Menjaganya sekuat tenaga

"Kamu baik-baik saja Fi?" Ani sudah berada didekat temannya itu.

"Iya, aku tidak apa-apa. Maaf ya, makanannya jadi tumpah semua." Ucap Fia dengan begitu lirihya.

"Sudah Fi, nggak usah sedih. Ini sudah biasa terjadi disini, tuan memang tidak akan menyentuh sedikitpun makanan ini. Seperti yang aku katakan sebelumnya, kamu juga sudah terbiasa dengan kejadian ini. Kamu juga harus terbiasa mulai saat ini, kerjakan saja apa yang menjadi tugas kita. Untuk hasilnya, biarkan saja tuan yang menilainya. Yang terpenting, kita aman." Ani menepuk-nepuk pundak Fia, menguatkannya dan mereka pun membereskan kekacauan yang terjadi.

...----------------...

Hari-hari pun berlalu, seperti biasa Abi mulai menunjukkan berbagai sikap dinginnya saat berada di perusahaan. Memberikan perintah pada Ronal dengan asal saja, tiada hari tanpa emosi yang ia berikan.

"Kau urus semua jadwalku untuk beberapa hari kedepan, aku mau semua target dari perusahaan kita terselesaikan pekan ini. Jika kau menemukan pembangkang dan juga bedebah dalam proses tersebut, selesaikan detik itu juga. Tidak usah mengulur waktu lagi, katakan jadwal untuk hari ini." Abi menyandarkan bahunya pada kursi kerjanya, dengan jemari tangan yang memijat keningnya.

"Baik tuan, sore nanti. Anda ada pertemuan dengan tuan Savrondan malamnya, perusahaan Vandex's mengadakan jamuan dengan berbagai kolega bisnis besarnya." Ronal menjelaskan kegiatan tersebut.

Terlihat jika Abi seperti sedang berpikir, dalam diamnya yang begitu tenang. Rknal sangat memahami siapa Abi.

"Katakan saja jika kau masih ingin bekerja, Ronal." Abi menatap Ronal yang masih berdiri dihadapannya.

Walaupun saat bekerja, mereka berdua bersikap layaknya pekerja yang profesional. Namun dibalik itu semua, keduanya adalah sahabat seperjuangan dari sejak kecil. Abi bisa menangkap sesuatu yang masih belum dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Huh, kau selalu bisa menebakku. Ayahmu dan keluargamu yang lainnya (ibu dan adik perempuan Abi) merencanakan perjodohan dirimu dengan anak tuan Savron, Emilia Savron. Kau tahu kan siapa dia." Kini Ronap memilih untuk duduk dengan santai di kursi yang berhadapan dengan Abi.

"Heh, sudah kuduga. Pria tua itu asih keras kepala, kenapa tidak dia saja yang menikah. Membuatku pusing saja, tidak pernah berubah." Ketus Abi dengan seringai di wajahnya.

"Bagaimanapun dia tetaplah ayahmu, kenapa kau tidak menerimanya saja atau mencari pasangan pura-pura untuk menghentikan perjodohan tersebut. Lupakan Soraya, dia bukan yang terbaik untukmu."

Bugh!

Sebuah pukulan Abi berikan kepada Ronal dan tepat mengenai kepalanya, dan itu menimbulkan suara yang cukup keras.

"Hei! Kenapa kau memukulku?! Bisakah kau tidak selalu memukul kepalaku jika sedang kesal, jika amnesia bagaimana. Kau sendiri yang akan kesusahan jika itu terjadi." Gerutu Ronal dengan mengusap kepalanya yang masih berdenyut.

"Jangan pernah kau menjelekkannya dihadapanku, pergilah! Kerjakan tugasmu itu, merusak suasana saja. Dasar asisten durhaka." Seringai Abi kepada Ronal yang begitu membuatnya emosi.

Ronal hanya bisa berdengus kesal dengan sikap Abi, dia begitu sangat mencintai wanita itu. Walaupun dia sendiri sudah mengetahui siapa sebenarnya wanita yang ia cintai itu, menantikan dari waktu ke waktu pada wanita tersebut untuk kembali.

Dasar manusia batu, jika suatu saat nanti kau berubah pikiran dengan apa yang kau katakan saat ini. Kupastikan kau akan sangat menyesal!

"RONAL!" Teriak Abi yang mengetahui isi umpatan sang asisten kepadanya.

Mendengar Teriak itu, Ronal mempercepat langkahnya untuk menjauh dari manusia batu yang tidak mau menerima nasihat dalam berbagai hal terutama masalah cinta.

Dimana kamu, Soraya?

Abi memijat kepalanya saat memikirkan wanita tersebut.

Setelah mengetahui sifat dan apa yang biasa terjadi dirumah tersebut, membuat Fia mulai terbiasa dengan rutinitas kesehariannya. Tanpa melupakan kewajibannya sebagai muslimah, bahkan kini teman-temannya ikut bersama dengannya untuk menunaikan sholat. Walaupun masih ada beberapa waktu yang lalai, kali ini Fia hanya berdiam diri mengikuti barisan teman-temannya yang lain.

Mengerjakan tugas utamanya dalam menyiapkan beberapa perlengkapan yang akan digunakan oleh tuannya, serta kegiatan pribadi seperti menyiapkan air untuk mandi dan sebagainya. Selesai semua tugasnya, ia segera keluar dari kamar tersebut. Ia tidak ingin melihat wajah tuannya yang selalu akan marah jika berhadapan dengan dirinya.

...Dimana wanita itu? Biasanya dia yang paling cerewet dengan apa yang aku lakukan....

Abi saat ini telah berada di ruang makan, ia mengabsen satu persatu wajah para maidnya. Lalu tatapan itu berhenti saat mendapatkan apa yang sedang ia cari, dimana seseorang yang menggunakan pakaian yang berbeda dari yang lainnya berada di bagian pojok dari barisan.

"Kalian semuanya bubar! Dan kau, kemari." Tunjuk Abi melalui jarinya yang diarahkan kepada Fia, dan terlihatlah jelas keberadaan Fia saat barisan itu bubar.

Deg!

...Ya Rabb, apa lagi ini....

Para maid yang lainnya menatap iba pada Fia, namun orang yang tertunjuk sudah berjalan dengan menunduk ke arah tuannya berada.

"Kau!"

"Arkh!" Fia seketika menjerit saat hijabnya diterik secara paksa dan hampir terbuka oleh Abi.

"Jangqn pernah membuatku marah, kau benar-benar wanita tidak tahu diri. Percuma menggunakan pakaian tertutup, tapi hati dan otakmu itu selalu membuat masalah padaku." Abi masih menarik hijab Fia yang tertahan.

Mata Fia sudah basah dengan air mata, betapa sakitnya saat hijabnya ditarik paksa oleh orang berlawanan jenis dengannya. Kedua tangannya menahan sekuat tenaga agar hijabnya tidak terbuka, namun tangan itu terasa sangat panas karena kain hijabnyq bergesekan dengan kulitnya.

"Jawab atau kau memilih untuk aku buka paksa lagi, hah!" Abi berteriak dengan cukup keras, hal itu semakin membuat Fia ketakutan.

Perlakuan Abi padanya sangatlah keterlaluan, merasa harga dirinya sudah benar-benar direndahkan oleh orang yang saat ini menjadi tuannya. Lalu Fia mengumpulkan semua keberanian dalam dirinya, walaupun tubuhnya masih bergetar hebat.

"Cukup, lepaskan! " Kali ini Fia yang berteriak dengan keras, itu membuat semuanya yang mendengar menjadi kaget. Begitu juga dengan Abi, ia refleks melepaskan tangannya dari kain hijab Fia.

"Hei! Beraninyq kau berteriak padaku, hah!"

Tubuh Fia bergetar dengan menahan semua rasa perih yang ada pada dirinya, kedua tangannya mengepal dengan begitu kuat. Ingin rasanya ia memukul mulut pria yang begitu tajam padanya.

"Silahkan anda berbuat sesuka hati untuk menghukum saya, tapi tidak untuk aurat saya!" Mata itu memerah dengan segala luapan emosinya.

Degh!

Tiba-tiba saja perasaan dan hati Abi seperti terhubung benda tajam atas ucapan yang Fia berikan, memang ia terlalu berbuat kasar dan bisa juga dikatakan jeram kepadanya. Entah mengapa ia begitu sangat ingin menyiksa Fia, padahal hatinya tidak menginginkan hal itu terjadi.

"Masuk ke dalam kamarmu, sekarang! Jangan sampai aku melakukan yang lebih buruk padamu, cepat!"

Dengan beruraian air mata, Fia segera berlalu dari hadapan semuanya. Semua penghuni rumah mewah itu dibuat merinding dengan hal tersebut.

"Apa yang kalian lihat, hah! Bubar! Jangan sampai aku menghukum kalian semua!"

Semua para maid berhamburan membubarkan diri, mereka ketakutan saat melihat tuannua sudah begitu tak terkendalikan emosinya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!