5. Perkenalan

“Untuk CAPASKA 2011, pimpinan saya ambil alih. Siap Grak!” Seru salah satu senior PASKAB 2010.

Dan serentak seluruh CAPASKA (Calon Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) berlari membentuk 5 saf barisan. Cowok yang sebelah kanan. Dan setelah ada perintah atur barisan berdasarkan ketinggian, aku pun semakin tergusur ke sebelah kiri. Karena memang posturku tak sebegitu tinggi.

Aku lihat Hasan menempati posisi nomer 2 setelah Ridan. Dia begitu bersemangat mengikuti semua ini. Dan sepertinya dia juga mendapat amanat yang sama sepertiku. Membawa nama baik semua orang. Oh Tuhan, bisakah aku membanggakan mereka semua??

Setelah beberapa menit PBB, hanya untuk mengingatkan tentang PBB kami, dan mungkin kesempatan untuk senior-senior mengetahui karakter PBB dari setiap sekolah, kami dibawa pada acara perkenalan. Tetap di tengah lapangan PPI yang terbuka dan kami duduk di tempat kami tadi berdiri. Acara perkenalan dimulai dari cowok. Dari sebelah kanan sendiri. Dan itu adalah posisi Ridan. Karena memang dia yang paling tinggi dari semua CAPASKA angkatan kami ini. Sedikit bangga jika temanku bisa seperti itu. Mungkin ada kesempatan bisa melanjutkan ke PASPROV atau Nasional. Dan SMAN 1 Karunia sekali lagi mengirimkan dutanya dalam Paskibra Nasional. Huh… Aku tersenyum sendiri memikirkan ini. Aku baru sadar saat Ridan sudah kembali duduk dan dilanjutkan oleh Hasan.

“Perkenalkan nama saya…” Dia berhenti. Sesaat menarik nafas dan melanjutkan.

“Ahmad Syech Arrayyan Hasan Yusuf Bafaqih. Saya dari SMA Negeri Prapanca. Alamat saya di Kecamatan Prapanca Jombang. Saya sekarang berumur 17 tahun dan menempati kelas XII IPA 1 di SMA Negeri Prapanca. Ada yang dipertanyakan??”

Satu PPI tercengang. Mungkin bukan karena penyebutan nama Prapanca yang berulang-ulang. Tapi karena nama dia yang walaupun diucapkan berkali-kali tetap saja sulit untuk diingat. Dan salah satu senior PASKAB 2010 yang mengambil alih kami tadi, maju beberapa langkah untuk mendekati Hasan.

“Karena tidak ada yang mengajukan pertanyaan, maka saya yang bertanya.” Katanya dengan tersenyum.

“Siap bang…” Sahut Hasan.

“Kamu tadi menyebutkan nama lengkap kamu ya??”

“Emm… Iya bang. Kenapa??” Jawab Hasan dengan pandangan yang agak penasaran. Mungkin persepsinya dia, nama sebegitu panjangnya masak gak diingat. Aku saja yang mendengar begini bisa tahu jika itu nama. Hanya saja mungkin orang tuanya sedikit kesulitan dalam memendekkan namanya itu.

“Bisa diulang??” Pinta Senior PASKAB 2010 yang bernama Bang Handy ini.

“Bisa bang. Nama lengkap saya Ahmad Syech Arrayyan Hasan Yusuf Bafaqih.”

“Itu nama orang sekampung dibawa ya??” Sahut salah satu CAPASKA cowok yang kelihatan dari PDL (Pakaian Dinas Lapangan) nya dari SMAN 3 Jombang. Dan serentak satu PPI bergemuruh tertawa.

“Emm… Ya mungkin memang iya. Orang tua saya kesulitan untuk membuang salah satu nama saya. Karena saya rasa memang kalau dibuang salah satu akan kelihatan janggal. Karena memang ini adalah nama marga.”

“Marga??”

“Iya bang. Saya ada keturunan Arab. Jadi hampir semua kelurga besar saya ada yang bernama panjang-panjang seperti saya. Karena memang kebiasaan orang Arab adalah menamakan mereka seperti nama Ayahnya juga. Kalian tentunya tau kan..”

“Oh… Begitu. Iya, saya mengerti. Hemm… Nama yang bagus. Ada yang dipertanyakan lagi untuk CAPASKA bernama panjang ini??” Kata bang Handy ke arah CAPASKA-CAPASKA lain yang kelihatannya sudah mafhum dengan yang disampaikan Hasan. Karena memang juga bisa dilihat dari wajah Hasan kalau dia masih ada bau-bau Arab. Dan aku baru menyadarinya. Jika mata Padang Pasir itu yang membuat aku tidak bisa mengalihkan pandangan. Mata sejuk Timur Tengah itu yang sanggup membawaku kembali ke kenangan 2 bulan lalu. Yang jika kalau seandainya tak ada gangguan pada diriku, tak mungkin aku bisa kembali pada kenangan itu, yang anehnya tampak jelas di depan mataku lagi. Oh, entahlah, sulit dijelaskan. Tapi memang itu yang terjadi.

Dan setelah sekian detik tak ada yang mengajukan pertanyaan, Hasan dipersilahkan duduk lagi oleh bang Handy.

Kemudian acara perkenalan demi perkenalan berlalu. Tiba giliranku. Aku dag dig dug deerr tak karuan. Karena aku juga harus berhadapan oleh CAPASKA-CAPASKA dari sekolah lain. Yang bagaimanapun juga aku akan berkompetisi dengan mereka untuk menjadi yang terbaik. Untuk merebut tiket menjadi pasukan 8 ataupun 17. Dan targetku sendiri adalah aku ingin menjadi Pembawa Baki. Agak berat mungkin. Tapi aku harus mampu.

“Perkenalkan nama saya Anindyta Florencia Hernanda dari SMA Negeri 1 Karunia. Kalian bisa panggil saya Nindy. Alamat saya di Kecamatan Sumobito. Saya umur 16 tahun dan sekarang saya kelas XI IPA-2 di SMA Negeri 1 Karunia. Motivasi saya mengikuti CAPASKA ini karena banyak alasan. Yang pertama adalah saya ingin membanggakan orang-orang yang sayang pada saya. Yang kedua ingin membawa nama SMA Negeri 1 Karunia menjadi yang lebih baik. Yang ke tiga saya ingin membenahi apa yang kurang pada diri saya. Dan yang terakhir saya ingin menjadi duta untuk Paskibra Provinsi atau Nasional, jika memungkinkan. Mungkin itu yang sementara dapat saya sampaikan. Ada yang dipertanyakan??”

Semua pasang mata memperhatikan setiap detail diriku. Entahlah, kenapa… Padahal dari anggota lain yang sudah memperkenalkan diri tidak ada yang sampai seperti aku diperhatikannya. Aku mulai canggung. Kemudian tak ku sangka, Hasan mengangkat tangan kirinya. Simbol jika dia ingin bicara. Itu adalah etika kami jika ingin mengajukan suatu permasalahan.

“Saya Hasan. Dari SMA Prapanca. Mau tanya satu hal dari anda. Boleh??” Heran, dia begitu sopan ternyata.

“Iya, silahkan.” Kataku ragu-ragu.

“Bagaimana rasanya jadi Paskibra terbaik satu Jawa Timur??” Dia tanya hal yang tak aku duga sebelumnya. Oh Tuhan… Dia masih membahas masalah itu.

“Emm…” Lama ku tak menjawab. “Senang pastinya. Dan… Yah… Menambah motivasi buat jadi yang lebih baik lagi.”

“Begitu ya??” Tanya dia dengan pandangan mencemooh dan masih sama sekali tak terima dengan kemenangan yang sekolahku rasakan.

“Ya…” Dan aku heran harus menjawab apa lagi selain ‘Ya’.

Kemudian dia membuka mulut dan hendak melanjutkan bicara. Tapi dia hanya berkata…

“Oh… Ya.. Ya.. Terima Kasih.” Lalu dia pun mengurungkan niatnya untuk bertanya yang kedua. Aku tahu hal itu. Bisa dilihat dari matanya. Tapi entahlah, dia seakan lebih baik menyimpannya untuk suatu saat nanti. Entah sampai kapan.

“Ada yang dipertanyakan lagi??” Kata Bang Handy, senior kami.

Seluruh yang ada disitu terdiam. Tetap memandangku seperti saat aku baru berdiri dan memperkenalkan diri. Dan baru aku sadari bahwa dari sekian banyak yang sudah memperkenalkan diri, hanya aku yang mendapat pertanyaan dari anggota CAPASKA. Dan pertanyaan itu tak nyambung sebenarnya. Yah… Maklum saja, pertanyaan itu datang dari Hasan. Si makhluk misterius itu.

“Ya sudah kalau tidak ada yang bertanya lagi. Ganti saya yang bertanya ya, emmm… Siapa tadi namanya??”

“Nindy.”

“Ya… Nindy. Nama yang cantik. Seperti orangnya--- “ Dan seluruh senior yang waktu itu ikut dalam acara perkenalan itu tersorak mengejek. Mungkin bagi mereka Bang Handy terlalu gombal. Yah… Dan memang iya.

“Hehehe… Gak papa lah gini-gini dikit. Emmm… Nindy,kamu asli orang Indonesia kan??”

“Ha??” Aku tercengang. Pertanyaan aneh macam apa lagi ini??

“Emmm… Ya!! Kalau dari kewarganegaraan memang saya asli orang Indonesia.”

“Sungguh?” Tanya Bang Handy tak percaya.

“Ya. Hanya saja saya…. Campuran.”

“Campuran?” Tanya Bang Handy tak mengerti. Dan agaknya semua orang yang mendengarkan juga tak mengerti. Tapi aku paham apa yang dimaksud. Mereka menilik dari penampilanku yang sedikit kebulean.

“Ya, darah saya campuran. Blasteran kalau sekarang nyebutnya. Ada dari Uzbekistan, Manado, dan Jawa.”

“Ha??” Sahut banyak orang yang ada disitu. Tak luput teman-teman baruku, dan para senior. Mungkin hanya teman-teman dan seniorku dari SMA Karunia yang sudah mengetahuinya, jadi mereka biasa aja.

“Itu gimana ceritanya kok bisa sampai 3 tempat??” Tanya Bang Handy dengan wajah konyolnya yang tak percaya.

“Ayah saya asli orang Uzbekistan. Tapi beliau sudah jadi warga negara Indonesia sejak beliau belum nikah sama Mama dan sejak mulai merintis usaha disini. Kalau Mama saya sendiri turunan Manado-Jawa. Tapi Mama dari kecil di Jawa. Jadi bisa dibilang darah saya sudah campur-campur dari sananya. Tapi saya dari kecil disini juga. Di Jombang. Jadi pasti udah Jawa banget.”

“Memangnya nggak pernah ke Uzbekistan atau ke Manado??”

“Kalau ke Manado jarang. Karena keluarga disana mayoritas non muslim. Saya kesana kalau ada kumpulan keluarga besar saja. Biasanya 2 kali dalam satu tahun. Tapi kalau ke Uzbekistan lumayan sering sih. Karena keluarga disana juga banyak yang muslim.”

“Oh… Gitu. Memangnya bisa bahasa Uzbekistan??” Tanya Bang Handy kembali. Ini sudah gak seberapa penting lagi sih sebenarnya. Aku agak kikuk menjawabnya. Takut aku dianggap sombong sudah terlahir blasteran. Namun sepertinya Bang Handy sangat tertarik terhadapku.

“Hehehe… Nggak bisa. Sulit banget soalnya. Tapi untuk komunikasi dengan keluarga sana saya pakai Bahasa Inggris saja. Dan keluarga sana juga mengerti saya bagaimana.”

“Oh… Gitu. Yah… Unik. Mangkannya saya pertahankan lama disini. Nggak papa kan?” Tanya Bang Handy masih dengan wajah becandanya yang ganteng.

Aku hanya tersenyum “Nggak papa Bang.”

“Alah Han, Handy… Bilang aja kamu mau cuci mata.” Sahut salah satu senior dibelakangku yang masih tak ku ketahui siapa. Dan Bang Handy pun tertawa.

“Buat Nindy, terima kasih, silahkan duduk kembali.” Dan aku pun duduk ditempatku semula.

Acara perkenalan pun berlalu. Kini saatnya istirahat 15 menit untuk re-charge badan yang kemudian akan dilanjutkan dengan PBB. Aku lari ke Ridan dan Desi. Karena rata-rata kalau masih awal begini mereka semua masih tidak bisa menyatu.

Tapi belum 5 menit aku duduk disitu, Hasan tiba-tiba datang dan duduk disampingku. Lalu menjulurkan tangan untuk berkenalan denganku. Bukannya tadi sudah cukup banyak? Aku tadi saja sudah merasa dikuliti. Dan aku tak tahan dengan wajahnya yang tak serius sekarang. Jadi mau nggak mau aku menerima uluran tangannya. Tapi ternyata tangan itu diteruskan ke arah Desi yang ada disampingku. Dan Desi menerima uluran tangan itu. Kurang ajar benar. Tanganku menggantung di udara. Lalu ku tarik kembali. Dan mereka bertiga tertawa.

“Hahaha… Kenapa Miss Uzbek?? Mau kenalan sama aku ya?? Bukannya kamu dah kenal?? Aku Hasan.”

Lalu kuberanikan diri menatap wajahnya.

“Aku nggak tanya.”

“Wiss… Judes banget temenmu Dan..” Dia berbicara ke arah Ridan. Ridan hanya tertawa. Tak biasanya teman-temanku mempermainkan aku seperti ini. Dasar tuh anak…

Lalu aku pun memasang tampang sebel.

“Jangan gitu dong. Oke deh… Aku minta maaf. Biasa aja kalau sama aku. Aku memang anaknya kayak gini…” Katanya dengan wajah yang memelas dan bersungguh-sungguh tapi tetap ada senyum di wajahnya.

Lalu aku pun merasa bersalah sudah menganggap semua ini dengan keseriusan. Lalu akupun ikut tersenyum. Dan perbincangan kita menginjak ke keakraban. Aku rasa dia cukup asik. Hanya saja terkadang menyebalkan juga. Dan saat aku kembali melihat pada matanya yang indah itu, seperti kejadian saat GELEGAR dulu terulang kembali. Aku merasa sedikit nyaman berada di dekatnya.

Bersambung

**************

Selamat membaca ☺

Semoga suka...

Tetap baca lanjutan ceritanya ya... Akan semakin asyik lho 😉

Like, komen, dan vote ya...

Terima kasih 😘

Episodes
1 Prolog
2 1. Awal Mula
3 2. Pertempuran Pun Dimulai
4 3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5 4. Tersadar Kembali
6 5. Perkenalan
7 6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8 7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9 8. Mengantar Pulang
10 9. Nomor HP
11 10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12 11. SRB
13 12. Debat Dengan Mas Okta
14 13. Klarifikasi
15 14. DRAG
16 15. Seperti Deja Vu
17 16. Dijemput Hasan
18 17. Demi Stiker
19 18. Minggu yang Melelahkan
20 19. Terlalu Ganteng
21 20. Potong Rambut
22 21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23 22. Pemilihan Pasukan
24 23. Deja Vu (1)
25 24. Melayang
26 25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27 26. Rayyan
28 27. Menata Ulang
29 28. Ke Rumah Hasan
30 29. Bang Rayhan
31 30. Akan Aku Lakukan Apapun
32 31. Menutupi
33 32. Memang Aku Suka Kamu
34 33. Minta Traktir
35 34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36 35. Mendung Kelabu
37 36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38 37. Khawatir
39 38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40 39. MORPAS
41 40. Peraih Nilai Tertinggi
42 41. Luka-Luka Misterius
43 42. Kertas dan Vandalisme
44 43. Cerita Ridan
45 44. Bang Handy
46 45. Menjenguk Hasan
47 46. Tour Kamar
48 47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49 48. Masalah Harga Diri
50 49. Deja Vu (2)
51 50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52 51. Sebuah Fakta
53 52. Penjelasan Bi Sum
54 53. Menahan Keinginan (1)
55 54. Agak Aneh
56 55. Sandi HP
57 56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58 57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59 58. Terkoneksi
60 59. Ray Kedua
61 60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62 61. Terungkap (1)
63 62. Terungkap (2)
64 63. Penyesalan yang Dalam
65 64. Villa dan Keindahan Malam
66 65. Minta Peluk
67 66. Menahan Keinginan (2)
68 67. Penjelasan (1)
69 68. Penjelasan (2)
70 69. Penjelasan (3)
71 70. Rasa Sayang
72 71. Di Perjalanan Pulang
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Prolog
2
1. Awal Mula
3
2. Pertempuran Pun Dimulai
4
3. Dan Pandangan Itu Kembali Ada
5
4. Tersadar Kembali
6
5. Perkenalan
7
6. Mencoba Menanamkan Persepsi Lain
8
7. Sepasang Mata yang Mengawasi
9
8. Mengantar Pulang
10
9. Nomor HP
11
10. Lah, Jadi Ini Siapa?
12
11. SRB
13
12. Debat Dengan Mas Okta
14
13. Klarifikasi
15
14. DRAG
16
15. Seperti Deja Vu
17
16. Dijemput Hasan
18
17. Demi Stiker
19
18. Minggu yang Melelahkan
20
19. Terlalu Ganteng
21
20. Potong Rambut
22
21. Awas, Bisa Jadi Karma Lho!!
23
22. Pemilihan Pasukan
24
23. Deja Vu (1)
25
24. Melayang
26
25. Jalan-Jalan ke Bengkel
27
26. Rayyan
28
27. Menata Ulang
29
28. Ke Rumah Hasan
30
29. Bang Rayhan
31
30. Akan Aku Lakukan Apapun
32
31. Menutupi
33
32. Memang Aku Suka Kamu
34
33. Minta Traktir
35
34. Semangkuk Bakso dan Kebahagiaan
36
35. Mendung Kelabu
37
36. Tolong, Jangan Kejar Dia!!!
38
37. Khawatir
39
38. Sambungan Telfon yang Tidak Disengaja
40
39. MORPAS
41
40. Peraih Nilai Tertinggi
42
41. Luka-Luka Misterius
43
42. Kertas dan Vandalisme
44
43. Cerita Ridan
45
44. Bang Handy
46
45. Menjenguk Hasan
47
46. Tour Kamar
48
47. Cuma Olesi Obat, Kok!
49
48. Masalah Harga Diri
50
49. Deja Vu (2)
51
50. Penjelasan dan Pernyataan Cinta
52
51. Sebuah Fakta
53
52. Penjelasan Bi Sum
54
53. Menahan Keinginan (1)
55
54. Agak Aneh
56
55. Sandi HP
57
56. Berpacu Dengan Waktu (1)
58
57. Berpacu Dengan Waktu (2)
59
58. Terkoneksi
60
59. Ray Kedua
61
60. Kejuaraan Nasional Drag Bike
62
61. Terungkap (1)
63
62. Terungkap (2)
64
63. Penyesalan yang Dalam
65
64. Villa dan Keindahan Malam
66
65. Minta Peluk
67
66. Menahan Keinginan (2)
68
67. Penjelasan (1)
69
68. Penjelasan (2)
70
69. Penjelasan (3)
71
70. Rasa Sayang
72
71. Di Perjalanan Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!