Kembali Memanas

Hari-hari pun berlalu, perubahan pada Abi membuat para penghuni mansion merasa senang. Mereka pun dapat bekerja dengan sebagaimana seharusnya, tidak seperti selama ini.

Brakh!

"Sayang, Abiku sayang." Suara yang membuat telinganya sakit terdengar hampir setiap hari.

Seperti biasanya, Emilia akan selalu datang pada mansion maupun perusahaan yang Abi jalani. Namun tidak ada yang bisa membuat seorang Abi bisa untuk tunduk padanya, bahkan Emilia sering kali mendapat bentakan yang Abi ucapkan.

"Sss, biang kerok datang tuh." Ani sudah bersiap untuk menyaksikan kegaduhan oleh wanita itu.

"Sudah sudah, lanjut saja kerja. Oh ya Fi, jangan lupa jika tuan tidak suka terlalu manis." Devi mengingatkan Fia untuk terlalu banyak menambahkan rasa manis pada menu hari ini.

"Siap nyonya, terima kasih sudah di ingatkan." Senyum Fia yang suka sekali menggoda Devi.

"Ya Tuhan anak ini, kalau bukan sayang sudah aku jadikan kantong kresek kamu Fi." Celoteh Devi yang selalu mendapat godaan dari Fia.

Memang diantara mereka bertiga, Devi lah yang sifat dan sikapnya begitu dewasa serta bijak dalam menghadapi situasi yang ada. Dan pencairan suasana itu adalah Ani, membuat semuanya menjadi berpikir keras jika dia sudah berulah.

Kehadiran Emilia disana, tidak membuat Fia teralihkan. Ia fokus untuk memasak, karena ia berada disana untuk bekerja. Dengan kedua sahabatnya yang selaku menemani dalam suka maupun duka.

...Abah, Fia rindu. Semoga suatu saat, Fia mendapatkan izin untuk bertemu abah....

Tukh!

"Aduh!" Ringgis Fia saat merasakan kepalanya sedikit sakit disaat ia sedang memikirkan abahnya.

Saat Fia menolehkan wajahnya, betapa kagetnya ia melihat Emilia sudah berada dibelakang tubuhnya dan sebuah spatula ditangannya. Benda itu yang digunakannya untuk menyentuh kepalanya Fia.

"Nona, maaf saya tidak tahu jika ada anda." Fia menghentikan sejenak pekerjaannya dan menunduk saat berhadapan dengan Emilia.

"Baguslah kalau menyadari kedudukan kamu disni, aku ingin sarapan roti bakar dengan selain cokelat yang banyak dan taburan keju diatasnya. Dan jangan lupa susu hangatnya juga, cokelat." Emilia menekankan ucapannya kepada Fia agar di ingat.

"Ba baiklah nona." Belum sempurna kalimat itu ia ucapkan, Emilia pergi begitu saja meninggalkan dapur.

Menghela nafasnya yang terasa berat, Fia tidak ingin terbawa dalam suasana yang membuat dirinya begitu hina dihadapan orang lain. Meneruskan pekerjaannya dan juga membuatkan pesanan dari tamu mereka, kedua sahabatnya sedang berbagi tugas. Devi membersihkan ruangan mansion, sedangkan Ani membersihkan halaman bagian luar.

.

.

.

Terdengar suara langkah kaki yang sudah dipastikan itu milik Abi, Emilia segera mengambil sikapnya untuk mendekati tunangannya. Berjalan bak seperti seorang model papan atas, ia menyapa Abi di pagi hari.

"Selamat pagi sayang, kamu terlihat sangat tampan hari ini." Rayu Emilia dan melilitkan tangannya pada lengan Abi.

Brugh!

"Argh! Abi!" Teriak Emilia saat tubuhnya mendarat di lantai dengan sangat kasar.

Tanpa memperdulikan Emilia yang meringgis meminta pertolongan untuk berdiri, pria itu melanjutkan langkah kakinya menuju meja makan.

"Nona, apa perlu bantuan?" Basman yang mengekor Abi dari belakang, menawarkan bantuan.

"Huh, tanganku bisa gatal jika menyentuh orang seperti kamu. Minggir!" Bentak Emilia berdiri dna menyusul keberadaan Abi.

...Saya juga akan alergi menyentuh anda, nona. Sikapnya sama saja dengan yang terdahulu, sama-sama bermuka dua....

.

.

.

Fia yang tidak mengetahui kejadian yang baru saja terjadi, saat ini sudah menata makanan yang ia hasilkan dari dapur di atas meja. Tentunya tidak lupa dengan pesanan dari tunangan tuannya, namun hal itu membuat kedua mata Abi menatap tidak suka.

"Milik siapa ini?" Tanya Abi dengan suara beratnya.

Wajah Fia menatap Abi dengam perasaan tidak enak, dari dalam dirinya ia merasa takut melihat tatapan itu.

"Itu punyaku, sayang. Aku tadi menyuruh dia untuk membuatkannya, ayo kita sarapan." Dengan sangat percaya dirinya, Emilia menyentuh telapak tangan Abi dan memulai menikmati makanannya.

Prangh!

"Abi!" Teriak Emilia saat mendapati makanan dihadapannya dilemparkan Abi begitu saja.

Terjadilah kegaduhan di meja makan, dimana Abi benar-benar menyatakan bahwa ia tidak suka dengan kehadiran Emilia disana. Fia yang melihat sisi kejamnya seorang Abi, tubuhnya menjadi bergetar. Bahkan otot-otot kakinya terasa lemas.

"Sudah aku katakan berulang kali, jangan pernah bertindak seolah-olah kau dalam nyonya di dalam mansionku! Aku muak Emilia!" Bentakkan itu sungguh terdengar menusuk hati.

"Kau! Siapa yang menyuruhmu untuk mengiyakan perintah wanita ini! Mulai detik ini, kalian urus wanita ini untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di sini." Tegas Abi kepada semua para pekerja yang berada disana, lalu ia menatap tajam kepada Fia.

Dengan segala paksaan dan juga penolakan dari Emilia, pada akhirnya ia harus menyerah dengan para penjaga yang menariknya paksa untuk keluar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!