Oh… Apakah harus terulang lagi kecewaku??? NGGAK!! Aku nggak bisa menerima kenyataan jika si SRB itu bukan seperti tipeku sama sekali. Pendek, gemuk, item, berkeringat, dan gondrong, serta berbau keringat. Oh… Berbeda sekali dengan Hasan yang disetiap senti tubuhnya memancarkan aura sendiri…
“Nindy… Kamu nggak pa pa kan??” Kata Hasan diseberang. Aku tersentak kembali ke dunia ini.
“Eee.. iya, iya…. Apa?” Kataku terkaget-kaget.
“Nggak usah dipikir kali. Nggak usah GR juga. Dia hanya suka kamu karena katanya kamu cantik. Yahhh…. Biasa, dia sering bergaul dengan para Umbrella Girl yang cantik-cantik itu. Jadinya dia udah tau gimana kriteria orang cantik. Paling nggak menurut dia sendiri. Hehehe… Mungkin kamu mau direkrut jadi salah satu diantara anggotanya gitu. Hahaha…”
“Apa?? Umbrella Girl??” Kataku shock untuk kesekian kalinya.
“Yahh…. Tapi aku nggak mungkin lah biarin kamu jadi kayak mereka. Gila emang si SRB itu. Tapi kamu nggak usah kepikiran. Dia nggak bener-bener kok.”
“Emmm…. Hasan???”
“Ya??”
Aku menarik nafas dalam-dalam.
“Si SRB itu…” Aku megap-megap demi mengontrol dadaku yang mulai naik turun.
“Dia…. Dia…. Anak DRAG?? Drag. Kau tau?? Menggunakan ‘A’. Bukan ‘U’.”
Hasan sesaat diam. Mungkin bingung dengan yang aku omongin. Dan setelah agak lama, dia bersuara.
“Ya… Dia anak DRAG. Montir. Dan terkadang juga jadi Joki motorku kalau pas aku nggak bisa. Kenapa?? Kenapa kamu tau DRAG juga? Jarang cewek ngerti hal kayak gini. Dunia seperti DRAG itu terkadang tertutup hanya untuk pecintanya aja…” Katanya berubah serius.
“Emmm… Emmm…. Kebetulan aja aku tau. Aku juga suka loh liat DRAG gitu. Memacu adrenalin. Dan kreatifitas mereka tinggi soal otak-atik motor. Aku yakin mereka juga sama-sama intelek di bidangnya masing-masing.” Kataku tak meyakinkan.
“Ya…. Luas dunia DRAG itu. Kapan-kapan kalau kamu mau, aku bisa ajak kamu ke bengkel kami. Bengkel kecil-kecilan lah. Hasil usaha aku sama temen-temen. Apa salahnya, untuk mengisi waktu luang sama menyalurkan hobby. Toh banyak juga nomor-nomor event resmi yang berhasi kami dapatkan…” Katanya senang.
“Emmmm Oke. Bisa diatur. Tapi… Kamu biasanya ikut komunitas mana??”
“Temen-temen sih untuk sementara ini jadi yang terbesar di Prapanca. Tapi kami juga ikut komunitas Pecinta DRAG SMA. Maksudnya komunitasnya anggotanya dari anak SMA. Beda sama anak SMK, mereka cenderung jaga jarak sama kami. Mungkin dikiranya kami sok tau tentang dunia mereka. Padahal hobby semacam ini juga siapa aja bisa mengikuti kan…” Katanya berapi-api. Dia menjelaskan seperti aku tidak mengenal dunia itu saja.
“Ya… Kamu benar. Aku jadi pengen kenal sama temen-temen kamu.” Kataku meyakinkan.
“Kalau ada waktu kamu pasti aku ajak ke Prapanca. Ke bengkel kami. Tenang aja. Oke?”
“Oke. Thanks ya!” Kataku dengan tersenyum.
“Nggak marah lagi??”
Oh My God, aku tertangkap basah kehilangan emosiku yang tadi. Maka aku hanya bisa tertawa kehilangan senjataku itu. Dia pintar mencari celahku.
“Emmm… Oke. Aku nggak marah lagi. Tapi pastikan kalau teman kamu yang jail itu tadi nggak mengulanginya yang kedua. Kalau sampai dia kayak gitu lagi, aku nggak segan-segan bikin perhitungan sama dia, sama kamu juga…” Kataku mengancam.
“Iya, Nindy. Kamu tenang aja!” Katanya menentramkan. Aku suka suaranya itu…
“Ya udah. Aku tak nglanjutin belajar dulu ya…” Kataku segera menepis perasaan yang semakin lama semakin berkembang.
“Oh, kamu lagi belajar ya. Ya udah deh. Maaf ganggu. Kamu lanjutin dulu. Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikumsalam.” Sedetik yang terlambat. Aku menyadari jika aku tak bisa mendengar suaranya lagi. Aku sedikit menyesal. Tapi…
“Eh iya Nin…” Katanya mengagetkan.
“Apa lagi???”
Munafik jika aku berfikiran ini. Tapi aku harus mengakuinya. Aku ingin dia memaksaku untuk terus bicara dengannya…
“Minggu aku jemput!”
Dan belum sempat aku menjawab apapun, dia sudah menutup telfonnya. Kini yang menggantikan suara merdunya itu hanyalah suara Tut… Tut… Tut… Yang berkepanjangan. Aku melongo masih tak bisa menyadari ini. Sampai suara Mas Okta yang mula-mula terdengar jauh, kini mendekat dan mengagetkanku.
“Udah ditutup tuh telfonnya. Ayo ndang dilanjutkan belajar…” Katanya sambil menahan tawa.
“Emmm… Apa?? Belajar?? Oh iya…” Aku meletakkan HP ku dan dalam sedetik rasa kantuk menyergapku kembali.
Bersambung
**************
Selamat membaca ☺
Semoga suka...
Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉
Like, komen, dan vote ya...
Terima kasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments