu nomer 4. Aku sekejap menganga dan tak sanggup lagi berkata-kata. Ternyata dia…..

Aku kembali duduk dan mukaku merah seperti penggorengan panas.

“Ya Allah… Kenapa ini harus terjadi???”

Bersambung

**************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉

Like, komen, dan vote ya...

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!