4. Tersadar Kembali

Yel-yel andalan kami terus dibunyikan oleh seluruh warga SMAN Karunia yang ada di GOR tersebut. Membawa kebahagiaan penuh pada kami.

Seusai acara foto bersama, aku pun kembali ke teman-teman yang kini sudah turun dan membanjiri lapangan. Tapi aku tak sadar jika aku tengah diperhatikan lekat oleh seseorang. Dan orang itu adalah Hasan. Kembali Hasan. Aku kini begitu dekat dengan dia. Dia tepat berada di depanku. Dengan sama-sama membawa piala yang membanggakan, dia tersenyum ke arahku. Dan aku pun ikut tersenyum.

Tapi belum sempat aku bertanya kenapa dia seperti itu, senyuman itu sudah hilang. Digantikan pandangan sejuknya yang benar-benar bisa membuat seseorang tak bernafas karena saking tercengangnya. Aku suka mata dia, aku suka suara dia, aku suka tubuh dia, dan aku suka senyuman dia, serta pandangan dari mata indahnya. Tapi aku baru bisa menyadari bahwa pandangan itu segera pergi. Dia sudah dijemput oleh teman-temannya, dan akupun juga. Pandangan itu menjauh. Jauh.. Jauh... Dan mungkin sekarang sudah pergi dari GOR ini. Entah kapan aku bisa kembali memandangnya seperti itu. Tapi belum sempat aku mengalihkan pandanganku dari sosoknya yang mulai menghilang, mata itu kembali ada. Dekat. Sangat dekat. Hingga aku bisa merasakan nafasnya yang hangat. Dan sesaat kemudian aku bisa merasakan teriknya matahari menyengat kepalaku.

“Nin… Nindy… Kamu kenapa?? Sadar Nin…” Kata seorang cewek.

“Hasan… San… Sadar bro… Baru tahu cewek cantik aja udah kayak gitu…!!!” Kata salah seorang cowok.

Dan bagai tersambar listrik, aku terjingkat sadar kembali ke dunia ini. Aku meninggalkan dia karena lenganku sudah ditarik oleh salah satu temanku. Tapi mata kami tetap melekat. Tajam. Dan menyesakkan. Kemudian karena aku sudah tak sanggup menoleh lagi, aku pun meninggalkan dia menuju ke papan pengumuman. Ternyata aku sudah berada kembali di dunia ini. Dan aku kembali bertemu dengan si mata indah itu…

************************************************

“SMA Karunia… Duh,, mana ya??? Oh… ini dia.” Kata Tyas yang terus menelusuri papan pengumuman itu.

“3 anak. Ridan Andi, Anindyta Hernanda, sama Desi Erna Wati.”

“Wah… Selamat ya teman-teman!!” Kata salah seorang temanku dan aku beserta Ridan dan Desi dipeluk ketat sama mereka. Hingga rasanya tak bisa bernafas. Setelah proses mengharukan tersebut, aku duduk di tempat duduk dari beton yang terdapat tak jauh dari papan pengumuman tersebut. Aku memikirkan apa yang terjadi padaku tadi. Hingga kenangan saat GELEGAR dulu terulang kembali. Seperti rasanya aku berada kembali disana. Hanya disebabkan oleh pandangan dia.

“Nin… Kamu kenapa?? Masa keterima CAPASKA malah sedih sih??” Tanya Rina yang mendekatiku. CAPASKA adalah Calon Paskibraka.

“Enggak Rin… Aku nggak pa-pa kok…”

“Kamu masih kepikiran cowok tadi ya?? Kamu juga kok bisa berpandangan kayak gitu sih?? Emang dia siapa??” Tanya Rina kembali.

“Kamu nggak ingat dia??”

“Emm… Jujur, kayaknya aku pernah liat dia, tapi aku nggak ingat dia siapa. Siapa sih Nin??” Tanyanya penasaran.

“Dia Hasan…”

“Hasan?? Kayaknya aku pernah ingat… Dari SMA mana??”

“Satu Prapanca…”

“Hasan?? Dari SMA Prapanca? Dia masuk CAPAS tuh…” Sahut Tyas.

“Apa?? Dia masuk CAPAS juga?? Aduh… Ampun!!” Lemas sudah badanku rasanya. Aku nggak pengen kayak tadi lagi. Sudah cukup dua kali ini. Dan aku nggak pengen terjadi lagi. Benar-benar nggak pengen. Tadi sungguh memalukan!

“Emangnya kenapa sih Nin? Kamu jadi kayak tadi. Padahal kita juga tahu, kalau kamu yang paling anti sama cowok akhir-akhir ini. Apa lagi yang nggak dikenal. Kita juga nggak nyangka ya Rin, kalau kamu bisa kayak tadi..” Kata Tyas kepada Rina.

“He’em Nin… Tapi aku yakin juga kalau kamu sebenarnya nggak bermaksud kayak tadi. Kamu tadi nggak sadar ya??”

“Udah teman-teman! Aku nggak pengen bahas yang tadi.”

“Tapi kami pengen tahu Nin… Kamu ada apa?? Kami juga ingat cowok yang tadi. Rasanya pernah jumpa. Tapi aku lupa dimana!!” Sahut Siwi.

“Dia Danton-nya SMA Prapanca waktu GELEGAR kemarin. Kalian tentunya inget dia…” Jawabku.

“Oh My God… Dia… Iya, aku ingat!!” Kata Rina dengan wajah tersentak dan memandang Tyas yang sedang membentuk huruf O bundar dengan mulutnya.

“Best Danton. Dan dia yang berniat untuk mengalahkan kita saat GELEGAR kemarin. Aku masih ingat bagaimana cara dia memandangku saat itu. Dan aku sama sekali nggak mengerti maksud dari pandangannya.” Aku menjelaskan apa yang selama ini hanya ku simpan di dalam hati.

“Termasuk yang tadi??” Selidik Ridan.

“Iya. Aku sih nggak mungkin memandang cowok seperti itu. Hanya saja tadi arah jalannya lurus denganku. Dan saat aku memandang matanya, dia juga memandangku. Dan serentak saja di depan mataku kenangan kita dua bulan yang lalu saat GELEGAR terjadi. Aku nggak ngerti kenapa ini bisa terjadi. Sampai rasanya aku nggak di tempat ini saat ini. Aku ada di GOR. Aku Danton kalian. Dan… Dan… Kita menang. Aku wakilin kalian buat nerima piala… Selanjutnya dia kembali memandangku dan… Oh… Entahlah. Tiba-tiba aja aku sudah kembali berada disini dan aku bisa mendengar suara kalian lagi. Semuanya begitu membingungkan. Apa aku sudah gila??” Aku menumpahkan seluruh yang tidak aku mengerti kepada teman-temanku. Nafasku tersengal-sengal saat Ridan menanggapi ceritaku.

“Emm… Yang jelas kamu nggak gila kok Nin. Hanya saja mungkin kamu ada ikatan batin yang kalian berdua nggak tahu. Entah itu semacam apa juga aku nggak tahu. Yang jelas dia seperti mengenal kamu. Mangkannya dia memandang kamu seperti itu. Dan harus aku akui kalau dia punya pandangan yang mampu buat seorang cewek klepek-klepek memang. Tapi kurasa kamu nggak kayak gitu. Dan inilah yang aku nggak ngerti. Kenapa kamu juga memandang dia seperti tadi??”

“Aku juga nggak ngerti Dan… Sepertinya di mata dia itu aku bisa temukan kesejukan. Kenyamanan. Aku udah menepis perasaan nggak jelas ini. Karena aku juga nggak ngenal dia. Tapi emang nggak bisa kupungkiri kalau aku berfikiran kayak gitu Dan..” Aku berani-beranikan diri mengungkapkan apa yang aku rasakan ke teman-teman. Dengan harapan mereka nggak menyangka aku sudah gila.

“Oke, oke! Aku ngerti apa yang kamu rasakan. Tapi… Kamu nggak lagi jatuh cinta sama dia kan?” Kata Ridan dengan tertawa-tawa.

“Apa???? Jatuh Cinta?? Sama dia?? Oh My God Dan… Kamu nggak usah jadi dokter cinta kalau hanya untuk visum aku punya penyakit yang namanya Jatuh Cinta. Aku nggak akan kayak gitu sama dia. Orang dia GJ banget gitu…” Kataku menepis apa yang dituduhkan Ridan ke aku.

“Ehm… Jangan gitu Nin… Biasanya beneran lho kalau kamu kayak gitu.” Kata Rina menggodaku.

“Enggak temen-temen, itu nggak mungkin. Kalian mau apa diperlakukan seperti yang tadi? Itu sih pelecehan banget menurutku. Dan aku akan bales dia!!” Semburku.

“Oke. Kesempatan kamu banyak kok Nin… Dia juga masuk CAPAS kan… Jadi nanti kalau kamu bisa bales dia, siapa tahu kamu bisa semakin deket. Dan… Yah… Kita tahu lah!!” Kata Desi yang ikut menggodaku. Dan teman-teman tertawa.

“Ah… Udahlah… Nggak usah gitu temen-temen. Aku nggak mungkin suka sama dia. Orang dia GJ banget gitu…” Kataku sambil berlalu.

“Nggak usah gitu… Kalau dia nggak GJ gimana??”

“Ya tetep aja nggak suka…”

Bersambung

**************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉

Like, komen, dan vote ya...

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!