Di bandara Soekarta Hatta tampak seorang gadis muda yang cantik jelita turun dari pesawat penerbangan internasional. Dialah Alexandria William puteri Tuan Wiliam pemilik William Group sebuah perusahaan ternama di negeri ini. Alexa terus berjalan menuju tempat transit pesawat. Dia akan melanjutkan dengan penerbangan domestik. Saat di dalam pesawat domestik Alexa bertemu dengan wanita paruh baya dan mereka terlihat sangat akrab.
“Alexa kamu cantik sekali dan terlihat sangat segar dan ceria.” ucap wanita paruh baya tersebut sambil memeluk Alexandria.
“Terimakasih Tante.” jawab Alexa sambil tersenyum ramah. Mereka berdua duduk berdampingan sambil terus ngobrol.
Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di kota tujuan. Mereka kemudian menuju ke sebuah penginapan sederhana. Mereka berdua memasuki sebuah kamar.
Tidak lama kemudian
“Alexa kamu sudah terlihat beda.” ucap wanita paruh baya tersebut sambil menatap puas penampilan baru Alexandria.
“iya Tante, sudah hilang Alexa sekarang harus pakai nama siapa ya.. Xandria apa ya Tan.” ucap Alexa sambil melihat tampilannya di cermin. Rambut panjangnya sudah dikepang dua dengan kaca mata tebal menghiasi wajahnya.
“Jangan Xandria, pakai nama Sandra saja.” jawab wanita paruh baya tersebut.
“Baik Tan, mulai sekarang aku menjadi Sandra gadis cupu dan lugu yang baik hati.” ucap Alexandria yang sudah berubah wujud menjadi Sandra.
“Sudah ayo aku antar kamu ke panti asuhan Budi Luhur. Aku salah satu donatur di sana. Nanti aku bilang kalau aku menemu kamu di jalan ha... ha....” ucap wanita paruh baya itu sambil tertawa.
“Mulai sekarang kamu harus berlatih menjadi Sandra.” ucap wanita paruh baya itu lagi
“Baik Nyonya.” jawab Sandra dengan sopan.
Mereka berdua lalu dijemput mobil dan menuju ke panti asuhan yang berada di luar kota. Alexandria yang sudah berubah menjadi Sandra diterima menjadi penghuni panti. Dia berada di panti dalam beberapa waktu. Setelah Alexandria merasa cukup observasinya pada kehidupan anak panti dan juga sudah bisa menghayati kehidupan sebagai anak panti. Sandra pamit kepada pimpinan Panti Asuhan. Dia pamit dengan alasan akan mencari kerja di kota.
Alexandria yang sudah menjelma menjadi Sandra pergi ke ibu kota seorang diri. Dia akan menuju ke perusahaan Jonathan Co. dengan memakai transportasi umum. Untuk sampai di perusahaan Jonathan Co, Sandra harus berganti ganti transportasi.
Sandra turun dari transportasi umum terakhirnya, dia berjakan di sepanjang trotoar jalan raya. Setelah sampai di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi dia berhenti. Pandangan matanya menyapu bagian bagian gedung tersebut mencari jalan masuk untuk pejalan kaki. Saat dia sudah mendapatkan pintu masuk dia berjalan dengan pelan pelan. Namun tiba tiba...
“Hei jangan ngemis di sini!” teriak seorang satpam memberi peringatan.
Sandra masih terus berjalan tanpa menghiraukan teriak pak Satpam yang berada di ruang jaganya. Pak Satpam dengan wajah emosi lalu keluar dari ruang jaganya dan berlari mendatangi gadis tersebut.
“Hai... dengar tidak sih.. jangan ngemis di sini.” teriak Pak Satpam lagi dengan suara lebih keras dan dengan nada emosi.
“Pak saya bukan pengemis.” jawab Sandra.
“Terus mau ngapain?” tanya Pak Satpam sambil berjalan mendekati Sandra.
“Saya mau melamar pekerjaan Pak.” jawab Sandra.
“Modelmu seperti itu mau kerja apa?” tanya Pak Satpam meremehkan.
“Sana sana..pergi sebelum pemilik perusahaan ini melihatmu. Aku bisa kena marah jika ada orang macam kamu masuk berkeliaran di sini.” usir Pak Satpam sambil memukul pelan pantat Sandra dengan pentungan.
“Mengotori pandangan mata saja.” ucap Pak Satpam.
“Pak, tolong saya Pak.” teriak Sandra memelas.
“Tidak bisa sana sana...” hardik Pak Satpam
Tidak lama kemudian ada mobil berhenti di depan gedung tersebut. Dan seorang perempuan setengah baya turun dari mobil tersebut, kemudian berjalan masuk lewat jalan untuk pejalan kaki.
“Ada apa Pak, pagi pagi sudah ribut?” tanya perempuan tersebut
“Selamat pagi bu Rina ini ada orang tidak jelas mau minta minta.” jawab Pak Satpam.
“Saya usir tidak pergi pergi.” ucap Pak Satpam kemudian.
“Saya bukan pengemis bukan minta sedekah Bu, tapi saya mau melamar pekerjaan.” jawab Sandra sambil menatap Ibu Rina.
Terlihat Ibu Rina memandang perempuan muda tersebut. Ada rasa iba melihat penampilan perempuan muda tersebut. Wajah cupu dihiasi kaca mata model kuno dengan lensa yang besar dan tebal. Penampilannya yang kelewat sederhana ditambah perjalanan jauh dengan transport umum yang berganti ganti menyempurnakan wajah kumal Sandra.
“Siapa namamu?” tanya Ibu Rina sambil menatap tajam pada Sandra.
“Sandra Bu, saya dari desa pengen cari pekerjaan buat hidup Bu, tolong saya.” jawab Sandra.
“Baiklah ayo aku antar di bagian HRD.” ucap Ibu Rina dengan tegas.
“Terimakasih Bu.” ucap Sandra.
“Ayo ikut aku.” ucap Ibu Rina lalu dia berjalan dan Sandra mengikutinya.
“Pak Satpam kembali saja ke tempat jaga.” ucap Ibu Sandra kemudian karena melihat pak Satpam masih berdiri dengan wajah kesal.
“Baik Bu.” jawab Pak Satpam.
“Jangan senang senang dulu kamu gembel.” gumam Pak Satpam bersungut sungut sambil melangkahkan kaki menuju ke pos jaganya.
Ibu Rina dan Sandra akhirnya berjalan menuju ke ruangan HRD. Sandra terlihat wajahnya menoleh kiri kanan melihat lihat bagian bagian gedung yang dilewati. Tampak beberapa karyawan menatap heran dan cenderung tatapan menghina penampilan Sandra. Namun karena di sebelahnya ibu Rina kepala divisi pantry mereka hanya berani menatap sekilas dan tidak berani berkata kata atau berbisik bisik dengan sesama karyawan.
Beberapa menit kemudian Ibu Rina dan Sandra sudah sampai di depan pintu bagian HRD. Ibu Rina mengetuk pintu. Tidak lama kemudian pintu terbuka tampak seorang gadis cantik karyawan HRD.
“Silahkan Ibu Rina.” ucap gadis cantik karyawan HRD yang membukakan pintu tersebut.
“Terimakasih.” ucap Ibu Rina
“Ayo ...” ucap Ibu Rina sambil menoleh pada Sandra. Karyawan gadis cantik yang masih memegang handel pintu terlihat kaget dengan orang yang dibawa ibu Rina, dia menatap Sandra, dengan tatapan merendahkan karena melihat tampilan Sandra.
Ibu Rina lalu masuk menuju ruangan kepala HRD. Sandra terlihat canggung lalu digandeng tangannya oleh Ibu Rina.
“Selamat pagi Pak.” sapa Ibu Rina.
“Selamat pagi Ibu Rina, tumben pagi pagi ke sini. Ada yang bisa saya bantu?” tanya kepala HRD
“Gini Pak, gadis ini namanya Sandra tadi saya ketemu di depan dia ingin melamar pekerjaan.” jawab Ibu Rina.
“Baiklah, mana berkas berkas lamarannya.” ucap Kepala HRD
“Ehmmm belum buat Pak.” jawab Sandra
“Ya sudah besok balik lagi bawa berkas berkas dan surat lamaran.”
“Iya Pak.” Jawab Sandra sambil menundukkan kepala
“Coba lihat id card mu.” pinta kepala HRD.
“Apa Pak?” tanya Sandra
“KTP.” jawab kepala HRD
“Tidak ada Pak.” ucap Sandra dengan takut takut
“Kartu Pelajar, SIM.” ucap kepala HRD lagi
“Ehm maaf Pak.. dompet saya dicopet di bis.” ucap Sandra
“Bagaimana aku percaya dompetmu dicopet.” ucap Kepala HRD
“Maaf Bu Rina, saya tidak bisa membantu. Perusahaan tidak bisa menerima calon karyawan tanpa memiliki id card.” ucap Kepala HRD sambil menatap Ibu Rina.
“Pak, tolonglah saya, saya bawa ini surat keterangan dari Panti Asuhan.” ucap Sandra memohon
“Tidak bisa.” jawab kepala HRD dengan tegas.
“Bu tolong saya.” ucap Sandra sambil menoleh menatap Ibu Rina.
“Maaf Sandra kamu tidak punya kartu identitas jadi tidak bisa. Maafkan aku tidak bisa menolongmu.” jawab Ibu Rina
“Bu, tapi saya orang baik baik.” ucap Sandra lagi
“Maaf Bu Rina saya masih banyak pekerjaan.” ucap Kepala HRD
Ibu Rina lalu meninggalkan ruang pimpinan HRD tersebut sambil menggandeng tangan Sandra.
“Bu.. tolong saya butuh pekerjaan saya butuh makan.” ucap Sandra masih terus memohon.
“Sudah tidak bisa ya tidak bisa. Sana ngemis saja malah dapat makan tidak perlu KTP.” ucap karyawan yang membukakan pintu tadi.
Sebelum karyawan HRD yang cantik membukakan pintu. Pintu sudah terbuka dengan mantap. Semua orang terlihat kaget kecuali Sandra yang masih memohon mohon pertolongan.
“Ada apa?” tanya Vadeo sang CEO dengan suara berat.
“Ini Pak, orang ini minta pekerjaan. Tapi tidak punya KTP, bisa saja orang jahat pura pura..” ucap karyawan HRD yang cantik.
“Diam aku tidak tanya kamu.” hardik Vadeo
“Ada apa Ibu Rina?” tanya Vadeo lagi
“Ini Pak, perempuan ini mau melamar pekerjaan.” Jawab Ibu Rina.
“Benar kamu mau bekerja?” tanya Vadeo
“Iya Pak, saya butuh pekerjaan untuk penghidupan saya.” jawab Sandra sambil menundukkan kepalanya
“Tapi saya cuma bawa ini, dompet saya dicopet di dalam bis.” ucap Sandra kemudian sambil memperlihatkan surat keterangan dari panti asuhan. Sekilas Sandra melihat Vadeo, dia memperkirakan kalau Vadeo adalah pemilik Jonathan Co.
“Lihat.” pinta Vadeo lalu menarik surat keterangan dan membacanya sekilas.
“Ayo masuk.. Bu Rina mari kita masuk ke ruang pimpinan HRD.” ucap Vadeo sambil melangkah menuju ke ruangan kepala HRD.
“Stave.” panggil Vadeo
“Maaf Pak, saya melakukan sesuai peraturan perusahaan tidak menerima calon karyawan tanpa id card.” ucap Stave sang kepala HRD saat melihat Vadeo datang bersama Ibu Rina dan Sandra.
“Kamu telpon panti asuhan ini, tanya apa benar ini surat keterangan yang mereka buat, tanya apa dia dari panti ini.” ucap Vadeo sambil menyerahkan surat keterang kepada Stave.
Terlihat Stave sang kepala HRD menerima surat keterangan dari tangan Vadeo dan selanjutnya melaksanakan perintah Vadeo untuk menelpon panti asuhan yang membuat surat keterangan.
“Iya Pak, benar dia penghuni panti tersebut.” ucap Stave setelah menutup sambungan telpon.
“Baiklah, ijinkan dia bekerja tapi dengan syarat syarat : Selama tiga bulan hanya dapat uang makan, tinggal di rumah Ibu Rina dengan pengawasan, Cari surat keterangan polisi. Urus semua itu Stave, biarkan dia kerja di divisi Ibu Rina.” ucap Vadeo
“Ibu Rina tolong training dia dan awasi dia.” ucap Vadeo pada Ibu Rina, tampak ibu Rina menganggukkan kepalanya.
“Terimakasih Pak.” ucap Sandra namun Vadeo hanya diam dan tanpa menoleh. Dia tidak menghiraukan ucapan terimakasih dari Sandra. Vadeo langsung pergi meninggalkan ruang divisi HRD, Riris sang sekretaris pribadi Vadeo yang sejak tadi mendampingi Vadeo menoleh pada Sandra menetapkan dengan tatapan tidak suka.
“Kok bisa sih gembel seperti ini diperbolehkan kerja.” ucap Riris lalu melangkah mengikuti Vadeo. Namun ucapan didengar oleh Sandra.
Vadeo Jonathan, putra tunggal dari Tuan Jonathan pemilik perusahaan Jonathan Co. Sebuah perusahaan coklat besar yang akhir akhir ini berkembang pesat mengalahkan semua pesaingnya.
Setelah berjalan meninggalkan ruang divisi HRD, Vadeo melangkah menuju lift. Vadeo masih berdiri di depan lift menunggu pintu terbuka. Riris yang berjalan mengikutiya kinipun sudah berdiri di samping Vadeo. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, mereka berdua lalu masuk ke dalam lift. Riris sang sekretaris berpenampilan sexy, dengan baju belahan dada rendah dan rok mini. Riris berdiri di samping Vadeo di dalam lift dengan posisi yang sangat dekat tanpa skat.
“Kenapa orang seperti dia di terima kerja?” tanya Riris sambil membenarkan krah blazer Vadeo.
“Kenapa kamu cemburu?” ucap Vadeo dengan nada dingin. Vadeo menanyakan hal itu sebab sudah beberapa kali Riris mengungkapkan perasaan cintanya pada Vadeo. Tapi Vadeo belum memberi jawaban, belum menerima dan tidak menolaknya. Sebab Vadeo masih membutuhkan Riris sebagai sekretaris pribadinya.
“Mana mungkin aku cemburu dengan gembel cupu. “ jawab Riris
“Tidak level.” ucap Riris kemudian.
“Ya sudah tidak usah dibahas.” ucap Vadeo dengan nada datar.
“Jadi kamu terima aku sebagai kekasihmu.” Ucap Riris dengan tatapan menggoda. Sebelum Vadeo memberi jawaban pintu lift sudah terbuka. Vadeo lalu melangkah meninggalkan lift dan diikuti oleh langkah kaki Riris.
“Apa jadwalku pagi ini?” tanya Vadeo saat sudah masuk ke ruang kerjanya.
“Justin akan presentasi laporan kerjanya.” jawab Riris sambil melangkah menuju kursi kerjanya.
“Harusnya sudah dimulai, tapi kenapa Justin belum ke sini.” ucap Riris sambil melihat jam yang menempel di pergelangan tangan kirinya.
“Kamu hubungi dia!” perintah Vadeo lalu mendudukkan pantatnya di kursi kerjanya.
“Baik Tuan.” ucap Riris dengan gerakan tubuh menggoda. Vadeo hanya geleng geleng kepala.
Riris lalu terlihat sibuk dengan hapenya untuk menghubungi Justin sang direktur pelaksana. Terlihat agak lama Riris berkomunikasi dengan Justin. Dan setelah selesai Riris lalu meletakkan hapenya di meja kerjanya.
“Aku buatkan kopi buat Tuan Vadeo dan Tuan Justin.” ucap Riris lalu dia berjalan meninggalkan ruang kerja. Terlihat Vadeo hanya menganggukkan kepala. Tidak bisa dipungkiri memang hanya Riris yang bisa membuatkan kopi yang sesuai dengan seleranya. Beberapa pegawai pantry sudah mencobanya tetapi tetap saja tidak senikmat kopi yang dibuat Riris.
“Gila apa dia pakai guna guna sehingga aku kecanduan kopi buatannya.” gumam Vadeo dalam hati.
“Ah.. Tidak percaya hal seperti itu, mungkin Riris membuat dengan takaran yang pas dan dengan panas air yang pas.” gumam Vadeo menyangkal praduganya sendiri.
Tidak lama kemudian pintu terbuka tampak Justin yang membuka pintu lalu tidak lama kemudian Riris masuk dengan nampan berisi tiga cangkir kopi. Lalu Justin menutup pintu selanjutnya berjalan mengikuti Riris.
Riris lalu menaruh cangkir kopi di meja Vadeo selanjutnya menaruh dua cangkir kopi lainnya di meja sofa dimana Justin sudah duduk di situ. Justin tidak membuang kesempatan melihat belahan dada Riris yang mempesona saat menunduk menaruh cangkir kopi. Sedangkan Riris yang merasa dilihat nampak tersenyum lalu duduk di kursi sofa yang lain.
“Kenapa harus dipanggil baru datang?” tanya Vadeo pada Justin
“Sorry aku tadi sudah ke sini tapi kamu belum datang.” Jawab Justin dengan santai lalu mengambil cangkir kopi dan menyeruput isinya.
Justin adalah direktur pelaksana yang juga merupakan saudara sepupu Vadeo.
“Kita juga sudah sejak pagi datang tapi gara gara ngurus gembel jadi terlambat masuk ruang kerja.” ucap Riris dengan bibir mencebik
“Gembel?” tanya Justin sambil memandang Riris dan Vadeo secara bergantian.
“Ngapain harus sang CEO yang ngurus, pak Satpam kerja apa?” tanya Justin lagi
“Bukan gembel. Ada orang cari kerja, tapi dia tidak punya id card karena kecopetan.” jawab Vadeo.
“Terus?” tanya Justin kepo
“Diijinkan kerja oleh sang CEO yang baik hati, padahal divisi HRD sudah mengusirnya.” saut Riris dengan mimik wajah kesal.
“Sepertinya kamu tidak terlalu suka pada orang itu.” tebak Justin sambil menatap Riris.
“Iya dia cemburu.” ucap Vadeo dengan senyum tipis
“Sudah dibilang tidak level.” ucap Riris.
“Deo, apa kamu percaya begitu saja?” tanya Justin serius
“Tidak, sudah lah aku lakukan demi kemanusiaan. Dia anak panti, beri saja kesempatan. Aku juga pakai banyak syarat buat dia dan minta ibu Rina mengawasinya.” jawab Vadeo.
“Okey lah aku setuju jika demi kemanusiaan.” ucap Justin.
“Aku ingatkan pada kalian kalau Jonathan Co sebuah perusahaan bukan dinas sosial, kita juga sudah ada CSR untuk kemanusiaan. Sudah, kita sudah terlambat karena masalah gembel itu, sekarang di sini kita masih bahas dia.” ucap Riris
“Tuan Justin tujuan Anda diundang untuk melaporkan hasil kerja anda.” ucap Riris kemudian sambil menatap Justin
“Okey okey Nona Riris yang cantik, saya akan laporkan progres perusahaaan kita.” ucap Justin lalu membuka lap topnya sedangkan Riris menyiapkan proyektor mini. Agar Vadeo bisa melihat tampilan layar lap top Justin dari tempat duduknya.Justin lalu menyampaikan laporan hasil kerjanya. Tampak Vadeo mengangguk anggukan kepalanya nampak puas dengan pencapaian Jonathan Co.
Tidak lama kemudian Vadeo dan Riris bertepuk tangan memberi applaus. Dan setelahnya Justinpun ikut bertepuk tangan.
“Applaus buat kita semua, buat Jonathan Co.” Ucap Justin mantap sambil masih bertepuk tangan.
“Aku tidak menyangka Jonathan Co bisa secepat kilat melesat.” ucap Vadeo bangga dengan hasil kerja Justin.
“Iya tinggal satu langkah lagi kita jadi yang number one.” ucap Justin.
“Masih ada satu pemegang saham terbesar Wiliam Group yang setia di sana.” ucap Vadeo kemudian.
“William Group sudah mulai terjun, sebentar lagi akan terjungkal dan hancur lebur.” ucap Justin sambil tersenyum lebar.
“Kamu memang hebat Justin.” puji Vadeo.
“Sehebat hebatnya aku hanya sebatas pelaksana Tuan Deo.” ucap Justin sambil tersenyum.
“Okey okey untuk merayakan pencapaian kita bagaimana kalau nanti kita adakan pesta kecil kecilan.” usul Riris
“Setuju Nona Riris, atur saja.” ucap Vadeo.
“Ah resmi amat kalian berdua ini. Sudahlah aku sudah mencium aroma kalian ada afair.. tidak usah sungkan kamu kalau mau mesra mesra di depanku, Deo.” Ucap Justin sambil tersenyum memandang Vadeo dan Riris secara bergantian.
“Aku dukung kalian berdua sampai pelaminan. Kalau perlu aku bujuk Tante dan Om agar merestui kalian.” ucap Justin kemudian.
Riris tampak tersenyum senang, sedangkan Vadeo hanya diam, mau bilang dia tidak ada perasaan dengan Riris takut menyinggung perasaan Riris. Apalagi saat ini Riris sangat berperan untuk memajukan perusahaannya.
“Vadeo, habis ini kita ada meeting dengan calon investor baru.” ucap Riris memberi tahu jadwal Vadeo selanjutnya.
“Aku sudah siapkan semua materinya.” ucap Riris selanjutnya. Vadeo terlihat menganggukkan kepalanya.
“Okey Justin, kamu boleh kembali ke ruang rahasiamu.” ucap Vadeo pada Justin. Justin terlihat mengangkat jempolnya, lalu berjalan meninggalkan ruang kerja Vadeo dan menuju ke ruang kerjanya yang tidak sembarang orang mengetahuinya.
Di sebuah mension mewah nyonya William berjalan mondar mandir di ruang tamu. Dia menanti nanti kedatangan putrinya yang sangat dirindu.
“Pa, harusnya sudah sampai di bandara. Kenapa Andri yang menjemput tidak menemukannya. Aku pecat dia besok, kerja menjemput Alexa saja tidak bisa.” ucap Nyonya William sambil masih berjalan mondar mandir sambil mengumpat Andri sopir pribadi keluarga William.
“Pesawat yang dinaiki Alexa jelas, jam kedatangan jelas. Kenapa juga belum menemukan.” ucapnya lagi sambil masih terus komat kamit mengerutu.
Sedangkan Tuan William sibuk dengan hapenya dia membaca semua informasi dari sang sopir yang disuruh menjemput Alexandria sang puteri tercinta.
“Bagaimana Pa? Foto Alexa kan juga sudah ada di hape Andri. Nomor hape Alexa juga sudah dikasih.” ucap Nyonya William sambil menatap suaminya.
“Hape Alexa masih off Ma. Andri sudah lapor ke bagian informasi bandara. Sudah diinformasikan Alexa ditunggu penjemput di bagian informasi.” jawab tuan Willam.
“Andri tidak boleh pulang kalau tidak membawa Alexa.” ucap Nyonya William, kemudian dia duduk di sofa karena sudah capek mondar mandir.
“Kenapa tadi Papa tidak ikut menjemput sih? Kalau aku kan sedang sibuk membuat makanan kesukaan Alexa. Kemarin dia sudah ngelist makanan makanan yang dikangeni. Sudah aku buat semua malah tidak datang datang.” ucap nyonya William menyalahkan suaminya.
“Mama kenapa juga sibuk turun tangan masak sendiri pesanan Alexa, kan bisa nyuruh pelayan dan kita jemput Alexa bersama.” jawab Tuan William tidak mau disalahkan.
“Alexa yang bilang sendiri agar kita nunggu di rumah saja. Malah dia mau naik taxi pulangnya.” jawab Nyonya William
“Ooo jangan jangan dia pulang naik taxi Pa.” ucap Nyonya William kemudian terlihat matanya berbinar berharap Alexandria sudah dalam perjalanan naik taxi.
“Ya sudah Andri suruh pulang saja. Bilang ke bagian informasi kalau Alexa ke bagian informasi biar pulang naik taxi saja.” ucap Nyonya William.
Terlihat Tuan William mengusap usap hapenya lalu melakukan panggilan video pada Andri sopir pribadinya yang diberi tugas menjemput Alexandria.
“Sudah aku suruh Andri pulang.” ucap Tuan William
Beberapa menit kemudian Andri sang sopir keluarga William sampai ke mension. Namun saat Andri membuka pintu....
“Aduh kenapa kamu sudah sampai sini Alexa juga belum sampai.” teriak Nyonya William saat melihat Andri muncul di depan pintu
“Sekarang kamu balik lagi ke bandara.” perintah Nyonya William
Andri hanya mematung baru menginjakkan kaki sudah disuruh balik lagi ke bandara.
“Kenapa juga masih berdiri.” teriak Nyonya William dengan nada suara meninggi.
Andri lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar menuju ke garasi mobil lagi dan melajukan mobilnya menuju ke bandara. Sedangkan Nyonya William dan Tuan William terlihat mereka berdua hanya duduk terdiam .
“Mama kenapa suruh Andri balik lagi ke bandara? Kita kan bisa tanya tanya dia dulu. Sekarang kita tidak dapat informasi dari Andri dan Alexa juga belum datang.” ucap Tuan William sambil memgurut urut pelipisnya.
“Ya sudah Papa telpon Andri suruh dia balik lagi ke sini.” ucap Nyonya William
Tuan William lalu kembali mengusap usap hapenya menghubungi Andri agar kembali lagi ke mension. Beberapa menit kemudian Andri kembali datang.
“Ceritakan sekarang apa yang kamu lakukan di bandara sampai tidak menemukan Alexa.” ucap Tuan William.
“Disuruh jemput Alexa saja tidak becus, aku potong gajimu sampai gundul.” ucap Nyonya William dengan emosi.
“Maaf Tuan dan Nyonya, saya sudah berdiri di bagian depan di tempat kedatangan penumpang saya sudah bawa papan nama Nona Alexandria William. Tetapi sampai penumpang habis tidak ada nona Alexa. Terus saya ke bagian informasi saya nunggu di sana tetapi terus saya disuruh pulang kata Tuan, nona Alexa sudah pulang naik taxi.” jawab Andri dengan wajah menunduk.
“Ya sudah kamu kembali ke tempatmu. Mungkin Alexa masih ingin jalan jalan.” ucap Tuan William
“Papa gimana sih, suruh Andri mencari lagi.” saut Nyonya William
“Kita tanya pada Lizbeth saja pesawat yang ditumpangi Alexa, jangan jangan ganti penerbangan tidak kasih kabar ke kita.” jawab Tuan William lalu sibuk kembali dengan hapenya.
“Haduh mana mungkin ganti penerbangan tidak memberitahu kita di sini.” gumam Nyonya William. Sedangkan Tuan William masih terlihat sibuk dengan hapenya untuk menghubungi Elizabeth adik perempuannya yang mengurusi Alexandria selama tinggal di New York.
“Bener Ma, ganti penerbangan karena keinginan Alexa dan Lizbeth tidak tahu pesawat penggantinya.” ucap Tuan William setelah selesai berkomunikasi dengan adik perempuannya.
“Alexa dan Lizbeth pasti kerja sama jangan jangan mereka berdua sekarang sudah di puncak atau di Bali. Bikin pusing saja. Terus gimana itu makanan?” tanya Nyonya William bingung dengan makanan yang sudah tersedia dengan segala jenis menu kesukaan Alexa.
“Sudah suruh saja semua pelayan makan semua makanan yang kamu masak. Aku mau ke ruang kerja. Jangan ganggu.” ucap Tuan William lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Tuan William membuka pintu pelan pelan lalu berjalan menuju ke kursi kerjanya. Dibukanya lap top miliknya. Terlihat dahinya berkerut saat melihat perkembangan terkini William Group miliknya.
“Kenapa semua rencana produk baru sudah didahului oleh Jonathan.” gumam Tuan William dengan geram.
“Kita belum launching, Jonathan sudah lebih dulu launching dan langsung memproduksi masal. Aku harus cari tahu siapa orang dalam William Group yang membocorkan semua blue print perusahaan.” gumam Tuan William dengan jari jari tangannya sibuk dengan tuth tuth lap topnya.
Namun tiba tiba terdengar suara notifikasi pesan masuk di hapenya. Tuan William cepat cepat meraih hapenya, lalu membuka aplikasi tampak ada pesan text dari sederet angka.
“Nomor siapa.” gumam Tuan William sambil membaca pesan yang tertulis:
Alexandria dalam kondisi baik baik. Tidak usah lapor pihak kepolisian.
Selesai membaca pesan teks, tuan William langsung menghubungi nomor telepon tersebut. Namun tidak ada nada sambung. Berkali kali tuan William tetap mencoba namun hasilnya sama saja tidak ada nada sambung. Tuan William lalu berjalan meninggalkan ruang kerjanya dan berjalan tergesa gesa menuju ke kamar dengan maksud untuk memberitahu pada istrinya.
Tuan William membuka pintu kamar dengan keras secara spontan. Sehingga mengagetkan Nyonya William yang sedang rebahan menenangkan hati sambil nyekrol nyekrol layar hapenya.
“Papa itu gimana sih, tadi katanya tidak mau diganggu malah sekarang menganggu aku.” ucap Nyonya William dengan nada tinggi sambil menoleh menatap Tuan William yang berjalan mendekatinya.
“Ma, ada pesan dari nomor asing, tapi nomor itu aku hubungi sudah tidak aktif.” ucap Tuan William sambil menunjukkan pesan teks di hapenya pada Nyonya William.
“Ya sudah suruh saja orang Papa untuk melacak nomor itu.” ucap Nyonya William setelah membaca pesan teks dan menyerahkan hape suaminya. Tuan William mengulurkan tangannya mengambil hapenya yang masih dipegang istrinya.
Sesaat kemudian tuan William sibuk dengan hapenya untuk menghubungi orang kepercayaan agar melacak nomor asing tersebut. Namun tiba tiba ada notifikasi di hape Nyonya William.
“Pa... ini ada email masuk.” teriak Nyonya William. Tuan William yang sedang sibuk menghubungi orang kepercayaannya sampai terlonjak kaget.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!