8. Mengantar Pulang

Sesampainya dirumah, aku disambut oleh pemandangan rumah yang sudah bersih dan indah. Kentara sekali Nenek sudah ikut campur tangan. Kemudian aku mengajak Hasan masuk. Dia pun mengikutiku dari belakang.

“Assalamu’alaikum…” Kata kami berdua serempak.

Di ruang tamu bergaya Barat yang sepertinya Hasan tidak ketahui, karena dia dengan gamblang melihat-lihat sekitar, bahkan sampai melongok ke atas, kami disambut oleh Nenek yang langsung memasang tampang galak.

“Wa’alaikumsalam. Siapa ini?” Tanyanya dengan pandangan menyelidik. Langsung ke pusat sasaran.

Kemudian tanpa dikomando, tangan Hasan terjulur untuk mengambil tangan Nenek dan menciumnya. Persis seperti orang yang menyatakan cinta.

“Saya Hasan Nek…”

“Dan kenapa kamu kemari?” Tanyanya masih dengan nada yang galak.

“Dia temen Nindy Nek. Dia yang nganterin Nindy pulang. Tadi Mas Okta masih ada kuliah sore soalnya. Kalau Nindy nunggu Mas Okta kemaleman. Nyatanya aja sekarang Mas Okta belum pulang kan…”

“Oohh… Kirain siapa..” Sahut Nenek. “Ya sudah kalau begitu ajak dia kebelakang. Ambilkan dia minum ya Nindy!”

“Iya Nek…”

Lalu kami pun menuju ruang tengah yang bergaya Jawa Klasik. Dengan kursi-kursi duduk dari kayu Jati asli. Hasan terkagum-kagum melihat interior rumahku.

“Maafin soal Nenekku ya. Orangnya emang gitu. Protektif. Tapi kalau tahu aku sama temanku, orangnya jadi lunak lagi kok.”

“Iya… Nggak pa pa lagi.” Dan dia melanjutkan melihat-lihat.

“Disini pasti cita rasanya Jawa banget…” Dia mengapresiasi seakan ruang tengahku ini makanan.

“Iya… Disini kami mengambil konsep Jawa Kuno. Tapi jadinya ya nggak kuno-kuno juga sih. Hanya ingin menyampaikan kesan Jawanya aja…”

“Emm… Bagus. Kalau ruang tamunya tadi konsepnya apa?”

“Konsep Uzbekistan dengan banyak modifikasi. Tak tahulah aku bagaimana Ayah mendekorasinya. Yang penting menurutku aku nyaman ya oke aja…”

“Hemm… Agak aneh. Tapi secara keseluruhan bagus sih. Seperti kita berada di banyak negara lain di bumi ini. Hehehe…”

“Ah kamu. Bisa aja. Ya udah. Ini bukan acara mengomentari rumah orang. Kamu istirahat dulu gih. Aku ambilkan minum.” Kataku seraya menyuruhnya duduk. Dan diapun duduk di sofa yang biasanya aku tempati. Sofa yang berbentuk 5 jari dengan telapak tangannya. Sangat nyaman duduk disitu. Seakan kita tak ingin beranjak…

“Gimana soal barang-barang bawaan kita nanti San?” Aku keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi gelas dan Jus Kiwi. Dan dia yang awalnya memandangi lukisan pointilisku terkaget-kaget saat aku tanya demikian.

“Eh… Apa? Bawaan ya? Emm… Ya tinggal stiker tadi sih yang sulit nyarinya. Tapi kamu juga harus buat rok hula-hula dari tali rafia.”

“Oh… Rok hula-hula. Kayaknya aku udah punya deh.” Kataku sambil meletakkan nampan tadi.

“Dapat dari mana?”

“Sisa Pengukuhan dulu. Masih ada. Tapi mungkin perlu dicuci lagi soalnya masih banyak sisa-sisa lumpurnya.”

“Oh… Iya ya. Kamu masih kelas dua.”

“Kamu udah kelas tiga ya San? Wah… Berarti aku seharusnya panggil kamu Mas donk? Kamu kan seniorku…”

“Hehehe… Ya nggak lah Nin. Biasa aja. Kan kita satu angkatan. Yaitu Paskibra Kabupaten 2011.” Katanya percaya diri.

“Belum. Kita masih Calon…”

“Hahaha… Iya sih.”

Dan kita pun bercanda bersama sampai waktu maghrib tiba.

“Allahu Akbar… Allahu Akbar…” Terdengar seruan untuk menyegerakan shalat dari masjid yang tak jauh dari rumahku.

“Eh, udah maghrib. Kamu ndang shalat gih.”

“He’em. Kamu juga kan?”

“Aku lagi libur San. Kamu shalat aja sendiri. Mushalanya sebelah dapur.”

“Oh.. Iya deh. Bentar ya. Kamar mandinya sebelah mana?”

“Kamar mandi luar ada di belakangnya dapur. Lurus aja dari sini.” Kataku sambil tersenyum.

“Oh, oke. Bentar ya..”

“Eh iya…” Kataku mengagetkan. Dan Hasan serentak menoleh. Takut aku akan mengucapkan kata-kata yang mungkin akan menyebabkan jantungnya berdetak keras.

“Kalau kamu gerah kamu bisa mandi sekalian.”

Dan wajahnya yang semula tegang menunggu apa yang akan aku sampaikan, kini menjadi sedikit rileks.

“Hehehe… Iya. Tenang aja. Kamu nggak panuan kan?” Katanya kembali dengan candaannya.

“Eh, enak aja. Ya enggak lah San. Ya udah ndang mandi sana…” Kataku sedikit mengusirnya.

“Eh iya…” Kataku yang kembali ingat kalau ada hal yang harus aku sampaikan lagi. Aku mengutuki diriku sendiri saat dia kembali menoleh dengan wajah yang lumayan ketakutan.

“Apa lagi??” Kali ini agak terlihat jengkel.

“Handuknya ada di gapstok sebelah kamar mandi. Yang warna pink…” Aku mengatakannya juga dengan tak kalah takutnya. Takut jika aku harus dipandangnya lagi dengan pandangan yang mampu membuatku gila tersebut. Tapi dia secepat kilat mengubah ekspresi wajahnya menjadi ceria kembali dan aku juga sedikit lebih rileks.

“Pakai handuk kamu? Yang bener aja?” Tanyanya dengan wajah tak percaya.

“Bukan handukku. Itu handuk khusus tamu. Lagian kalo handukku emang kenapa? Aku yakin kamu nggak panuan kok.” Dan aku pun tersenyum. Dibalas senyum dan anggukan kepala oleh dia, lalu dia pun berjalan menuju bordes rumahku yang lain yang aku tunjukkan tadi.

Bersambung

**************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉

Like, komen, dan vote ya...

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!