Izinkanku Untuk Merasakan Lelah

Izinkanku Untuk Merasakan Lelah

Awal mula penderitaan.

Memiliki hutang dan sangat gila berjudi, seakan membuat seseorang menjadi buta akan hati nurani. Hidup dalam perekonomian yang bisa dibilang pas-pasan, membuat Mona sang ibu sambung yang dengan teganya menukar anak sambungnya kepada seseorang yang begitu terkenal dengan kekejamannya dan juga sangat kaya raya.

"Fia! Cepat sedikit, kamu begitu lamban. Nanti orangnya akan marah, ayo cepat!" Mona berteriak kepada anak sambungnya, membuat rumah yang sederhana itu menjadi seperti pasar.

"Ada apa Mona, kenapa kamu selaku berteriak seperti ini? Mungkin saja Fia sedang sholat, apa salahnya kau tunggu sebentar." David menangani ucapan istrinya yang sudah sangat berlebihan.

"Ah, kamu selalu saja membelanya. Dia tidak akan mendengar, kalau aku tidak teriak. Coba saja kalau Leah yang berbuat sesuatu, pasti sudah kau marahi habis-habisan." Cibir Mona yang selalu saja tidak mau mengalah dari suaminya.

Menggelengkan kepalanya, menghadapi sikap istrinya yang selalu saja seperti ini. Bahkan tetangga pun sudah sangat mengenali teriak-teriakan dari rumahnya, sungguh sudah di luar batas. Apalagi dengan ditambahnya sikap dan perlakuan dari Leah, tidak jauh berbeda.

"Maaf bu, tadi Fia sedang sholat. Ini Fia sudah siap."

Seorang wanita berhijab biru muda menghampiri kedua orangtuanya, namun tidak ada jawaban yang diberikan padanya. Bahkan tidak ada kata dan perlakuannya yang tulus ia berikan kepada Fia, hasil jerih payah milik Fia dari bekerja pun akan dirampasnya dengan alasan untuk biaya sang abah.

"Mau kemana kalian?" Ucap David disaat Mona menarik tangan Fia untuk ikut dengannya.

"Ada urusan penting, kamu tidak perlu tahu. Diam saja dirumah, orang seperti untuk itu memang pantas untuk dirumah saja. Ayo Fia, ini sudah sangat terlambat." Terus saja Mona menarik tangan Fia.

"Sebentar bu, Fia mau pamit sama abah." Mendengar hal itu, Mona melirik sejenak kepada Fia dan David. Lalu tangan itu terlepas dan mona terlebih dahulu berjalan.

"Abah, Fia pergi dulu. Baik-baik dirumah ya bah." Fia mencium punggung tangan David.

"Mau kemana kalian berdua, Fia? Abah takut, jika nanti ibumu akan berbuat yang tidak-tidak padamu nak." Rasa khawatir David kepada Fia bukan tanpa alasan, karena ia begitu memahami karakter istrinya.

"Tidak akan terjadi apa-apa bah, ibu orangnya baik. Assalamu'alaikum. " Fia berlalu meninggalkan David yang masih menatapnya, untuk menyusul Mona yang sudah berteriak memanggil namanya.

"Wa'alaikumussalam. "

Melihat kepergian keduanya, terdapat rasa penyesalan yang begitu besar David rasakan. Bermaksud untuk memberikan kasih sayang seorang ibu yang dapat menggantikan kerinduan puterinya, David menikahi Mona. Namun, semuanya tidak sesuai dengan apa yang di inginkan, dan ini sudah terlanjur terjadi.

Maafkan abah, Fia. Abah tidak bermaksud membuatmu menderita seperti ini, abah sangat menyesal nak.

Air mata itu lolos dari kedua mata David, ia hanya bisa berdoa didalam hatinya untuk kebahagian Fia.

...----------------...

Sesampainya ditujuan, Fia begitu tidak sangat bisa berpikir lagi. Memasuki gedung berti gratis yang begitu megah, membuatnya berdecak kagum.

"Masyaa Allah, besar sekali gedungnya." Ucap Fia dengan perlahan.

Plak!

"Tidak dirumah, tidak disini. Kamu selalu saja membuatku marah. Aku sudah memanggilmu beberapa kali. Dasar anak tidak tahu di untung, bukannya berterima kasih aku carikan pekerjaan." Tangan Mona dengan ringannya menampar pipi Fia.

Sikap ibu sambungnya itu sudah seperti udara yang harus Fia hidup setiap harinya, tangannya pun ditarik secara paksa untuk mengikuti langkah sang ibu, menaiki lif yang kemudian menekan angka tiga puluh.

Ting!

Pintu lif terbuka, memperlihatkan pemandangan yang cukup menakjubkan. Terdapat ruangan dan juga taman yang sangat indah disana, bagaimana tidak betah untuk bekerja dengan suasana seperti itu.

"Permisi, bisa saya bertemu dengan tuan Ronal?" Tanya Mona kepada wanita yang berada didepan salah satu ruangan.

"Dengan siapa dan ada keperluan apa? Atau sudah ada janji sebelumnya?" Wanita tersebut adalah Tyas, sekretaris perusahaan tersebut.

"Saya Mona, saya sudah punya janji dengan beliau sebelumnya."

Dengan begitu teliti, Tyas melihat penampilan Mona yang begitu glamour, bersama dengan wanita yang menggunakan hijau dan menunjukkan kepalanya. Pemandangan ini membuatnya bertanya-tanya didalam hatinya, namun dia harus bersikap profesional.

Ada apa wanita ini berurusan denganku tuan Ronal? Melihatnya saja seperti boneka ondel-ondel berjalan.

"Baiklah, silahkan anda menunggu sebentar, saya akan menghubungi tuan Ronal." Tyas segera menghubungi Ronal melalui telfon dihadapannya, setelah itu ia meminta Mona dan Fia untuk menunggu sejenak.

Begitu sombongnya Mona, dengan sikapnya yang begitu angkuh. Ia seperti nyonya-nyonya besar, dan itu membuat Tyas berdengus mencibir.

Tap

Tap

Tap

"Anda sudah tiba, silahkan ikut saya." Suara pria yang merupakan Ronal, sudah berada disana.

Ronal memberikan kode kepada Tyas untuk tidak menerima tamu sejenak, lalu ia membuka pintu ruangan tuannya. Saat pintu terbuka, terlihatlah seorang pria yang sedang fokus menatap layar datar dihadapannya. Dia adalah Abimanyu Surendra, pengusaha sukses yang terkenal dan juga kaya raya. Akan tetapi, ia begitu dingin, kejam dan mengerikan. Tidak ada kata maaf dan kesempatan kedua bagi yang mencari masalah kepadanya.

"Permisi tuan, mereka sudah datang." Ronal memberitahukan kedatangan tamu mereka.

"Hem." Dengan pandangan yang tidak teralihkan, Abi hanya bergurau untuk menjawabnya.

Sebuah berkas diletakkan Ronal di atas meja tuannya, berkas itu berisikan data-data dari kedua tamunya. Kemudian membuka dan membaca berkas yang diletakkan diatas mejanya, menatap kedua wanita tersebut secara bergantian. Lalu salah satu alis matanya naik ke atas, tatapan itu berhenti saat ia melihat wanita yang berhijab.

"Pakaian apa yang kau gunakan ini? Bukannya wanita saat ini sangat modern, bahkan dengan usia untuk itu sangat mengikuti tren." Pandangn itu masih tidak teralihkan.

Tidak ada satupun kata yang keluar dari bibir Fia, karena ia tidak menyadari jika Abi berbicara kepadanya. Begitu percaya dirinya, Monalah yang menjawab ucapan tersebut.

"Ini adalah pakaian pelayan yang saya janjian waktu itu, tuan. Dia datang dari kampung dan tidak mengenal fashion. Tapi saya jamin, dia bisa bekerja dengan baik. Jika dia membuat anda kecewa, terserah anda tuan mau diapakan." Ujar Mona yang berhasil membuat Fia melebarkan kedua bola mata dan menatapnya tajam.

"Ibu!" Lirih Fia.

"Diam kau! Turuti saja perintahkan, jika kau tidak melihat abahmu semakin menderita." Cubitan keras pada pinggang Fia yang diberikan oleh Mona, serta ancaman.

Dengan adanya perdebatan diantara kedua wanita tersebut, membuat Abi tertarik untuk menyaksikannya.

Cukup menarik, wajahnya juga tidak terlalu jelek untuk ukuran orang kampung. Abi menopangkan dagunya menggunakan jemarinya.

"Sudah cukup drama kalian, dan kau sudah menepati janjimu. Mulai detik ini, dia! Sudah menjadi milikku, silahkan pergi dari sini. Ronal, kau urus semuanya." Mengherakkan tangannya seperti memberikan tanda untuk segera keluar dari ruangannya.

Terpopuler

Comments

intarti zea

intarti zea

semoga karya ini menarik minat baca ya thor👍

2023-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!