Yel-yel andalan kami terus dibunyikan oleh seluruh warga SMAN Karunia yang ada di GOR tersebut. Membawa kebahagiaan penuh pada kami.
Seusai acara foto bersama, aku pun kembali ke teman-teman yang kini sudah turun dan membanjiri lapangan. Tapi aku tak sadar jika aku tengah diperhatikan lekat oleh seseorang. Dan orang itu adalah Hasan. Kembali Hasan. Aku kini begitu dekat dengan dia. Dia tepat berada di depanku. Dengan sama-sama membawa piala yang membanggakan, dia tersenyum ke arahku. Dan aku pun ikut tersenyum.
Tapi belum sempat aku bertanya kenapa dia seperti itu, senyuman itu sudah hilang. Digantikan pandangan sejuknya yang benar-benar bisa membuat seseorang tak bernafas karena saking tercengangnya. Aku suka mata dia, aku suka suara dia, aku suka tubuh dia, dan aku suka senyuman dia, serta pandangan dari mata indahnya. Tapi aku baru bisa menyadari bahwa pandangan itu segera pergi. Dia sudah dijemput oleh teman-temannya, dan akupun juga. Pandangan itu menjauh. Jauh.. Jauh... Dan mungkin sekarang sudah pergi dari GOR ini. Entah kapan aku bisa kembali memandangnya seperti itu. Tapi belum sempat aku mengalihkan pandanganku dari sosoknya yang mulai menghilang, mata itu kembali ada. Dekat. Sangat dekat. Hingga aku bisa merasakan nafasnya yang hangat. Dan sesaat kemudian aku bisa merasakan teriknya matahari menyengat kepalaku.
“Nin… Nindy… Kamu kenapa?? Sadar Nin…” Kata seorang cewek.
“Hasan… San… Sadar bro… Baru tahu cewek cantik aja udah kayak gitu…!!!” Kata salah seorang cowok.
Dan bagai tersambar listrik, aku terjingkat sadar kembali ke dunia ini. Aku meninggalkan dia karena lenganku sudah ditarik oleh salah satu temanku. Tapi mata kami tetap melekat. Tajam. Dan menyesakkan. Kemudian karena aku sudah tak sanggup menoleh lagi, aku pun meninggalkan dia menuju ke papan pengumuman. Ternyata aku sudah berada kembali di dunia ini. Dan aku kembali bertemu dengan si mata indah itu…
************************************************
“SMA Karunia… Duh,, mana ya??? Oh… ini dia.” Kata Tyas yang terus menelusuri papan pengumuman itu.
“3 anak. Ridan Andi, Anindyta Hernanda, sama Desi Erna Wati.”
“Wah… Selamat ya teman-teman!!” Kata salah seorang temanku dan aku beserta Ridan dan Desi dipeluk ketat sama mereka. Hingga rasanya tak bisa bernafas. Setelah proses mengharukan tersebut, aku duduk di tempat duduk dari beton yang terdapat tak jauh dari papan pengumuman tersebut. Aku memikirkan apa yang terjadi padaku tadi. Hingga kenangan saat GELEGAR dulu terulang kembali. Seperti rasanya aku berada kembali disana. Hanya disebabkan oleh pandangan dia.
“Nin… Kamu kenapa?? Masa keterima CAPASKA malah sedih sih??” Tanya Rina yang mendekatiku. CAPASKA adalah Calon Paskibraka.
“Enggak Rin… Aku nggak pa-pa kok…”
“Kamu masih kepikiran cowok tadi ya?? Kamu juga kok bisa berpandangan kayak gitu sih?? Emang dia siapa??” Tanya Rina kembali.
“Kamu nggak ingat dia??”
“Emm… Jujur, kayaknya aku pernah liat dia, tapi aku nggak ingat dia siapa. Siapa sih Nin??” Tanyanya penasaran.
“Dia Hasan…”
“Hasan?? Kayaknya aku pernah ingat… Dari SMA mana??”
“Satu Prapanca…”
“Hasan?? Dari SMA Prapanca? Dia masuk CAPAS tuh…” Sahut Tyas.
“Apa?? Dia masuk CAPAS juga?? Aduh… Ampun!!” Lemas sudah badanku rasanya. Aku nggak pengen kayak tadi lagi. Sudah cukup dua kali ini. Dan aku nggak pengen terjadi lagi. Benar-benar nggak pengen. Tadi sungguh memalukan!
“Emangnya kenapa sih Nin? Kamu jadi kayak tadi. Padahal kita juga tahu, kalau kamu yang paling anti sama cowok akhir-akhir ini. Apa lagi yang nggak dikenal. Kita juga nggak nyangka ya Rin, kalau kamu bisa kayak tadi..” Kata Tyas kepada Rina.
“He’em Nin… Tapi aku yakin juga kalau kamu sebenarnya nggak bermaksud kayak tadi. Kamu tadi nggak sadar ya??”
“Udah teman-teman! Aku nggak pengen bahas yang tadi.”
“Tapi kami pengen tahu Nin… Kamu ada apa?? Kami juga ingat cowok yang tadi. Rasanya pernah jumpa. Tapi aku lupa dimana!!” Sahut Siwi.
“Dia Danton-nya SMA Prapanca waktu GELEGAR kemarin. Kalian tentunya inget dia…” Jawabku.
“Oh My God… Dia… Iya, aku ingat!!” Kata Rina dengan wajah tersentak dan memandang Tyas yang sedang membentuk huruf O bundar dengan mulutnya.
“Best Danton. Dan dia yang berniat untuk mengalahkan kita saat GELEGAR kemarin. Aku masih ingat bagaimana cara dia memandangku saat itu. Dan aku sama sekali nggak mengerti maksud dari pandangannya.” Aku menjelaskan apa yang selama ini hanya ku simpan di dalam hati.
“Termasuk yang tadi??” Selidik Ridan.
“Iya. Aku sih nggak mungkin memandang cowok seperti itu. Hanya saja tadi arah jalannya lurus denganku. Dan saat aku memandang matanya, dia juga memandangku. Dan serentak saja di depan mataku kenangan kita dua bulan yang lalu saat GELEGAR terjadi. Aku nggak ngerti kenapa ini bisa terjadi. Sampai rasanya aku nggak di tempat ini saat ini. Aku ada di GOR. Aku Danton kalian. Dan… Dan… Kita menang. Aku wakilin kalian buat nerima piala… Selanjutnya dia kembali memandangku dan… Oh… Entahlah. Tiba-tiba aja aku sudah kembali berada disini dan aku bisa mendengar suara kalian lagi. Semuanya begitu membingungkan. Apa aku sudah gila??” Aku menumpahkan seluruh yang tidak aku mengerti kepada teman-temanku. Nafasku tersengal-sengal saat Ridan menanggapi ceritaku.
“Emm… Yang jelas kamu nggak gila kok Nin. Hanya saja mungkin kamu ada ikatan batin yang kalian berdua nggak tahu. Entah itu semacam apa juga aku nggak tahu. Yang jelas dia seperti mengenal kamu. Mangkannya dia memandang kamu seperti itu. Dan harus aku akui kalau dia punya pandangan yang mampu buat seorang cewek klepek-klepek memang. Tapi kurasa kamu nggak kayak gitu. Dan inilah yang aku nggak ngerti. Kenapa kamu juga memandang dia seperti tadi??”
“Aku juga nggak ngerti Dan… Sepertinya di mata dia itu aku bisa temukan kesejukan. Kenyamanan. Aku udah menepis perasaan nggak jelas ini. Karena aku juga nggak ngenal dia. Tapi emang nggak bisa kupungkiri kalau aku berfikiran kayak gitu Dan..” Aku berani-beranikan diri mengungkapkan apa yang aku rasakan ke teman-teman. Dengan harapan mereka nggak menyangka aku sudah gila.
“Oke, oke! Aku ngerti apa yang kamu rasakan. Tapi… Kamu nggak lagi jatuh cinta sama dia kan?” Kata Ridan dengan tertawa-tawa.
“Apa???? Jatuh Cinta?? Sama dia?? Oh My God Dan… Kamu nggak usah jadi dokter cinta kalau hanya untuk visum aku punya penyakit yang namanya Jatuh Cinta. Aku nggak akan kayak gitu sama dia. Orang dia GJ banget gitu…” Kataku menepis apa yang dituduhkan Ridan ke aku.
“Ehm… Jangan gitu Nin… Biasanya beneran lho kalau kamu kayak gitu.” Kata Rina menggodaku.
“Enggak temen-temen, itu nggak mungkin. Kalian mau apa diperlakukan seperti yang tadi? Itu sih pelecehan banget menurutku. Dan aku akan bales dia!!” Semburku.
“Oke. Kesempatan kamu banyak kok Nin… Dia juga masuk CAPAS kan… Jadi nanti kalau kamu bisa bales dia, siapa tahu kamu bisa semakin deket. Dan… Yah… Kita tahu lah!!” Kata Desi yang ikut menggodaku. Dan teman-teman tertawa.
“Ah… Udahlah… Nggak usah gitu temen-temen. Aku nggak mungkin suka sama dia. Orang dia GJ banget gitu…” Kataku sambil berlalu.
“Nggak usah gitu… Kalau dia nggak GJ gimana??”
“Ya tetep aja nggak suka…”
Bersambung
**************
Selamat membaca ☺
Semoga suka...
Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉
Like, komen, dan vote ya...
Terima kasih 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments