Luka yang menyakitkan

Dalam keadaan tubuh yang masih sakit, Fia harus mengerjakan pekerjaannya seperti biasanya. Ia tidak ingin menambah kemarahan tuannya, yang dimana ia sendiri tidak mengetahui apa yang menjadi kesalahannya. Sehingga ia harus menerima hukuman yang seperti ini.

"Semuanya sudah siap tuan." Fia mempersilahkan Abi untuk membersihkan diri.

Tanpa memperdulikan Fia, Abi berjalan begitu saja melewati tubuh wanita itu dan masuk ke dalam kamar mandi. Sementara Abi sedang di dalam kamar mandi, Fia menyiapkan pakaian dan aksesoris yang akan digunakan. Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar dan menyiapkan sarapan.

"Fi, kamu sudah enakan?" Tanya Ani yang menyambut kehadiran Fia di dapur.

"Alhamdulillah, sudah lebih baik. Aku siapkan sarapan tuan dulu ya, nanti hukumanku bertambah." Fia tersenyum.

Menatap sayu tubuh lemah itu, Ani merasakan apa yang dirasakan oleh Fia. Sakit, itulah yang tepat untuk dikatakan.

Menata makanan dan minuman di atas meja, lalu terdengarlah suara hentakan sepatu dari arah tangga. Terlihat Abi berjalan menuju meja makan, ia melanjutkan kebiasaannya. Namun kali ini ada yang berbeda, pria dingin itu menyuapkan makanan yang terhidang ke dalam mulutnya. Membuat setiap mata pekerja disana membesar, sungguh pemandangan yang cukup langka.

"Bersihkan kamarku, jika ada yang hilang. Kau akan tahu akibatnya." Beranjak dari tempat duduknya, Abi segera berangkat menuju perusahaannya.

Hilangnya bayangan Abi dari semua mata orang yang berada disana, tiba-tiba saja tubuh Fia terhempas dan jatuh ke lantai. Kedua sahabatnya segera menghampiri dan memberikan pertolongan, namun mereka mendapat penolakan dari pemilik tubuh lemah itu.

"Aku tidak apa-apa, terima kasih untuk semuanya." Fia berdiri dibantu oleh kedua temannya yang begitu perhatian kepadanya.

"Tapi tunggu dulu Fi, badan kamu panas sekali. Lebih baik istirahat saja Fi, jangan terlalu memaksakan diri. Untuk tugasmu, nanti biar kita-kita yang menyelesaikannya." Devi menahan Fia agar tidak berlalu dari mereka.

"Cuma demam biasa kok, tidak apa-apa. Nanti juga akan sembuh sendiri setelah istirahat."

Tap tap tap.

"Minumlah obat ini, tubuhmu terlalu memaksakan diri." Basman muncul diantara mereka.

"Ah, terima kasih tuan."Nisha menerima obat pemberian dari Basman, sebuah paper bag berukuran sedang ia terima.

"Minumlah dan beristirahatlah dahulu. Untuk membersihkan kamar tuan, kamu bisa lakukan setelah merasa baikan. Antar teman kalian ke kamarnya." Basman mengintruksi Ani dan Devi membawa Fia menuju kamarnya.

Melihat Fia yang berjalan dipapah oleh kedua temannya, membuat perasaan Basman menjadi iba. Bagaimana perjalanan hidup wanita muda itu begitu tragis, ketegasannya dalam mendidik para karyawan lainnya membuat kesan kejam. Namun, semuanya itu tidak membuang sisi baik dari karakternya.

...Kasihan sekali kamu, nona. Semoga kebaikan dan kesejahteraan akan datang padamu....

.

.

.

Menjelang sore hari, Fia terbangun dari tidurnya. Obat yang diberikan oleh Basman benar-benar manjur, tubuhnya merasa sangat baik saat ini. Ia segera membersihkan dirinya dan meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda oleh keadaan, ia tidak ingin menambah kemarahan dari tuannya.

Klek!

"Kakak baik!" Suara teriakan yang cukup keras tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar miliknya Abi.

"Nona!" Fia terkejut melihat Yasmin berada disana.

Yasmin berlarian kecil menghampiri Fia yang sedang membereskan pakaian kotor dari keranjang, keranjang itu terlepas dengan Yasmin yang memeluk tubuh Fia dengan sangat erat.

"Kakak, Yasmin kangen." Dengan sikap manjanya, Yasmin sedang melepas rindu dengan orang yang ia sayangi.

Membiarkan Yasmin memeluk dirinya untuk beberapa saat, karena ia tahu jika menolak pun tidak akan ada gunanya. Setelah puas, Yasmin melepas pelukannya karena tidak mendapat balasan dari Fia.

"Kakak tidak suka ya kalau aku datang? Hufh." Yasmin bergeser dan menghempaskan tubuhnya di atastempat tidur yang baru saja dibereskan oleh Fia.

"Maaf nona, bukannya saya tidak suka. Tapi saat ini, saya sedang menyelesaikan tugas saya." Fia mengatakan jika ia saat itu sedang bekerja, maka tidak pantas untuk dirinya melalaikan pekerjaan yang ada.

"Hufh, kerja kerja kerja. Sama seperti kak Abi, selalu beralasan dengan pekerjaan. Aduh, kak. Aku sakit perut, tunggu disini ya." Yasmin bergegas masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar tersebut.

Dengan kedatangan Yasmin, memang cukup membuat kaget buat Fia. Namun ia tidak bisa melarangnya untuk masuk ke dalam kamar milik tuannya, karena tuannya adalah Kakak dari Yasmin sendiri. Melanjutkan pekerjaannya agar cepat terselesaikan, ia tidak ingin saat Abi pulang dan melihat tugasnya terabaikan.

Membawa keranjang pakaian kotor dengan satu tangan, karena tangannya yang satu lagi membawa kantong sampah yang dipenuhi dengan kertas. Sepertinya Abi sedang membuat laporan ataupun pekerjaan yang menggunakan kertas sangat banyak.

Bugh!

Keranjang pakaian kotor dan juga kantong berisikan sampah terjatuh, tubuh Fia pun ikut terjatuh ke arah belakang setelah menabrak sesuatu.

"Auw, bokongku sakit." Fia mengelus bokongnya yang terasa nyeri akibat terhempas ke lantai, rasa sakit itu putus berubah menjadi semakin nyeri bahkan lebih menyakitkan saat melihat siapa yang ia tabrak.

"Tu tuan." Fia segera berdiri dan menundukkan kepalanya.

"Sedang apa kau dikamarku jam segini? Bukannya tugasmu telah lama selesai?!" Ucapan Abi membuat tubuh Fia bergetar.

Mata tajam Abi seakan-akan sedang menghujam tubuh Fia, mau berkata jujur saat itu. Akan tetapi, sebuah tamparan keras sudah mendarat pada salah satu pipi Fia.

Plak!

Hanya meringgis menahan rasa sakit lagi, Fia tahu jika ini adalah kesalahannya yang tidak menggunakan waktu kerja dengan baik.

"Ma maafkan saya tuan." Dengan terbata-bata Fia mencoba menjelaskan kepada Abi.

"Dasar wanita tidak tahu diri!"

Sruth!

Abi menarik tangan Fia dan melemparkan tubuh ringan itu hingga bertabrakan dengan nakas disamping tempat tidur, benda-benda kecil diatasnya berhamburan ke lantai. Tubuh yang baru saja merasakan kondisi sehat, kini harus merasakannya lagi. Belum sembuh luka yang disebabkan oleh duri bunga mawar dan kini mendapatkan luka yang tak berdarah.

"Bangun! Jangan pernah meremahkanku, sudah aku katakan tugas dan juga posisimu disini! Percuma saja kah berpakaian tertutup seperti ini, tapi sikapmu tidak jauh dari seorang ja***g!"

Klek!

"Kakak! Berhenti!" Yasmin yang baru saja membuka pintu kamar mandi, menyaksikan Abi sedang menyiksa Fia dengan bertubi-tubi.

Keberadaan Yasmin sang adik di dalam kamarnya itu, membuat Abi terdiam. Yasmi mengambil alih tubuh Fia yang sudah tak berdaya.

"Kau bukan manusia lagi kak, kau seperti bi***ng yang tidak punya rasa kemanusiaan dan belas kasih. Bagaimana bisa kau menyiksa kak Fia seperti ini? Yasmin kecewa dengan kakak!" Yasmin membawa Fia keluar dari kamar tersebut, membiarkan saja keranjang dan kantong sampah yang akan Fia bawa saat itu tergeletak di lantai.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!