"Apa papa harus mengulang lagi, Abi!?" Ucapan itu mulai memiliki tekanan dalam intonasinya.
"Pa, ingat tensi mu." Mia mengingatkan agar Surendra tidak terlalu larut dalam emosi.
Memejamkan matanya sesaat agar bisa meredam emosinya, Surendra harus menahan emosi yang kini ia rasakan. Ia terkenal penyebaran, namun kali ini ia benar-benar dihadapkan dengan situasi yang tidak menguntungkan.
"Jelaskan Bi, papa sudah pusing menghadapi keluarga itu. Kalau papa tidak takut, sudah papa dor dor dor kepalanya. "
"Mmpphh, kalau tidak takut? Jadi, ceritanya papa takut sama tuan Savron.Yang benar saja pa, apa yang papa takutlan dari mereka. Bahkan papa bisa membuat perusahaan itu rata dengan tanah." Abi mengatakan jika Surendra mempunyai pengaruh besar dalam dunia bisnis.
"Haish, kau ini sama saja dengan mamamu. Papa ini bukan dirimu, menghadapi mamamu saja sudah membuat papa ingin pingsan. Jadi bagaimana pertunangan kalian ini? Papa juga tidak mau punya menantu yang membuat pusing, baru saja tunangan tapi gayanya sudah seperti nyonya besar." Gerutu Surendra.
"Makanya dari awal sudah mama bilang, tapi papamu ini ketakutan sekali dengan keluarga itu." Mia pun ikut nimbrung.
Di sela-sela mereka berbincang, Yasmin datang bersama Fia disampingnya. Membuat mata semuanya terfokus pada mereka, Mia pun yang sudah merasa dekat dengan Fia memanggil mereka untuk mendekat.
Melihat Mia dan Yasmin begitu akrab bersama Fia, membuat Abi menjadi merasa sejuk. Akan tetapi egonya masih terlalu tinggi untuk diturunkan, hal itu tidak luput dari pandangan Surendra.
Plak!
"Apaan si pa!" Cetus Abi yang merasa sedikit sakit pada bagian kepalanya setelah Surendra mendaratkan telapak tangannya disana.
"Dari tadi, papa sudah kalian anggurkan begitu saja. Dan kamu belum menjawab pertanyaan papa tapi malah asik menatap ketiga orang disana, kamu mau papa congkel matamu itu, hah!" Surendra sudah terlanjur menatap Abi dengan begitu geram.
"Rasain, week" Yasmin menjulurkan lidahnya kepada Abi.
"Pa ini kak Fia yang Yasmim ceritakan waktu itu, bisa tidak kalau kak Fia kerja di mansion kita saja. Daripada disini, makan hati saja." Yasmin menyindir Abi.
"Benar pa, sekalian mama mau belajar masak sama Fia. Dia pintar loh pa, makanan tadi dia yang masak." Mia sengaja menambahkan bumbu dalam percakapan mereka.
Karena sebelumnya Yasmin sudah menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Fia, maka dari itu. Mia dan Surendra berinisiatif untuk membawa Fia ke mansion mereka, beralih-alih menjadi teman Yasmin disana. Ditambah berita yang sedang terjadi pada hubungan pertunangan Abi dan Emilia, maka itu dijadikan Surendra sebagai alasan yang tepat.
"Ta tapi tuan, saya sudah bekerja disini. " Ujar Fia yang merasa tidak enak.
Terjadilah perdebatan untuk membawa Fia dari mansion Abi, yang dimana Abi sudah habis kesabarannya melihat sikap keluarganya yang suka mengambil keputusan tanpa dirinya.
"Sudah cukup! Papa, mama, Yasmin. Lebih baik kalian pulang, untuk alasan Emilia sudah jelas. Aku tidak pernah menyukainya apalagi menyutujui pertunangan ini, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengakuinya."
"Fia, kembali ke kamarmu."
Mendapati suara Abi penuh dengan penekanan, membuat Fia menjadi semakin takut. Ia perlahan menjauh dari semuanya, namun hal itu ditahan oleh tangan Yasmin yang sudah melingkar pada lengannya.
"Yasmin! Fia adalah pelayan disini, jika kau menginginkan seseorang untuk menemanimu. Maka mintalah sama papa, jangan disini." Tegas Abi.
"Tapi kakak telah membuat kak Fia tersiksa, apa bedanya kakak dengan orang kejam. Jangan didengarkan kak ucapannya, pokoknya kakak ikut kita."
Menghadapi sang adik yang sama-sama memiliki sikap keras kepala, Abi sungguh pusing. Sedangkan Mia dan Surendra masih menyaksikan perdebatan diantara anak mereka, hal apa yang menyebabkan putra mereka menjadi seperti ini.
"Kalian ini, Abi. Berikan papa alasan yang tepat untuk hubungan kamu dan Emilia, jangan lupa juga menjelaskan kenapa dia harus menjadi pelayan disini. Tidak ada bertele-tele lagi." Kali ini Surendra sangat tegas mengucapkan hal tersebut dan itu Abi sadari.
Tidak ada kata lain selain menunduk, itulah yang selalu Fia lakukan. Dengan berkacak pinggang, Abi menghela nafas panjangnya. Dirinya sendiri juga tidak tahu kenapa memilih Fia untuk bertahan di mansion miliknya, seperti tidak ada kerelaan untuk berjauhan. Untuk dirinya dan Emilia, mendengar suaranya saja sudah membuat Abi pusing.
Sengaja ia menerima ucapan yang Surendra berikan untuk bertunagan dengan Emilia, ia juga sudah lelah menghadapi sikap kedua orangtuanya untuk melupakan wanita dimasa lalunya yang sudah membuat dirinya terpuruk.
"Aku akan menjelaskannya nanti pa, sekarang pulanglah dulu. Bawa juga Yasmin, aku tidak bisa menahan emosiku jika dia terus-terusan membuatku naik darah." Abi meminta kedua orangtuanya untuk memberikannya waktu agar bisa mengatakan hal yang sebenarnya.
Fia masih berdiri dalam diamnya, menyaksikan keluarga tersebut berdebat dan kini menghilang tanpa suara. Surendra seakan mengetahui apa yang di inginkan oleh putra sulungnya itu, maka ia langsung mengajak istri dan putrinya untuk segera pulang. Walaupun sempat Yasmin menolak untuk pergi, akan tetapi hal itu dapat teratasi.
Kepulangan keluarganya membuat Abi bernafas lega, saat ini ia benar-benar tidak ingin berdebat apapun dan dengan siapapun itu. Sebelum kembali ke dalam kamarnya, Abi menghampiri Fia dan berbisik di telinganya.
"Jangan coba-coba untuk menarik simpati dari keluargaku, ingat status untuk disini hanya seorang pelayan yang dijual oleh ibumu sendiri. Paham!" Lalu Abi berjalan menuju kamarnya.
Dalam diam, air mata itu mengalir dengan sangat deras. Tidak ada suara yang Fia keluarkan, hatinya telah hancur berkeping-keping oleh ucapan Abi kepadanya. Berusaha kuat untuk kembali, berharap ada suatu keajaiban untuk dirinya melunasi uang pinjaman yang sudah ibu sambungnya gunakan. Lalu ia bisa pergi untuk selalu bersama dan menemani abahnya hingga akhir hayatnya.
...Abah, haruskah Fia kuat untuk ini semua?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments