Setelah selesai dengan membantu teman-temannya, kini mereka menunggu kehadiran tuannya. Minuman hangat yang tidak lupa untuk disediakan, teh hangat yang merupakan kesukaan dari Abi. Hingga terdengarlah suara derap langkah yang cukup mereka kenali.
"Silahkan tuan." Basman menarik kursi dan mempersilahkan Avi untuk duduk menikmati sarapannya.
Seperti biasanya, Abi hanya memandangi makanan yang sudah tersedia. Ia hanya mengambil gelas yang berisikan minumannya, setelah itu ia berjalan meninggalkan semuanya menuju ruangan kerjanya. Fia sangat bingung dengan pemandangan yang baru saja ia saksikan.
"Jangan bingung Fi, tuan memang selalu begitu. Makanan ini akan berakhir di dalam tong sampah, tidak pernah disentuh. Inginnya si kita-kita yang makan, akan tetapi hal itu membuat kita semuanya dihukum sama tuan. Jadinya, mau tidak mau harus menuruti aturan yang tuan berikan." Ani berbisik pada Fia.
"Kok bisa?" Rasa penasaran itu semakin besar dalam pikiran Fia.
"Ya bisa saja Fia, nanti kau akan tahu sendiri. Ssstt." Ani berhenti berceloteh saat melihat Basman sudah berjalan mendekati mereka.
"Teruslah bergosip jika ingin nyawa kalian terbang ke alam lain, nona Fia. Silahkan ikut saya." Ucapan Basman sangat tegas dan membuat orang yang mendengarnya menjadi merinding.
"Sa sa ya tuan, ba baiklah." Fia sangat kaget dengan perintah itu, laku ia mengikuti Basman dari arah belakang.
Berjalan dengan memegang tengkuk lehernya yang merinding, begitu juga dengan kakinya terasa masih sedikit bergetar. Fia berusaha menutupi hal itu, ia tidak ingin terlihat begitu lemah dihadapan orang lain. Mereka memasuki ruangan, yang bisa dikatakan itu adalah ruang kerja milik Abi.
Plak!
Sebuah berkas dilemparkan oleh Abi tepat dihadapan Fia, dengan begitu angkuhnyq dirinya yang tidak ingin melihat orang lain.
"Itu tugasmu, baca dan laksanakan dengan baik. Aku tidak ingin kau berbuat kesalahan apapun, dan itu akan mendapatkan hukuman dariku. Tanda tangani dan mulailah bekerja, karena aku tidak suka pada orang yang malas."
Menarik berkas tersebut dan mulai membacanya, akan tetapi setelah membaca isi dari berkas tersebut. Membuat Fia kaget, sungguh ia tidak percaya dengan apa yang ia terima saat ini.
"Astaghfirullah." Fia beristighfar dan meletakkan salah satu telapak tangannya untuk membekali mulutnya.
"Kenapa, kau keberatan dengan tugasmu itu hah!?" Abi menaikkan nada bicaranya yang cukup keras.
"Ta tapi tuan, sebenarnya..." Fia belum menyempurnakan kalimatnya, namun sudah terhentikan.
"Aku disini adalah tuanmu, suka tidak suka kau sudah dijual oleh ibumu itu padaku! Jika kau menolaknya, maka bersiaplah untuk mendengar keluargamu itu akan lenyap ditanganku!" Emosi Abi sudah tidak dapat tertahankan lagi, dengan sangat tegas ia tekanan jika Fia sudah menjadi miliknya.
Rasa sesak kini Fia rasakan, matanya memanas menahan air mata yang sudah menggenang dan siap untuk mengalir.
"A a ku hanya ingin bekerja bukan menjual diri, aku tidak bisa menerimanya tuan. Permisi." Fia melangkahkan kakinya untk keluar dan pergi dari penjara yang baru saja ia dapati.
Hati Fia sangat hancur saat itu, mengetahui jika dirinya sudah dijual oleh ibu tirinya. Dunia seakan tidak berpihak pada dirinya, disaat ia bersemangat untuk berjuang mencari uang demi kehidupannya dan juga pengobatan untuk abahhya. Akan tetapi disaat itu juga ia terhempaskan dengan tidak berdaya.
"Berani sekali kau melawan perintahkan! Keluar kau dari bangunan ini, bersiaplah mendengar kehancuran keluargamu!" Berdiri dari duduknya, Abi sudah begitu emosi dengan sikap Fia yang keras kepala.
Tubuh Fia seketika jatuh ke lantai, mendengar ancaman yang diberikan Abi kepadanya. Isakan tangis sudah tidak dapat dihentikan, menahan rasa sesak di dadanya yang semakin mencengkramnya. Berusaha menguatkan diri untuk berdiri dengan tubuhnya yang sudah tidak berdaya, mengambil kembali berkas yang sebelumnya ia tinggalkan begitu saja. Meraih pulpen dan dengan tangan yang bergetar, ia akan menandatangani perjanjian tersebut. Berkas tersebut telah resmi, kini Fia berstatus sebagai pelayan pribadi dari Abi. Semua keperluannya dari bangun tidur sampai tidur kembali menjadi tanggung jawab Fia, menyerahkan berkas tersebut kepada tuannya.
"Aku tidak suka jika pelayanku menyentuh barang-barang pribadiku, jadi beruntunglah kau yang terpilih. Keluarlah, mulailah bekerja." Abi mengintruksikan Basman untuk membawa Fia menuju kamarnya dan menajlankan tugasnya.
Berjalan dengan menunduk, percuma saja menghapus air mata yang sudah begitu bersahabat dengan dirinya. Fia mengikuti Basman yang akan menunjukkan keberadaan kamar milik Abi dan mulai menjalankan tugasnya.
Ya Rabb, begitu besarnya cobaan yang Engkau amanahkan kepadaku. Lagi, Aku tidak akan menyalahkan takdirMu. Kuatkanlah aku untuk bisa menjalani ini semua.
Kini, mereka telah tiba didepan salah satu pintu yang cukup besar. sebelum Basman meninggalkan Fia, ia membuka pintu tersebut, mempersilahkan Fia untuk masuk dan segera menjalankan tugasnya.
"Mulailah bekerja nona, semoga anda nyaman dengan pekerjaan ini." Basman menutup kembali pintu kamar tersebut dan membiarkan Fia untuk beradaptasi dengan pekerjaan barunya.
Besar sekali kamarnya, luasnya seperti setengah dari lapangan bola kaki. Gumam Fia didalam hatinya melihat mewahnya kamar milik tuannya.
"Cepat lakukan tugasmu, aku tidak suka orang yang membuang-buang waktu." Ternyata Abi sudah terlebih dahuluberada disana saat Fia masih takjub melihat isi kamar milik Abi.
"Astaghfirullah, ba baiklah tuan." Karena kaget, Fia menjadi sedikit bergetar. Ia segera melaksanakan tugasnya walaupun masih banyak kesalahan dan juga caci maki dari mulut Abi yang begitu pedasnya.
Karena baru saja bekerja, belum mengetahui mengenai tata letak setiap barang pribadi milik Abi. Namun Fia tetap melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin dan sebisa mungkin dengan cepat dan bekerja keras agar beradaptasi. Menyiapkan air hangat bersama beberapa aroma terapi yang ditambahkan untuk memberikan rasa nyaman, selanjutnya dengan pakaian yang akan digunakan bahkan Fia harus memasangkan dasi yang Abi pakai untuk bekerja.
Sesuatu kebiasaan yang masih membutuhkan keahlian serta kesabaran untuk melakukannya, karena baru pertama kalinya Fia harus berhadapan dan mengurus seorang pria secara langsung. Begitu pula pada saat sarapan, kepala Fia menjadi pusing dengan sikap Abi yang baginya sangat keterlaluan.
"Tuan, kita tidak boleh menyia-nyiakan makanan yang telah tersedia. Jika anda tidak menyukainya, lebih baik anda memberitahukannya kepada kami tuan. Tidak baik membuang makanan yang dimana diluar sana masih banyak yang tidak mendapatkan makanan seperti ini, akan mubazir tuan." Dengan mengumpulkan keberanian yang sangat besar, Fia akhirnya menyampaikan apa yang sudah menganjal dalam hatinya.
Prangh!!
"Berani-beraninya kau menasihati, siapa kau hah!! Buang semuanya, selera makanku sudah hilang. Dan itu kau yang menyebabkannya!" Suara Abi menggema didalam rumah tersebut, lalu ia meninggalkannya begitu saja.
Sungguh miris hati Fia melihat semua makanan itu, bahkan terkadang ia harus berhemat agar bisa mengisi perutnya. Walaupun berada di dalam sebuah keluarga, namun ia hidup dalam kesendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
intarti zea
sAbar -sabAr, ujian dimulai Fia
2023-04-06
0