Bab 2 Bertahan hidup

...***...

Setelah mempersiapkan barang-barang yang mereka butuhkan, Bima, Aria, dan Pak Sudiarto pun membuat sebuah rencana.

"Jadi... Mau kemana kita sekarang?" Tanya Bima sambil melihat ke arah peta yang telah mereka temukan sebelumnya.

"Sepertinya kita harus ketempat yang tinggi agar helikopter bisa menjemput kita bila ada regu penyelamat nanti." Jawab Pak Sudiarto sambil memegang dagunya dan mengerutkan dahinya.

Saat suara sunyi mendatangi mereka, Aria pun memberikan usulan yang tidak sempat terpikirkan oleh Bima dan Pak Sudiarto.

"Bagaimana kalau kita pergi ke Stasiun Televisi TvB? Disana mereka memiliki gedung yang tinggi, yang dapat digunakan tim penyelamat menempatkan helikopter disana."

"Yah... Mungkin kita bisa kesana tapi bagaimana caranya kita bisa masuk?" Tanya Pak Sudiarto.

"Tenang saja, karena ibuku merupakan seorang aktris jadi aku memiliki akses masuk kesana jadi tak usah khawatir." Jawab Aria dengan nada membanggakan diri.

Setelah perbincangan yang singkat, satu-persatu dari mereka keluar dengan perlahan, dimulai dari Pak Sudiarto yang keluar lebih awal sembari melihat ke sekeliling untuk memastikan keadaan diluar aman.

Dengan melewati gang-gang kecil, secara sembunyi-sembunyi mereka berhasil berjalan sampai ke ujung gang yang mengarah ke jalan utama.

"Baiklah, sekarang pantangan yang harus kita lakukan adalah menyebrangi jalan ini, Bima dan Aria tetaplah bersiaga kita harus melumpuhkan monster yang ada di ujung jalan sana."

"Tunggu Pak, kau ingin langsung melumpuhkan monster itu?" Tanya Bima.

"Yah kita harus melakukannya karena jalan yang menuju kantor polisi telah di hadang oleh monster itu, setidaknya kita bisa menemukan senjata api di dalam sana jadi kita tak punya pilihan lain selain membunuh monster itu."

Setelah memantau dan membuat strategi, Pak Sudiarto dengan kapaknya mulai berlari ke arah monster tersebut, lantas monster itu pun menyadari keberadaan Pak Sudiarto dan menyerangnya hingga membuat Pak Sudiarto tersungkur.

Dengan susah payah Pak Sudiarto menahan mulut monster tersebut dengan kapak besarnya, karena keributan yang terjadi monster lain yang mendengarnya pun berlarian menghampiri Pak Sudiarto yang sedang kewalahan.

Aria dengan busurnya pun mulai memanahi monster tersebut satu-persatu, dan Bima mulai menusukkan tombaknya ke monster yang menyerang Pak Sudiarto

"Rasakan ini monster jelek!"

Seketika tombak tersebut menancap tepat di kepala monster itu, melihat kesempatan itu Pak Sudiarto pun sontak menendang dan mendorong tubuh monsternya.

Setelah keadaan mulai tenang, mereka yang mulai kehabisan tenaga terkejut dikarenakan monster yang telah mereka kalahkan melakukan pergerakan yang aneh, dan bukan hanya itu saja luka-luka yang telah mereka terima mulai mengeluarkan asap dan secara perlahan mulai meregenerasi kembali.

"Sial, ini tidak mungkin kan? Bima, Aria cepat kalian lari dari sini! Dan bersembunyilah ke tempat tertutup!"

Dengan sekuat tenaga, Bima dan Aria lari mati-matian kedalam gang kecil yang hanya muat untuk dua orang, disisi lain Pak Sudiarto berlari ke dalam kantor polisi dan mengambil senjata api yang disimpan dalam ruang penyimpanan, dan dengan sigap mulai menembaki monster-monster yang mengejarnya tadi.

Beberapa kilometer dari tempat sebelumnya Bima dan Aria segera bergegas masuk ke dalam rumah, dan berlari menuju lantai dua dari rumah tersebut, sesampainya di atas mereka dengan cepat menutup pintu yang menuju ke atas dengan rapat.

"Hah... Sial sekarang kita terjebak di atas sini, apa kau punya rencana lain Bima?"

Dengan nafas yang terengah-engah, Bima yang sedang duduk sambil menyenderkan punggungnya ke tembok mulai berpikir sembari melihat ke langit-langit.

"... Sepertinya tidak ada cara lain, kita harus pergi dari sini secepat mungkin sebelum para monster itu mendobrak pintunya."

"Tapi bagaimana caranya, kita sekarang berada di lantai dua dan dibawah sana banyak sekali monster yang sedang menunggu kita."

"Satu-satunya cara untuk kita lari yaitu melalui atap-atap rumah."

"Apa kau yakin Bima, tapi cara itu terlalu beresiko."

"Aku tahu apa yang kau pikirkan Aria, tapi itu adalah satu-satunya pilihan kita untuk selamat, ditempat ini kita tidak punya banyak pilihan lain."

"Baiklah kita akan melakukan apa yang kau katakan, karena aku tidak sudi mati secepat ini."

Setelah selesai berargumen Bima dan Aria berjalan di atap rumah dengan hati-hati agar tidak tergelincir, dengan perlahan mereka berdua telah berjalan melewati beberapa rumah dan situasi disana pun menjadi sunyi.

Dirasa situasi sudah aman Bima dan Aria berencana untuk istirahat sebentar diatas sana, tak lama kemudian terdengar suara "krak" tepat dibawah tempat Bima duduk, karena terkejut Bima sontak membuat sebuah gerakan yang mengakibatkan dirinya jatuh kedalam rumah.

"Bima! Apa kau tidak apa-apa?!"

"Ya, aku tidak apa-apa, hanya saja kakiku sepertinya terkilir, kau tunggu saja disana aku akan memastikan kalau didalam sini aman."

"Hei kau itu sedang terluka, kau seharusnya jangan dulu banyak bergerak."

"Tunggu disana saja Aria, ini hanya luka kecil jadi jangan terlalu khawatir aku masih bisa berjalan kok."

"Kalau ada bahaya berteriaklah, aku akan segera menyusulmu."

Bima pun menyusuri setiap ruangan yang ada didalam rumah tersebut sembari berjalan kecil akibat kakinya yang terkilir, sesampainya di ruangan dapur Bima mengeledah kulkas dan lemari dengan harapan dapat menemukan makanan yang dapat ia ambil untuk persediaan.

Pada saat Bima sedang mengeledah terdengar suara di dalam kamar mandi tepat di samping Bima, ia pun sontak bersiaga memegang tombaknya untuk berjaga-jaga ada monster yang menyergapnya, pada saat Bima membuka pintu, hanya ada gelas yang menggelinding di lantai kamar mandi.

"Siapa sih yang menyimpan gelas ini disini."

Bima pun menghela nafasnya dan menutup kembali pintunya, pada saat Bima memutar balikkan tubuhnya, ia pun melihat sesosok monster yang sedang berdiri membelakangi Bima tepat di ruang tamu yang berada dekat dengan dapur, syok dengan monster yang tiba-tiba muncul di sana, Bima pun berjalan dengan pelan dan bersembunyi di balik meja dapur.

Bima yang sedang bersembunyi mengalami serangan panik, yang membuat nafasnya tidak beraturan dan tangan yang gemetaran, suara erangan monster pun mulai mendekat dan Bima pun menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.

Setelah situasi yang menegangkan tersebut, suana berubah menjadi sunyi dan Bima yang sudah lama bersembunyi pun menengok di samping meja tempat ia bersembunyi, ia pun melihat ke segala arah tetapi monster tersebut tidak terlihat, saat Bima menduga bahwa ia sudah aman, ia pun merasakan nafas yang hangat diatas kepalanya dan ternyata itu monster yang dia lihat tadi.

Bima berlari pincang dengan sekuat tenaga, tetapi monster tersebut menyergap bima dari belakang yang membuat mereka berdua tersungkur di tengah-tengah ruang tamu.

Bima sekuat tenaga menahan gigi monster tersebut yang ingin menggigitnya dengan tombaknya, pada saat Bima mulai melemah, tiba tiba ada sebuah anak panah yang menancap tepat di mata monsternya.

Tak ingin melepaskan kesempatan itu, Bima pun menusuk monster tersebut berkali-kali degan wajah yang kesal, tak lama kemudian tubuh monster tersebut mulai kaku dan  berubah warna keabu-abuan.

"Tadi itu hampir saja, aku benar-benar tidak mengerti bagaimana sistem mereka beregenerasi, dan terimakasih Aria jika kau terlambat sedikit saja mungkin aku akan menjadi segumpal daging."

"Kau tidak apa-apa Bima?"

"Aku baik-baik saja, tadi itu hampir membuatku menjadi gila, sebaiknya kita segera menyusul Pak Sudiarto untuk membantunya."

"Setelah kejadian yang kita alami tadi, aku melupakan Pak Sudiarto." Jawab Aria.

"Kau benar Aria, kita harus ketempatnya segera sebelum keadaan bertambah buruk."

"Kemarilah Bima, biar aku membantumu berjalan."

Bima dan Aria pun berhasil selamat dari keadaan yang mencekam tersebut, dan mulai menyusul ketempat Pak Sudiarto berada.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 1 Hari kehancuran
2 Bab 2 Bertahan hidup
3 Bab 3 Bertahan hidup (2)
4 Bab 4 Terminal
5 Bab 5 Menuju puncak
6 Bab 6 Kembali
7 Bab 7 Anggota baru
8 Bab 8 Bandam Land
9 Bab 9 Sebuah harapan baru
10 Bab 10 Sang pelari
11 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12 Bab 12 Monster berekor
13 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14 Bab 14 Tragedi
15 Bab 15 Perpisahan
16 Bab 16 Identitas
17 Bab 17 Reuni
18 Bab 18 Nirwana
19 Bab 19 Harapan
20 Bab 20 Pertarungan
21 Bab 21 Kornea merah
22 Bab 22 Maniak
23 Bab 23 Keluarga
24 Bab 24 Kepercayaan
25 Bab 25 Pekerjaan
26 Bab 26 Menjarah
27 Bab 27 Menguping
28 Bab 28 Aktivitas
29 Bab 29 Penyerbuan
30 Bab 30 Bencana susulan
31 Bab 31 Umpan
32 Bab 32 Teruslah berlari
33 Bab 33 Sidang
34 Bab 34 Kebenaran
35 Bab 35 Dukungan
36 Bab 36 Bekerja keras
37 Bab 37 Keras kepala
38 Bab 38 Topeng gas
39 Bab 39 Penjelajahan
40 Bab 40 Pengintai
41 Bab 41 Bukti
42 Bab 42 Pendatang baru
43 Bab 43 Kecurigaan
44 Bab 44 Penyusup
45 Bab 45 Pertemanan
46 Bab 46 Penyerangan
47 Bab 47 Ketidak pedulian
48 Bab 48 Immortal Projects
49 Bab 49 Kucing liar
50 Bab 50 Daging
51 Bab 51 Gladiator
52 Bab 52 Pertandingan dimulai
53 Bab 53 Cerberus
54 Bab 54 Barbel
55 Bab 55 Sarah
56 Bab 56 Klana
57 Bab 57 Home run
58 Bab 58 Terjerat
59 Bab 59 Akhir Distopia
60 Bab 60 Kripa
61 Bab 61 Rembulan
62 Bab 62 Bahaya baru
63 Bab 63 Pesan
64 Bab 64 Video
65 Bab 65 Bermain dengan api
66 Bab 66 Persiapan
67 Bab 67 Garda depan
68 Bab 68 Kembali lagi
69 Bab 69 Ogre
70 Bab 70 Jaka
71 Bab 71 Emosi
72 Bab 72 Trauma
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Penentuan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Hari kehancuran
2
Bab 2 Bertahan hidup
3
Bab 3 Bertahan hidup (2)
4
Bab 4 Terminal
5
Bab 5 Menuju puncak
6
Bab 6 Kembali
7
Bab 7 Anggota baru
8
Bab 8 Bandam Land
9
Bab 9 Sebuah harapan baru
10
Bab 10 Sang pelari
11
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12
Bab 12 Monster berekor
13
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14
Bab 14 Tragedi
15
Bab 15 Perpisahan
16
Bab 16 Identitas
17
Bab 17 Reuni
18
Bab 18 Nirwana
19
Bab 19 Harapan
20
Bab 20 Pertarungan
21
Bab 21 Kornea merah
22
Bab 22 Maniak
23
Bab 23 Keluarga
24
Bab 24 Kepercayaan
25
Bab 25 Pekerjaan
26
Bab 26 Menjarah
27
Bab 27 Menguping
28
Bab 28 Aktivitas
29
Bab 29 Penyerbuan
30
Bab 30 Bencana susulan
31
Bab 31 Umpan
32
Bab 32 Teruslah berlari
33
Bab 33 Sidang
34
Bab 34 Kebenaran
35
Bab 35 Dukungan
36
Bab 36 Bekerja keras
37
Bab 37 Keras kepala
38
Bab 38 Topeng gas
39
Bab 39 Penjelajahan
40
Bab 40 Pengintai
41
Bab 41 Bukti
42
Bab 42 Pendatang baru
43
Bab 43 Kecurigaan
44
Bab 44 Penyusup
45
Bab 45 Pertemanan
46
Bab 46 Penyerangan
47
Bab 47 Ketidak pedulian
48
Bab 48 Immortal Projects
49
Bab 49 Kucing liar
50
Bab 50 Daging
51
Bab 51 Gladiator
52
Bab 52 Pertandingan dimulai
53
Bab 53 Cerberus
54
Bab 54 Barbel
55
Bab 55 Sarah
56
Bab 56 Klana
57
Bab 57 Home run
58
Bab 58 Terjerat
59
Bab 59 Akhir Distopia
60
Bab 60 Kripa
61
Bab 61 Rembulan
62
Bab 62 Bahaya baru
63
Bab 63 Pesan
64
Bab 64 Video
65
Bab 65 Bermain dengan api
66
Bab 66 Persiapan
67
Bab 67 Garda depan
68
Bab 68 Kembali lagi
69
Bab 69 Ogre
70
Bab 70 Jaka
71
Bab 71 Emosi
72
Bab 72 Trauma
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Penentuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!