...***...
Pagi menyingsing yang berpadu dengan udara dingin, teror yang mengerikan telah menghantui seluruh malam yang mencekam. Di pojok ruangan yang sedikit kotor terlihat Pak Sudiarto sedang duduk sambil memandangi kota dibalik celah jendela yang tertutup kuat.
" Hati-hati Pak, bisa bahaya kalau ada monster yang melihat mu."
" Subuh-subuh begini kau sudah bangun rupanya, bagaimana dengan Aria."
" Dia masih tidur tapi melihat dari wajahnya sepertinya ia mengalami mimpi buruk."
" Yah... Aneh juga kalau ada seseorang yang tidur nyenyak dengan keadaan seperti ini."
" Hah... Aku penasaran bagaimana keadaan ibuku, melihat keadaan yang telah terjadi saat ini membuatku pesimis."
" Karena kau masih muda, dimana pun ibumu berada pasti ia senang kalau kau masihlah sehat walafiat."
" Haha mungkin kau ada benarnya."
" Yasudah kalau begitu aku akan menyiapkan sarapan dahulu, kau bangunkan dulu Aria setelah sarapan kita akan memikirkan cara kita ke Stasiun Televisi TvB."
" Siap laksanakan pak!"
Selesai sarapan mereka bertiga segera mengadakan rapat di sebuah meja yang sedikit usang, karena Stasiun Televisi TvB itu terletak di tengah-tengah kota mereka sedikit kebingungan untuk mencari jalan tercepat dan teraman.
" Jarak dari sini kearah tujuan kita kira-kira sekitar puluhan kilometer, tapi mengingat tempatnya berada ditengah kota kemungkinan besar banyak sekali monster-monster yang berkeliaran disekitarnya." Ujar pak Sudiarto.
" Hm... Sepertinya mengambil jalan ke arah terminal bus dapat mempercepat jalan kita ke stasiun televisi dan juga kita sekalian saja mengambil kendaraan yang dapat kita gunakan, tapi yang jadi masalahnya adalah terminal tersebut dekat degan pasar tradisional yang pastinya banyak sekali orang-orang yang telah menjadi monster." Ujar Bima.
" yah kita bisa lebih mempercepat perjalanan kita menggunakan kendaraan, oia aku lupa untuk mengatakan cara untuk membunuh monster." Ujar pak Sudiarto.
" Waktu itu secara kebetulan Bima membunuh satu monster yang menikamnya kemarin, apa kau sudah menemukan caranya pak?"
" Kalian bisa menghancurkan inti di setiap monster yang ada, karena setiap monster memiliki intinya masing-masing dan berada di tempat yang berbeda beda."
" Begitu yah, jadi kemarin saat aku membunuh monster itu sebuah kebetulan."
" Baiklah kalian berdua bersiap-siaplah karena kita akan menerobos keluar ruangan menuju terminal, dan pastikan untuk terus waspada."
Mereka bertiga pun keluar secara bersama-sama dan seketika para monster pun menyerbu secara membabi buta, dengan kapak yang diayunkan dengan keras pak Sudiarto berhasil memotong tangan dan kepala monster dan disusul serangan dari Bima yang langsung menusukkan tombaknya kearah bagian dada monster tersebut secara berkali kali hingga menghancurkan intinya.
Monster pun mulai bertambah banyak menyerbu dari segala sudut jalan yang ada, Aria dengan gesit menembaki monster dari jarak jauh dengan busur yang dapat memperlambat jalan monster-monster itu.
Dengan bergerak secara perlahan, mereka bertiga hampir sampai di tempat terminal bus yang mereka tuju.
" Aria dulu kau pernah bilang kepadaku kalau kau pernah belajar cara mengemudikan mobil kan, cobalah periksa mobil-mobil disekitar sini yang sekiranya bisa kita pakai untuk mengemudi." Ujar Bima.
" Yah kau benar tapi sepertinya itu adalah ide yang buruk, karena mobil yang ada disini sebagian besar jendelanya sudah pecah akan jadi berbahaya kalau kita memaksa untuk menggunakannya, kita harus memakai sesuatu yang kuat bahkan jika itu sampai menabrak monster ini!"
" Sepertinya kita akan menggunakan bus, Aria cobalah periksa dan nyalakan bus itu dan tenang saja aku bisa mengendarai bus." Ujar pak Sudiarto.
" Baiklah, untuk sisanya kuserahkan pada kalian para pria."
Aria dengan terburu-buru membuka semua laci dan bagasi sambil berharap mendapatkan kunci untuk menjalankan busnya, setelah beberapa lama mencari Aria melihat sebuah benda mengkilat di bawah kursi penumpang yang sedikit berantakan.
" Aku berhasil menemukan kuncinya tapi benda itu berada tempat yang sulit diraih, kuharap kalian berdua dapat bertahan sedikit agak lama."
" Ya, serahkan pada kami!" Seru Bima
Aria pun berusaha menggapai kunci itu dengan tangannya yang hanya tinggal beberapa centimeter agar dapat meraihnya.
Bima dan pak Sudiarto berusaha mati-matian agar dapat melindungi bus yang akan mereka pakai, satu-persatu monster berjatuhan berubah menjadi kaku akibat intinya yang telah dihancurkan oleh mereka berdua.
Tak lama setelahnya Bima dan pak Sudiarto mulai merasakan getaran yang mendekati tempat mereka berada, getaran itu pun mulai mereda dan suasana pun menjadi hening.
" Apa itu tadi, apa kau merasakannya juga Bima?"
" Yah itu terasa sangat jelas."
Karena suasananya yang hening, mereka berdua merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres, mereka berdua mempersiapkan senjata mereka masing-masing dan mulai bersiaga.
Getaran dan suara aneh mulai terdengar tak jauh dari jarak mereka berdua hingga membuat Bima dan pak Sudiarto berkeringat dingin.
Dari arah suara tersebut terlihat sebuah sepeda motor melayang ke arah tempat mereka berada.
" Awas Bima!"
Sepeda motor itupun menghantam keras kearah bus yang mereka jaga, dan mengakibatkan sebuah goncangan yang sangat keras.
Aria yang baru saja berhasil meraih kunci bus pun mulai terombang-ambing seperti disebuah kapal.
" Apa kau baik-baik saja Aria!?" Tanya Bima.
" Yah aku tak apa beruntung aku berhasil mendapatkan kuncinya, dan apa yang terjadi barusan?"
" Sepertinya kita akan menghadapi sesuatu yang sangat besar, Bima kita harus segera masuk dan bergegas pergi sekarang!"
Setelah mereka semua masuk, pak Sudiarto mulai bergegas menyalakan bus nya berkali-kali dan belum juga berhasil menyala.
Tak lama kemudian sesosok monster yang besar dan memiliki tinggi sekitar 2 meter mulai mendekat dengan diiringi getaran yang mengguncangkan seluruh tempat ia berada.
" Haha... Jadi itu asal dari getaran yang tadi kita rasakan, pak Sudiarto pakah masih belum menyala!?" Tanya Bima
" Sebentar lagi!"
Langkah demi langkah jarak antara mereka dan monster besar itu mulai mendekat dengan perlahan, monster tersebut mulai melakukan ancang-ancang yang seolah-olah seekor banteng yang akan menyeruduk.
" Sial, dia ingin menyeruduk kita!" Teriak Bima.
" Ayo cepatlah... Yah akhirnya menyala juga, kalian berdua duduk dan pakailah sabuk pengamannya."
Dengan kecepatan penuh, busnya pun bergerak yang hampir saja diseruduk oleh monster besar itu.
Pak Sudiarto menyetir dengan sangat lihai dan cepat, bahkan sampai menabrak beberapa monster dijalan. Tak disangka monster besar yang mereka lihat tadi mulai mengejar bus yang mereka tumpangi dengan langkah kaki yang lebar.
" Oh tidak, tak kusangka ia akan mengejar sampai sini!" Seru Bima.
" Sial jalan didepan terhalang mobil, pegangan kalian berdua!"
Pak Sudiarto mulai memutar kemudi kearah kanan hingga hampir membuat bus yang ia kemudikan terguling karena kecepatan yang tinggi.
Setelah beberapa meter berjalan akhirnya gedung Stasiun Televisi TvB mulai nampak, melihat gerbang tempat parkir basment terbuka pak Sudiarto mulai menginjak gasnya sekencang mungkin dan mengerem dengan waktu yang tepat.
" Aria kau tekan tombol di samping pagar agar dapat tertutup dan Bima kau lindungi Aria dari monster yang akan menyerang, setelah aku memberi aba-aba kalian berdua segeralah berlari sekencang mungkin."
Bima dan Aria bergegas berlari menuju gerbang dan segera menutupnya, monster yang tersembunyi dibalik bayang mulai menyerang dan Bima pun menusukkan tombaknya berkali-kali hingga monster itu tumbang.
Disisi lain pak Sudiarto terlihat sedang mencari sesuatu yang dapat memperlambat atau menghentikan monster besar yang sedang mengejar mereka.
" Beruntung tempat parkir ini sepeda motor dan mobil berada ditempat yang sama, sekarang tinggal mencari pemantik api atau pistol."
Pak Sudiarto kemudian membuka jok sepeda motor dengan paksa dan menggulingkannya yang membuat oli dari sepeda motor itupun mengalir keluar, tak hanya itu pak Sudiarto pun menjejerkan sepeda motor yang lainnya secara berdekatan dan membuka tutup olinya.
Setelah gerbang hampir tertutup, monster besar yang mengejar mereka mulai masuk dengan paksa.
" Kalian berdua kemarilah!"
Bima dan Aria berlari sekencang mungkin sambil menghindari para monster.
Pak Sudiarto pun melihat mayat seorang polisi dengan pistol di tangannya, melihat kesempatan itu pak Sudiarto berlari kearah mayat itu dan mengambil pistolnya.
" Untung saja didalamnya terdapat beberapa peluru."
Monster besar yang mengejar Bima dan Aria mulai memasuki tempat parkir dan mengejar mereka berdua.
" Kalian berdua arahkan monster itu ketempat sepeda motor yang telah ku jejerkan itu!"
Mereka berdua pun memancing monster besar itu sesuai arahan dari pak Sudiarto.
Setelah monster itu mendekati jejeran sepeda motor itu, pak Sudiarto memerintahkan Bima dan Aria untuk menjauh sejauh mungkin, setelah mereka berdua cukup jauh pak Sudiarto menembakkan pistolnya kearah sepeda motor yang mengakibatkan sebuah ledakan yang cukup besar.
Monster itupun mendapatkan luka yang serius hingga membuat intinya terlihat dengan jelas.
Dengan melewati kobaran api, Bima berlari dengan kencang dan menusuk inti monster itu dengan tombaknya hingga tubuh monsternya tumbang.
Dengan nafas yang terengah-engah mereka bertiga berkumpul dan beristirahat sejenak di lantai paling dasar gedung tersebut.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments