Alexandria
Di bandara Soekarta Hatta tampak seorang gadis muda yang cantik jelita turun dari pesawat penerbangan internasional. Dialah Alexandria William puteri Tuan Wiliam pemilik William Group sebuah perusahaan ternama di negeri ini. Alexa terus berjalan menuju tempat transit pesawat. Dia akan melanjutkan dengan penerbangan domestik. Saat di dalam pesawat domestik Alexa bertemu dengan wanita paruh baya dan mereka terlihat sangat akrab.
“Alexa kamu cantik sekali dan terlihat sangat segar dan ceria.” ucap wanita paruh baya tersebut sambil memeluk Alexandria.
“Terimakasih Tante.” jawab Alexa sambil tersenyum ramah. Mereka berdua duduk berdampingan sambil terus ngobrol.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di kota tujuan. Mereka kemudian menuju ke sebuah penginapan sederhana. Mereka berdua memasuki sebuah kamar.
Tidak lama kemudian
“Alexa kamu sudah terlihat beda.” ucap wanita paruh baya tersebut sambil menatap puas penampilan baru Alexandria.
“iya Tante, sudah hilang Alexa sekarang harus pakai nama siapa ya.. Xandria apa ya Tan.” ucap Alexa sambil melihat tampilannya di cermin. Rambut panjangnya sudah dikepang dua dengan kaca mata tebal menghiasi wajahnya.
“Jangan Xandria, pakai nama Sandra saja.” jawab wanita paruh baya tersebut.
“Baik Tan, mulai sekarang aku menjadi Sandra gadis cupu dan lugu yang baik hati.” ucap Alexandria yang sudah berubah wujud menjadi Sandra.
“Sudah ayo aku antar kamu ke panti asuhan Budi Luhur. Aku salah satu donatur di sana. Nanti aku bilang kalau aku menemu kamu di jalan ha... ha....” ucap wanita paruh baya itu sambil tertawa.
“Mulai sekarang kamu harus berlatih menjadi Sandra.” ucap wanita paruh baya itu lagi
“Baik Nyonya.” jawab Sandra dengan sopan.
Mereka berdua lalu dijemput mobil dan menuju ke panti asuhan yang berada di luar kota. Alexandria yang sudah berubah menjadi Sandra diterima menjadi penghuni panti. Dia berada di panti dalam beberapa waktu. Setelah Alexandria merasa cukup observasinya pada kehidupan anak panti dan juga sudah bisa menghayati kehidupan sebagai anak panti. Sandra pamit kepada pimpinan Panti Asuhan. Dia pamit dengan alasan akan mencari kerja di kota.
Alexandria yang sudah menjelma menjadi Sandra pergi ke ibu kota seorang diri. Dia akan menuju ke perusahaan Jonathan Co. dengan memakai transportasi umum. Untuk sampai di perusahaan Jonathan Co, Sandra harus berganti ganti transportasi.
Sandra turun dari transportasi umum terakhirnya, dia berjakan di sepanjang trotoar jalan raya. Setelah sampai di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi dia berhenti. Pandangan matanya menyapu bagian bagian gedung tersebut mencari jalan masuk untuk pejalan kaki. Saat dia sudah mendapatkan pintu masuk dia berjalan dengan pelan pelan. Namun tiba tiba...
“Hei jangan ngemis di sini!” teriak seorang satpam memberi peringatan.
Sandra masih terus berjalan tanpa menghiraukan teriak pak Satpam yang berada di ruang jaganya. Pak Satpam dengan wajah emosi lalu keluar dari ruang jaganya dan berlari mendatangi gadis tersebut.
“Hai... dengar tidak sih.. jangan ngemis di sini.” teriak Pak Satpam lagi dengan suara lebih keras dan dengan nada emosi.
“Pak saya bukan pengemis.” jawab Sandra.
“Terus mau ngapain?” tanya Pak Satpam sambil berjalan mendekati Sandra.
“Saya mau melamar pekerjaan Pak.” jawab Sandra.
“Modelmu seperti itu mau kerja apa?” tanya Pak Satpam meremehkan.
“Sana sana..pergi sebelum pemilik perusahaan ini melihatmu. Aku bisa kena marah jika ada orang macam kamu masuk berkeliaran di sini.” usir Pak Satpam sambil memukul pelan pantat Sandra dengan pentungan.
“Mengotori pandangan mata saja.” ucap Pak Satpam.
“Pak, tolong saya Pak.” teriak Sandra memelas.
“Tidak bisa sana sana...” hardik Pak Satpam
Tidak lama kemudian ada mobil berhenti di depan gedung tersebut. Dan seorang perempuan setengah baya turun dari mobil tersebut, kemudian berjalan masuk lewat jalan untuk pejalan kaki.
“Ada apa Pak, pagi pagi sudah ribut?” tanya perempuan tersebut
“Selamat pagi bu Rina ini ada orang tidak jelas mau minta minta.” jawab Pak Satpam.
“Saya usir tidak pergi pergi.” ucap Pak Satpam kemudian.
“Saya bukan pengemis bukan minta sedekah Bu, tapi saya mau melamar pekerjaan.” jawab Sandra sambil menatap Ibu Rina.
Terlihat Ibu Rina memandang perempuan muda tersebut. Ada rasa iba melihat penampilan perempuan muda tersebut. Wajah cupu dihiasi kaca mata model kuno dengan lensa yang besar dan tebal. Penampilannya yang kelewat sederhana ditambah perjalanan jauh dengan transport umum yang berganti ganti menyempurnakan wajah kumal Sandra.
“Siapa namamu?” tanya Ibu Rina sambil menatap tajam pada Sandra.
“Sandra Bu, saya dari desa pengen cari pekerjaan buat hidup Bu, tolong saya.” jawab Sandra.
“Baiklah ayo aku antar di bagian HRD.” ucap Ibu Rina dengan tegas.
“Terimakasih Bu.” ucap Sandra.
“Ayo ikut aku.” ucap Ibu Rina lalu dia berjalan dan Sandra mengikutinya.
“Pak Satpam kembali saja ke tempat jaga.” ucap Ibu Sandra kemudian karena melihat pak Satpam masih berdiri dengan wajah kesal.
“Baik Bu.” jawab Pak Satpam.
“Jangan senang senang dulu kamu gembel.” gumam Pak Satpam bersungut sungut sambil melangkahkan kaki menuju ke pos jaganya.
Ibu Rina dan Sandra akhirnya berjalan menuju ke ruangan HRD. Sandra terlihat wajahnya menoleh kiri kanan melihat lihat bagian bagian gedung yang dilewati. Tampak beberapa karyawan menatap heran dan cenderung tatapan menghina penampilan Sandra. Namun karena di sebelahnya ibu Rina kepala divisi pantry mereka hanya berani menatap sekilas dan tidak berani berkata kata atau berbisik bisik dengan sesama karyawan.
Beberapa menit kemudian Ibu Rina dan Sandra sudah sampai di depan pintu bagian HRD. Ibu Rina mengetuk pintu. Tidak lama kemudian pintu terbuka tampak seorang gadis cantik karyawan HRD.
“Silahkan Ibu Rina.” ucap gadis cantik karyawan HRD yang membukakan pintu tersebut.
“Terimakasih.” ucap Ibu Rina
“Ayo ...” ucap Ibu Rina sambil menoleh pada Sandra. Karyawan gadis cantik yang masih memegang handel pintu terlihat kaget dengan orang yang dibawa ibu Rina, dia menatap Sandra, dengan tatapan merendahkan karena melihat tampilan Sandra.
Ibu Rina lalu masuk menuju ruangan kepala HRD. Sandra terlihat canggung lalu digandeng tangannya oleh Ibu Rina.
“Selamat pagi Pak.” sapa Ibu Rina.
“Selamat pagi Ibu Rina, tumben pagi pagi ke sini. Ada yang bisa saya bantu?” tanya kepala HRD
“Gini Pak, gadis ini namanya Sandra tadi saya ketemu di depan dia ingin melamar pekerjaan.” jawab Ibu Rina.
“Baiklah, mana berkas berkas lamarannya.” ucap Kepala HRD
“Ehmmm belum buat Pak.” jawab Sandra
“Ya sudah besok balik lagi bawa berkas berkas dan surat lamaran.”
“Iya Pak.” Jawab Sandra sambil menundukkan kepala
“Coba lihat id card mu.” pinta kepala HRD.
“Apa Pak?” tanya Sandra
“KTP.” jawab kepala HRD
“Tidak ada Pak.” ucap Sandra dengan takut takut
“Kartu Pelajar, SIM.” ucap kepala HRD lagi
“Ehm maaf Pak.. dompet saya dicopet di bis.” ucap Sandra
“Bagaimana aku percaya dompetmu dicopet.” ucap Kepala HRD
“Maaf Bu Rina, saya tidak bisa membantu. Perusahaan tidak bisa menerima calon karyawan tanpa memiliki id card.” ucap Kepala HRD sambil menatap Ibu Rina.
“Pak, tolonglah saya, saya bawa ini surat keterangan dari Panti Asuhan.” ucap Sandra memohon
“Tidak bisa.” jawab kepala HRD dengan tegas.
“Bu tolong saya.” ucap Sandra sambil menoleh menatap Ibu Rina.
“Maaf Sandra kamu tidak punya kartu identitas jadi tidak bisa. Maafkan aku tidak bisa menolongmu.” jawab Ibu Rina
“Bu, tapi saya orang baik baik.” ucap Sandra lagi
“Maaf Bu Rina saya masih banyak pekerjaan.” ucap Kepala HRD
Ibu Rina lalu meninggalkan ruang pimpinan HRD tersebut sambil menggandeng tangan Sandra.
“Bu.. tolong saya butuh pekerjaan saya butuh makan.” ucap Sandra masih terus memohon.
“Sudah tidak bisa ya tidak bisa. Sana ngemis saja malah dapat makan tidak perlu KTP.” ucap karyawan yang membukakan pintu tadi.
Sebelum karyawan HRD yang cantik membukakan pintu. Pintu sudah terbuka dengan mantap. Semua orang terlihat kaget kecuali Sandra yang masih memohon mohon pertolongan.
“Ada apa?” tanya Vadeo sang CEO dengan suara berat.
“Ini Pak, orang ini minta pekerjaan. Tapi tidak punya KTP, bisa saja orang jahat pura pura..” ucap karyawan HRD yang cantik.
“Diam aku tidak tanya kamu.” hardik Vadeo
“Ada apa Ibu Rina?” tanya Vadeo lagi
“Ini Pak, perempuan ini mau melamar pekerjaan.” Jawab Ibu Rina.
“Benar kamu mau bekerja?” tanya Vadeo
“Iya Pak, saya butuh pekerjaan untuk penghidupan saya.” jawab Sandra sambil menundukkan kepalanya
“Tapi saya cuma bawa ini, dompet saya dicopet di dalam bis.” ucap Sandra kemudian sambil memperlihatkan surat keterangan dari panti asuhan. Sekilas Sandra melihat Vadeo, dia memperkirakan kalau Vadeo adalah pemilik Jonathan Co.
“Lihat.” pinta Vadeo lalu menarik surat keterangan dan membacanya sekilas.
“Ayo masuk.. Bu Rina mari kita masuk ke ruang pimpinan HRD.” ucap Vadeo sambil melangkah menuju ke ruangan kepala HRD.
“Stave.” panggil Vadeo
“Maaf Pak, saya melakukan sesuai peraturan perusahaan tidak menerima calon karyawan tanpa id card.” ucap Stave sang kepala HRD saat melihat Vadeo datang bersama Ibu Rina dan Sandra.
“Kamu telpon panti asuhan ini, tanya apa benar ini surat keterangan yang mereka buat, tanya apa dia dari panti ini.” ucap Vadeo sambil menyerahkan surat keterang kepada Stave.
Terlihat Stave sang kepala HRD menerima surat keterangan dari tangan Vadeo dan selanjutnya melaksanakan perintah Vadeo untuk menelpon panti asuhan yang membuat surat keterangan.
“Iya Pak, benar dia penghuni panti tersebut.” ucap Stave setelah menutup sambungan telpon.
“Baiklah, ijinkan dia bekerja tapi dengan syarat syarat : Selama tiga bulan hanya dapat uang makan, tinggal di rumah Ibu Rina dengan pengawasan, Cari surat keterangan polisi. Urus semua itu Stave, biarkan dia kerja di divisi Ibu Rina.” ucap Vadeo
“Ibu Rina tolong training dia dan awasi dia.” ucap Vadeo pada Ibu Rina, tampak ibu Rina menganggukkan kepalanya.
“Terimakasih Pak.” ucap Sandra namun Vadeo hanya diam dan tanpa menoleh. Dia tidak menghiraukan ucapan terimakasih dari Sandra. Vadeo langsung pergi meninggalkan ruang divisi HRD, Riris sang sekretaris pribadi Vadeo yang sejak tadi mendampingi Vadeo menoleh pada Sandra menetapkan dengan tatapan tidak suka.
“Kok bisa sih gembel seperti ini diperbolehkan kerja.” ucap Riris lalu melangkah mengikuti Vadeo. Namun ucapan didengar oleh Sandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Nit_Nit
kamu tidak tahu siapa sandra sebenarnya riris
2024-03-17
0
Nurwana
jgn belagu Riris drimu hanya sekertaris.
2023-10-23
4
Ilan Irliana
coba mmpir ke crt ortu'y si Twins ach..
2023-06-01
2