Semakin berkesan.

Mobil berhenti tepat di depan lobi perusahaan, Fia turun dan seger menuju resepsionis.

"Maaf, permisi mbak. Saya mau menghantarkan makan siang untuk tuan Abi." Ucap Fia kepada salah satu petugas disana.

"Sebentar ya mbak, saya menghubungi sekretaris tuan dahulu. Mbak bisa tunggu disana." Menunjukkan ruang tunggu untuk Fia.

"Terima kasih." Balas Fia kepada petugas tersebut.

Wanita itu segera menghubungi dan mengkonfirmasi kedatangan Fia kepada sekretaris tuannya, tak berapa lama ia menyudahi komunikasi yang ada.

"Mbak, silahkan langsung ke atas. Tuan sudah menunggu."

Menganggukkan kepalanya, Fia berjalan menuju lif untuk segera sampai ke ruangan Abi. Dimana sebelumnya Fia pernah memasuki gedung besar tersebut, disaat sang ibu sambung membawanya sebagai jaminan.

Pikiran Fia benar-benar teringat kembali saat dimana ibu sambungnya itu membawanya, memberika ancaman menggunakan kondisi abahnya. Sehingga membuat Fia harus mengambil keputusan yang besar di dalam hidupnya, mengabdikan diri sebagai pelayan.

Ting!

Pintu lif terbuka, terlihat sebuah ruangan besar disana. Berjalan dengan penuh keraguan, Fia benar-benar dilema saat ini.

"Permisi, saya mau menghantarkan bekal makan siang untuk tuan Abi." Ucap Fia kepada sekretaris perempuan disana.

"Iya mbak, masuk saja. tuan Abi sudah menunggu, lebih tepatnya sudah kelaparan."Goda Tyas kepada Fia yang masih terlihat ketakutan.

"Mm, mbak. Bisa tidak saya menitipkannya pada mbak saja, saya tidak berani untuk menghantarkannya ke dalam." Jujur saja, kaki Fia benar-benar bergetar.

"Aduh, mbak masuk saja ya." Tyas meraih lengan Fia dan membawanya masuk ke dalam ruangan Abi.

Tok tok tok...

"Permisi tuan, bekal makan siang anda sudah tiba." Tyas membuka pintu setelah terlebih dahulu mengetuknya.

Abi saat itu sedang berdua dengan Ronal, menghadapi berbagai berkas untuk mereka periksa. Tanpa melihat siapa yang memanggilnya, Abi hanya memberikan instruksi melalui anggukan kepalanya.

"Mbak, masuk saja ya." Tyas mempersilahkan Fia untuk masuk dan menutup kembali pintu tersebut.

Masih berdiri dengan kepala menunduk, Fia tidak ingin mendapatkan masalah lagi dengam tuannya itu. Namun pengamatan mata Ronal telah membuat Fia semakin bergetar, mendapati sikap Fia seperti itu. Ronal berinisiatif untuk menegur Fia, akan tetapi semuanya tertahan saat Abi mengeluarkan suaranya.

"Persiapkan semuanya disana, kamu bisa ambil perlengkapan makannya disana." Abi mengarahkan Fia untuk menyiapkan bekal makan siangnya segera.

"Hah?!" Ronal tidak percaya dengan apa yang ia saksikan saat itu.

Fia segera melaksanakan apa yang Abi perintahkan, sebenarnya kaki itu sudah bergetar jika teringat kejadian dimana pertama kali ia bertemu dengan Abi dan mendapati pengkhianatan ibu sambungnya.

Menu makanan yang sederhana berupa nasi goreng kampung, ditambahkan dengan lalapan, sambal bawang dan juga kerupuk yang gurih. Menambah nikmat dalam menyantapnya, tak lupa Fia juga membawa air jeruk lemon hangat. Mempersilahkan kedua pria tersebut untuk segera menikmati hidangan sederhana itu, Fia menunduk terdiam menantikan penilaian yang akan tuannya ucapkan.

"Wah, sepertinya ini sangat enak. Kamu yang memasaknya sendiri, nona?" Ronal menatap hidangan dihadapannya begitu menggugah selera.

"I iya tuan."

Ronal masih menatap takjub, namun tidak dengan Abi. Ia sudah terlebih dahulu menyantapnya, tanpa mengeluarkan kata apapun. Dengan cepat ia menghabiskannya, meneguk air lemon hangat dengan kandas. Ia langsung kembali untuk fokus pada pekerjaannya, meninggalkan Ronal yang masih terus menikmati makanannya.

"Emm, masakanmu sangat enak nona. Ini sungguh nikmat." Ronal berdecak kagum.

"Te rima kasih tuan." Fia tidak berani untuk mengeluarkan kata-kata terlalu banyak.

Bugh!

"Auw!" Ringis Ronal dengan berkas yang sudah mendarat di kepalanya.

"Cepat bekerja, makana gratis memang selalu enak. Dasar tidak tahu diri." Umpat Abi yang membuat Ronal menyeringai.

"Dasar bos g**la! Tapi nona, terima kasih atas masakannya." Ronal memberikan kedua jempol tangannya kepada Fia dan segera menghampiri Abi yang sudah memberikan tatapan tajammnya.

Fia pun membereskan meja tersebut, dengan artian ia harus segera keluar dari ruangan itu. Jika berada disana dalam waktu yang lama, Fia takut akan membuat tuannya merasa terganggu.

"Permisi tuan, saya akan pulang." Dengan tas yang membawa bekal sudah berada ditangannya.

"Pulanglah, nanti siapkan malam untukku." Jawab Abi tanpa menatap Fia.

"Baik tuan, permisi." Fia keluar dari ruangan tersebut dan berharap bisa cepat tiba di mansion.

Setelah hilangnya Fia dari ruangan tersebut, membuat mulut Ronal yang sudah begitu gatal untuk menanyakan pemandangan langka disana.

"Hei, kau habis gegar otak ya." Ronal menghentikan aktivitasnya sejenak.

Tidak menanggapi apa yang dikatakan oleh asisten dan juga sahabatnya itu, karena Abi tahu arah ucapan Ronal kepadanya.

"Ish, dasar batu es. Sepertinya, wanita itu membawa aura positif untukmu. Semoga saja ya." Senyum Ronal yang membuat Abi merasa mual.

"Tutup mulutmu, kerjakan ini semuanya." Abi mendorong berkas-berkas dihadapannya kepada Ronal.

"What?! Kau benar-benar sudah gegar otak rupanya, semakin hari semakin tidak waras. Itu tugasmu, bukan tugasku." Ronal memprotes atas apa yang Abi berikan kepadanya, mulut itu mengeluarkan semuanya. Sepertinya itu adalah ungkapan isi hati.

Klek!

"Sayang, kita makan siang yuk." Suara Emilia yang baru saja membuka pintu ruangan Abi, membuat kedua pria itu kaget.

"Ah, maafkan saya tuan. wanita ini..."

"Apa kau bilang, wanita? Dengar ya, aku adalah tunangan darituan kalian, jadi sopanlah sedikit dalam menyebutkannya."Dengan angkuhnya, Emilia memperkenalkan dirinya.

"Tapi tuan, ..." Tyas hendak menjelaskan, namun Ronal sudah terlebih dahulu menarik Tyas dan menutup pintu ruangan tersebut.

"Tuan, kenapa ditutup? Nanti saya mendapat masalah dari tuan Abi." Tyas yang takut jika Abi akan menghukum dirinya karena telah lalai.

"Sstthh, tidak akan terjadi. Biarkan keong racun itu didalam, urusan mereka tidak perlu kita ikut terlibat. Sana." Ronal menyuruh Tyas kembali untuk bekerja seperti biasa.

Melangkahkan kakinya memasuki ruang kerja miliknya sendiri, Ronal tersenyum begitu puas saat wanita yang ia sebut sebagai keong racun datang. Ia sudah bisa menebak bagaimana respon yang akan Abi perlihatkan, karena ia tahu pertunangan itu tidak dikehendaki oleh Abi.

"Makan tu keong racun, tepar tepar lu." Cicit Ronal yang begitu bahagia.

Terpopuler

Comments

Leni Ani

Leni Ani

🤣🤣🤣🤣😅😅😆😁😁😆😅🤣🤣🤣😅😆😁😅🤣

2024-02-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!