Kebaikan yang dibalas dengan luka

"Kamu!"

Deg!

Jantung Fia berdetak sangat cepat saat mendengar suara yang ia kenali, dirinya sungguh tidak percaya jika wanita yang ia tolong waktu itu adalah majikannya. Dan parahnya lagi, orang yang ia takuti sedang berada disana.

"Kakak!" Saat itu Yasmin menyebutkan seseorang.

Dalam diamnya, Fia berusaha menstabilkan detak jantungnya yang sangat cepat.

"Kakak ngapain disini? Lagi pula, lihat tu pasangan Kakak sedang menatap dengan sangat tidak enak. Wush sana, ayo Kakak baik." Tanpa memperdulikan Abi lagi, Yasmin menarik tangan Fia untuk ikut bersamanya.

Melewati Abi yang masih berdiri tegak, Fia tidak bisa berpikir lagi apa yang akan terjadi padanya nanti.

Yasmin mengajak Fia untuk bersamanya menuju kamar miliknya, bahkan Fia merasa tidak enak diri. Keberadaan dirinya disana adalah untuk bekerja, tapi pada kenyataannya ia hanya menemani adik dari tuannya.

"Kenapa kak? Tidak perlu merasa malu. Disini semuanya sama saja kak, ayo." Yasmin duduk di pinggiran tempat tidur dan Fia juga bersamanya.

"Tidak apa-apa nona, saya duduknya dibawah saja." Fia mendaratkan tubuhnya di lantai.

Syut!

"Eh!" Fia merasa tubuhnya melayang dan mendarat sempurna di pinggiran tempat tidur mewah itu.

"Sudah dibilang tadi kan, kita itu tidak berbeda kak. Sama saja, hanya saja nasib Yasmin sedikit lebih beruntung saja dari Kakak. Itu tidak akan bisa membuat kita berbeda, buktinya saja Kakak menolong Yasmin. Sedangkan Yasmin yang hidup seperti ini belum tentu bisa membantu orang lain, benarkan? Hahaha, iya kan saja kak." Yasmin nampak begitu nyaman berbicara dengan Fia.

Tidak bisa berbuat apa-apa, Fia hanya menuruti apa yang dikatakan oleh tuannya itu. Bagaimana pun juga, Yasmin adalah majikannya.

Mereka berdua saling bertukar cerita, sungguh mengasyikkan. Bahkan waktu pun sudah berteriak agar Fia segera menyudahi pertemuan mereka, namun siapa disangka.

Brak!

Pintu kamar Yasmin terbuka dengan paksaan, menimbulkan suara yang cukup keras.

"Kakak! Kebiasaan deh." Yasmin memasang wajah tidak suka saat melihat Abi sebagai pelaku pembuka paksa pintu kamarnya.

Tidak ada ucapan apapun yang keluar mulut Abi, ia hanya menatap tajam ke arah Fia. Hal itu membuat jantung Fia berdetak sangat cepat, perasaan takut sudah menyelimuti dirinya.

"Kau! Kembalilah ke asalmu, jangan lupa diri." Kalimat tajam itu Abi ucapkan kepada Fia yang masih menunduk.

"Kakak!" Yasmin berteriak keras mendengar Abi berkata yang tidak pantas pada Fia.

"Diam!"

Dengan perasaan bersalah, Fia segera beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamar Yasmin. Ia melihat para pelayan yang lainnya sedang sibuk membereskan semua peralatan yang telah digunakan pada acara tersebut.

"Fia! Kamu sudah ditunggu oleh supir dari mansionnya tuan Abi. Lebih baik kamu segera kesana dan terima kasih atas bantuannya nak." Fita memberi pelukan pada Fia sebagai salam persahabatan.

"Sama-sama bu, baiklah saya permisi dulu semuanya." Fia berpamitan kepada seluruh karyawan yang bekerja saat itu.

Melihat pemandangan di malam hari dari balik kaca jendela mobil, begitu sangat indahnya. Bintang dan bulan menjadi hiasan pada malam itu, membuat perasaan Fia sedikit terhibur. Ia melupakan sejenak ketakutan yang menyelimuti dirinya, berharap keindahan langit pada malam itu bisa membawa kabar baik untuk dirinya.

Setibanya di mansion Abi, jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Hari yang begitu melelahkan, Fia segera membersihkan dirinya dan beristirahat sejenak. Ia tahu jika tidak ada kata libur untuk pekerjaannya, setidaknya ia bisa mengistirahatkan sejenak tubuhnya.

Tak lama kemudian fia mendengar suara kegaduhan, ia segera membuka matanya dan melihat jam. Mempercepat dirinya untuk mengerjakan kewajibannya dua rakaat dan mencari sumber kegaduhan tersebut, betapa kagetnya ia saat melihat hal itu.

Prang!

Tubuh Fia kaget dan terhuyung ke belakang membentur dinding, dibagian ruang keluarga terlihat semua karyawan berkumpul disana. Tubuh Abi berdiri tegak dengan kedua tangannya beracak pinggang menghadapi semua karyawan, wajahnya menampakkan kemarahan yang teramat besar.

"Tamat sudah riwayatku hari ini, ya Rabb. Lindungilah hambaMu ini." Fia berdoa sebelum melangkahkan kakinya menuju tempat tersebut.

Mau tidak mau, Fia harus segera ikut berkumpul disana.

"Kau, kemari!" Tiba-tiba saja Abi yang baru saja melihat kedatangan Fia disana, memanggilnya untuk mendekat pada dirinya.

Ani dan Devi yang baru menyadari akan kehadiran Fia disana menjadi sangat kaget, karena yang mereka tahu jika Fia sedang membantu acara yang diadakan di mansion utama.

Dengan langkah perlahan, Fia berjalan mendekati sumber suara yang ada.

"Argh!" Tangan Fia dicengkram kuat oleh Abi, hal itu membuatnya meringis kesakitan.

"Bubar kalian semuanya!" Bentakan Abi membuat semuanya membubarkan diri.

Abi menyeret Fia dengan sangat kasar, membuat wanita itu menjadi kesusahan dalam berjalan untuk menyesuaikan langkah besar sang tuannya.

Srugh!

"Arkh!" Fia mendarat kasar pada tanah bebatuan di halaman bagian samping mansion.

Dimana tempat tersebut merupakan taman dan sekaligus tempat bersantai keluarga, disana juga terdapat kolam renang yang biasa digunakan oleh Abi.Akan tetapi, pada salah satu sudut taman tersebut terdapat taman bunga mawar yang mempunyai duri yang sangat banyak. Dan Fia sudah mendarat tepat di atas tamanan tersebut, rasa perih serta sakit yang sangat luar biasa menghampiri tubuh kecil itu.

"Sa sa kit." Fia meringgis dan berusaha untuk menjauhkan tubuhnya dari tanaman tersebut.

"Jangan coba-coba untuk berbuka manis, kau disini hanya seorang pelayanan dan tidak lebih. Keluargamu saja sudah tidak ada yang perduli dengan kehidupanmu, jadi jangan mencoba menarik simpati dari keluargaku!"

Saat Fia akan berdiri, sebuah tangan kekar menyentuh lehernya dan semakin sakit dan membuat nafasnya menjadi sesak.

"Argh! Tu tuan, sa sakit. Argh!" Fia menarik tangan Abi dari lehernya, rasa sesak itu membuatnya kesulitan untuk bernafas.

"Ingat dan camkan dalam kepalamu itu baik-baik! Jangan pernah mencari celah untuk menarik perhatian dari keluargaku, karena itu tidak akan aku biarkan. Dan satu lagi, ingat posisimu disini. Kalau itu tidak kau ingat, maka bersiaplah untuk menerima hukuman yang lebih dari ini."

Sorot mata Abi begitu tajam, setelah puas memberikan pelajaran untuk Fia. Lalu ia menghempaskan begitu saja tubuh Fia, hingga menabrak sebuah kursi taman yang terbuat dari bebatuan.

Brugh!

Diam tanpa suara, Fia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Hanya air mata yang bisa mengalir dengan sangat deras, menatap punggung orang yang telah memberikannya rasa sakit luar biasa. Mengeluh pun tidak ada gunanya.

"Fia!" Ani dan Devi menghampiri tubuh lemah itu.

Mereka berdua juga tidak bisa membela Fia, walaupun dirinya tidak bersalah sedikitpun. Karena mereka mengetahui sifat dari tuannya, memapah tubuh lemah itu ke dalam kamarnya. Membersihkan luka-luka yang cukup membuat keduanya ikut meringgis.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!