Host Infection
...***...
Di hari Minggu yang tenang, Rael yang sedang asik merakit mainan yang Ia beli beberapa hari lalu tiba-tiba mendapatkan telepon yang membuatnya terkejut dan mengakibatkan jari telunjuknya terluka.
"Ada apa sih Bima, tiba-tiba menelepon."
"Oh ayolah Rael, jangan marah dulu, aku menelponmu sekarang ini ingin mengajakmu ke Mall, kata Aria, ayahnya akan ke Indonesia beberapa hari lagi jadi ia ingin kita menemaninya membeli hadiah untuk ayahnya."
"Lah... kenapa kau mengajakku, bukanya kamu itu pacarnya Aria."
"Aku mengajakmu karena tau kamu tidak ada pekerjaan lain selain merakit mainan yang kamu beli waktu itu, mau ikut tidak?"
Rael pun setuju ikut dengan Bima karena Ia sendiri tidak ada pekerjaan lain selain merakit mainan.
"Iya iya, aku ikut."
"Baiklah, kutunggu di Mall bersama dengan Aria."
"Apakah Rael akan ikut?" Tanya Aria yang baru selesai lihat-lihat barang yang ada di toko.
"Iya, mungkin akan memakan waktu sebelum dia sampai disini. Bagaimana kalau kita lihat-lihat ke toko lain sebelum Rael datang?"
"Baiklah, lagipula jalanan akhir-akhir ini macet." jawab Aria sambil melihat ke jalanan yang membuatnya khawatir.
"Ada apa Aria? Tiba-tiba saja kau menjadi pucat." Tanya Bima sambil memegang pundaknya dengan ekspresi khawatir.
"Tidak apa-apa, mungkin ini cuma perasaanku saja."
Bima dan Aria mulai berkeliling dan membeli barang barang yang setidaknya bagus untuk dijadikan hadiah. Kehidupan di Mall seperti biasa ramai akan pengunjung, baik yang muda atau yang tua. Suasana disana begitu bising dan penuh kesibukan, semua wajar terjadi karena Mall dipenuhi dengan pertokoan yang bermacam-macam.
Tapi seketika semua itu berubah, tiba tiba terdengar suara ledakan yang berasal dari luar. Orang-orang mulai berlarian ke sana kemari, sambil diiringi suara teriakan yang jelas. Bima yang penasaran mulai bertanya kepada orang yang berlarian tersebut.
"Permisi Pak, mau bertanya yang diluar itu ada apa yah?"
"Kalau kamu masih ingi hidup cepatlah berlari sejauh mungkin!" Jawab dia dengan ekspresi wajah yang ketakutan.
Tak lama kemudian, orang yang Bima tanya sebelumnya di sergap oleh seekor monster yang membuat orang tersebut terlempar dan mulai dicabik-cabik sampai tidak berbentuk.
"Ayo kita pergi Aria!" Teriak Bima sambil memegang tangan Aria yang sedang terkejut atas apa yang mereka alami tadi.
Bima dan Aria mulai berlari keluar Mall, dan sesaatnya sampai diluar, alangkah terkejutnya mereka melihat monster-monster yang berhamburan mulai mengejar orang-orang yang sedang berlarian.
Bima yang pada saat itu sedang termenung atas apa yang ia lihat, tanpa disadari ada seekor monster berbentuk cair mulai menyerang Bima dan Aria, Bima yang mulai menyadari ada monster yang akan menyerangnya mulai meregangkan tangannya dan melindungi Aria, sambil menutup matanya terdengar suara yang tidak asing baginya.
"Hei!, kau itu bodoh yah, bukannya kabur malah menutup matamu."
"Tu-tunggu sedang apakau!, cepatlah pergi dari situ."
"Hei, apa kau tidak lihat kalau monster ini sedang menempel di tubuhku, jadi sebaiknya kau pergi duluan dan jangan hiraukan aku."
"Aku tidak bisa meninggalkanmu Rael." Bima yang sedang panik, mulai memegang tangan Rael dan menariknya.
Rael yang sudah tau kalau ia tidak ada harapan, mulai berteriak dengan nada yang kesal.
"Merepotkan orang saja, kau tau kan kalau diriku ini tidak akan mati semudah itu, kalau kau tidak percaya ambil gelang ini, itu sebagai jaminan kalau aku akan tetap hidup, jadi jaga baik-baik gelangnya akan ku ambil suatu hari nanti."
Bima yang mendengar perkataan Rael tersebut mulai mengerutkan tangan dan alisnya yang menandakan keyakinan yang kuat.
"Baiklah Rael aku akan mematuhi apa yang kau katakan, tapi kau harus menepati janji yang kau katakan tadi."
Rael yang mendengarnya pun langsung mengucapkan salam perpisahan dengan nada yang rendah, Bima yang tak kuasa menahan kesedihannya mulai meninggalkan Rael dengan meneteskan air mata.
Berkilo-kilo meter jauh nya, Bima dan Aria berusaha bersembunyi ke dalam gang-gang kecil untuk menghindari sekawanan monster yang mulai berkembang semakin banyak. Mereka berdua pun mulai mendekati sebuah ruko yang kosong dan berinisiatif untuk beristirahat di dalamnya. Tak lama kemudian terdengar suara yang berasal dari dalam gudang, dan keluarlah seseorang yang berbadan tinggi dan berotot sedang menghampiri Bima dan Aria yang sedang terengah-engah.
"Hei nak, ada apa denganmu, kau seperti sedang ketakutan seolah-olah baru saja melihat hantu."
"Ma-maafkan aku Paman, mungkin ini terdengar konyol untuk mempercayai perkataan ku tapi di luar sana terdapat monster-monster yang menyerang manusia" ujar Bima terengah-engah dengan wajah yang masih syok.
Mendengar pernyataan Bima barusan, Paman pemilik toko daging tersebut mengecek kamera CCTV yang mengarah ke jalan utama. Dengan apa yang baru saja ia lihat, Paman pemilik toko tersebut dengan sigap menutup pintu tokonya dan menguncinya dengan kuat.
"Hei nak, apakah kau bisa menggunakan senjata khusus?"
"Tidak, tapi Aria bisa menggunakan busur karena dia seorang atlet panahan."
"Baguslah kalau begitu, namamu Aria kan? kau ambillah busur di dalam gudang, kita harus segera pergi ketempat yang lebih aman daripada disini."
"Baiklah tapi kita belum berkenalan, namaku Bima dan ini Aria, mungkin kau akan mengganggap kita sebagai beban tapi percayalah kita tidak akan merepotkanmu."
"Senang berkenalan denganmu namaku Sudiarto, mungkin ini terdengar sedang menyombongkan diri, karena aku adalah mantan tentara jadi kalian bisa mempercayai diriku untuk melindungi kalian."
Dengan perbekalan tekat dan beberapa senjata tajam, mereka bertiga telah mengukuhkan diri untuk berhadapan dengan bahaya besar yang akan segera datang dimasa depan nanti.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Author Kucing
aku mampir kak..
ceritanya keren🥰🥰
jgn lupa mampir di ceritaku jg.
bisa cek di profil aku.
2022-08-26
0