Acara pernikahan berlangsung dengan cukup hikmat, tertutup dan rahasia seperti keinginan Fia dna Abi, sangat tidak dipercaya semuanya bisa terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
"Wah, anak mama benar-benar gagah sekali. Kalau tahu begini, sudah dari dulu mama nikahkan kalian berdua." Mia terlihat begitu bahagia sekali dalam acara pernikahan anak sulungnya itu.
"Benar ya ma, kenapa tidak dari dulu. Kalau tahu begini, telinga papa tidak pernah berdengung terus mendengar suara sumbang dari mereka." Surendra juga ikut setuju dengan ucapan sang istri.
Mendengar kedua orangtuanya yang begitu bahagia, ada sedikit rasa syukur dalam diri Abi. Namun, lagi-lagi ia masih belum tahu maksud dari kedua orangtuanya menikahkan dirinya dengan Fia. Apalagi notabennya Fia berasal dari kalangan yang berbeda dari mereka, bahkan sangat jauh. Saat ini, Fia sudah menjadi hak paten untuk Yasmin. Selesai akad nikah, dia selalu berada disamping Fia.
Melihat Fia yang sedang bercengkrama bersama sang adik dan beberapa maid disana, membuat sudut bibir Abi tertarik dan terbitlah senyuman.
"Apa lihat-lihat!" Erang Yasmin kepada Abi yang terus mencuri pandang pada Fia.
Tidak bisa dipungkiri, saat ini Fia terlihat begitu cantik dalam balutan gamis putih dan juga hiasan pada wajahnya yang cukup sederhana namun tidak menghilangkan kesan elegannya.
"Dasar bocah, dia istriku. Suka-suka aku lah, sana." Abi menyingkirkan Yasmin dari samping tubuh Fia.
"Memang dasar manusia batu, nggak ada lembut-lembutnya sama perempuan. Awas saja buat kak Fia sedih, Yasmin culik kak Fia." Dengus Yasmin kepada Abi.
"Sana pergi." Abi menyingkirkan Yasmin yang masih terus menggerutu.
Dengan tersingkirnya Yasmin dari sisi Fia, membuat para sahabatnya juga ikut menyingkir. Tidak ingin membuat tuannya itu menjadi marah, mereka kembali pada untuk bertugas kembali.
Keberadaan Abi disana, membuat Fia menjadi tidak tenang. Detak jantungnya sudah tidak beraturan, namun ia berusaha untuk tenang.
"Jangan senang dulu, ini adalah awal penderitaanmu. Dasar perempuan ja**ng! Tidak ada bedanya, mengincar pria kaya untuk mendapatkan harta dengam cara instan." Bisik Abi kepada Fia.
Deg!
Hancur sudah hati Fia untuk kesekian kalinya, ia tahu jika situasi dan keadaan ini adalah suatu hal yang tidak mereka inginkan. Menolak dengam cara apapun tidak akan pernah berhasil untuk merubah keputusan dari Surendra dan juga Mia, akan tetapi hancurnya hati itu harus ia tutupi saat melihat senyuman dari wajah abahnya yang begitu bahagia.
...'Menikahkah dengan Abi, mama mohon nak. Kamu adalah wanita yang tepat untuk berdiri mendampingi anak mama, jangan berpikiran yang lain. Mama dan papa yakin padamu.'...
^^^'Abah yakin padamu, Fia. Tuan Surendra tidak akan salah dalam menentukan pilihannya, jika kamu tidak sanggup. Katakan saja anak, jangan pernah memaksakan perasaan bahagia orang lain namun dirimu sendiri menderita.'^^^
...'Kalau kamu tidak menikah, maka bersiaplah untuk kehilangan abah.'...
Kalimat-Kalimat itu terus terdengar di telinga Fia, rasa sesak didalam dadanya tidak bisa ia tutupi. Air mata itu mengalir sendiri atas respon yang ia rasakan, ia tahu. Jika dirinya tidak lebih seorang pelayan atas apa yang sudah ibu sambungnya lakukan dan juga istri yang tidak diinginkan. Menjadi penerus untuk kebahagian orang lain, yang membuat dirinya sendiri terluka dan tersakiti.
"Tenang aja tuan, saya cukup tahu diri siapa saya. Anda tidak perlu takut untuk hal itu." Ucap Fia dengan mengumpulkan segala keberanian dalam dirinya.
Jawaban Fia itu sudah membuat Abi kaget dan terdiam, wanita itu sudah berani menjawab perkataannya dengam sangat tenang. Menyelesaikan acara demi acara, walaupun hanya berupa acara kecil sesuai dengan apa yang Fia inginkan. Tidak ada resepsi, hanya prosesi akad nikah dan syukuran kecil.
Disaat acara telah selesai, Fia dan Abi masih menyapa beberapa tamu. Tanpa disadari yang lainnya, tangan Fia telah ditarik oleh Leah dan Mona menjauh dari tempat acara berlangsung.
"Auw, lepaskan bu." Fia meringis saat tangannya dicengkram dengan kuat oleh Mona.
"Huh! Baru saja menikah tapi sudah bergaya selayaknya nyonya besar, ingat Fia. Kamu harus segera mengumpulkan uang untuk pengobatan abah, minta sama suami dan mertuamu yang kaya raya itu. Ibu akan menunggunya, jika itu tidak kau penuhi. Akan kubuat abah semakin menderita, paham!" Mona membentak Fia, ia sengaja menggunakan David untuk menjadi sumber pemasukannya dari Fia, apalagi saat ini Fia sudah menjadi istri dan juga menantu dari orang yang cukup ternama.
"Benar. Jangan lupa jika kamu juga harus memberikan aku jatah bulanan, jangan enak sendiri disini. Aku dan ibu harus merawat abah yang sakit-sakittan, sementara kamu disini malah enak-enakan." Leah mengumpat Fia dengan begitu kejam.
Air mata itu jatuh kembali dengan begitu deras, menangis dalam diam. Tidak ada ucapan apapun yang keluar dari mulut Fia, seperti tubuh yang berjalan tanpa penopang. Mereka kembali berkumpul bersama yang lainnya, satu persatu mereka pun meninggalkan mansion Abi. Yang kini hanya tertinggal para penghuni tetapnya disana. Menatap jauh dari pandangan, Fia benar-benar hancur.
Kini ia sudah berubah statusnya, menjadi seorang istri dari orang yang sudah membelinya untuk dijadikan seorang pelayan. Ya pelayan, pelayan untuk seumur hidup. Karena status istrinya hanya berlaku di dalam sebuah buku kecil, namun tidka untuk dikehidupan nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments