Bab 5 Menuju puncak

...***...

Dengan langkah kaki yang perlahan dan hati-hati, mereka bertiga berhasil sampai disebuah ruangan perkantoran yang telah kacau balau. Pak Sudiarto yang posisi paling depan mengecek ruangan itu dengan seksama dan memastikan tanda tanda kehidupan, setelah memastikan ruangan tersebut aman pak Sudiarto menyuruh Bima dan Aria untuk masuk dan beristirahat.

" Kalian berdua tunggulah disini aku akan melihat-lihat ruangan sekitar, siapa tahu kita mendapatkan alat komunikasi atau sebagainya."

" Baiklah aku dan Aria akan menunggu disini sambil beristirahat."

Pak Sudiarto keluar dengan kapaknya dan memasuki ruangan keamanan yang berjarak beberapa meter dari tempat ia berasal, disana terdapat sebuah monitor yang terhubung dengan seluruh CCTV dalam gedung. Terlihat monitor yang menampilkan keadaan di lantai dua sampai lima telah dipenuhi dengan monster yang tak terhitung jumlahnya.

Meskipun pak Sudiarto telah memprediksi kalau tempat yang ia masuki terdapat banyak sekali monster, tetap saja ia merasa terkejut dengan jumlah yang telah ia lihat. Setelah memastikan kembali keadaan di lantai lain dari kamera pengawas, dengan segera pak Sudiarto kembali ketempat Bima dan Aria.

Karena bosan menunggu, Bima dan Aria berbincang-bincang tentang masa lalu yang telah mereka jalani selama ini, mulai dari Bima yang menyatakan perasaannya kepada Aria, membahas kembali Rael yang suka menghilang secara tiba-tiba tanpa mereka sadari, dan juga membahas Rael yang tiba-tiba disuruh menjadi model pakaian anak-anak di mall karena memliki wajah yang polos dan putih bersih.

" Oia Bima, gelang milik Rael yang kau gunakan kelihatan seperti kalung yang telah diubah."

" Begitulah, aku pernah bertanya ke Rael dan ia bilang kalau awalnya gelang ini sebuah kalung tapi ia rubah menjadi gelang karena tidak terbiasa menggunakan kalung."

" Sepertinya gelang itu merupakan benda yang sangat penting baginya."

" Ya kau benar, tapi dia tidak pernah sekalipun menceritakannya padaku dan saat aku tanya darimana Rael mendapatkannya dia hanya menjawab kalau gelang ini pemberian dari seseorang."

Setelah berbincang selama beberapa menit, terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Bima dan Aria sontak bersiaga mempersiapkan senjata yang mereka bawa.

" Bima, Aria sepertinya kita agak kesulitan menuju ke atas~."

Sudiarto menghentikan perkataannya setelah melihat Bima dan Aria mengarahkan senjata mereka tepat didepan pak Sudiarto, karena yang masuk ruangan adalah pak Sudiarto Bima dan Aria menurunkan senjatanya dan meminta maaf atas apa yang telah terjadi.

" Hah... Baiklah sekarang kita harus mencari cara untuk ke puncak karena di pertengahan lantai telah dipenuhi monster yang tidak dapat dihitung jari, dan kita juga tidak dapat menggunakan lift karena terlalu beresiko."

" Hmm agak sulit yah, para monster sangat peka terhadap kehadiran makhluk hidup. Ah bagaimana kalau kita gunakan cara ini~." Usul Bima.

Setelah mendengar rencana dari Bima, mereka semua pun pergi ke posisi masing-masing untuk melaksanakan rencana yang Bima pikirkan.

Pak Sudiarto pergi kembali ke ruang keamanan yang telah ia kunjungi, sementara Bima dan Aria pergi untuk mengumpulkan barang-barang yang cukup berguna.

Serasa barang yang Bima dan Aria kumpulkan sudah cukup banyak, mereka berdua memberikan aba-aba kepada pak Sudiarto lewat CCTV didekatnya. Setelah melihat aba-aba nya pak Sudiarto menyalakan pengeras suara yang terhubung di setiap sudut lantai gedung, Bima dan Aria dengan segera menyusun pengeras suara didalam lift yang akan mereka nyalakan dan membawa semua pengeras suara itu menuju kelantai paling atas dari gedung tersebut.

Setelah semua pengeras suara dinyalakan dan disusun, dengan segera mereka memutar sebuah musik yang diatur kedalam volume yang sangat tinggi. Bima dan Aria segera menyalakan liftnya dan bergegas keluar dari dalam liftnya, akhirnya mereka bertiga kembali berkumpul ditempat tangga darurat berada.

" Baiklah kalian berdua berhasil kemari dengan selamat, sekarang kita punya waktu kurang lebih sekitar lima menit untuk sampai ke rooftop gedung. Kalian persiapkan energi kalian untuk menaiki ratusan anak tangga yang akan kalian lalui, kalian sudah siap!?" Sorak pak Sudiarto.

" Siap pak!"

" Bersedia, siap, mulai!"

Dengan kekuatan penuh mereka berlari dengan sekuat tenaga dan mengerahkan semua kemampuan yang mereka miliki, setelah berada dilantai 4 salah satu monster ternyata tidak terpancing dengan suara kegaduhan yang terjadi dan sekarang monster itu berada tepat diatas anak tangga yang mereka lalui.

Suara detak jantung berdebar dengan cepat, tangan pun bergetar seraya suara langkah kaki mendekat dengan perlahan. Dentuman itu mulai mendekat, wajah suram dengan keringat dingin terpampang jelas pada ekspresi mereka bertiga. Karena mereka harus terus melangkah maju menuju puncak, pilihan yang sangat beresiko pun mereka ambil dengan terpaksa.

Dengan keadaan yang masih tegang Bima mengetikkan sesuatu di smartphonenya dengan tangan yang gemetaran.

" Pak kita harus terus maju, dan karena diatas ada monster jadi kita harus melumpuhkannya dengan cepat." Sebuah kalimat yang terpampang di layar smartphone itu diperlihatkan kepada pak Sudiarto. Melihat apa yang Bima lakukan Aria dan pak Sudiarto melakukan hal yang sama untuk berkomunikasi.

" Iya memang kita harus melakukannya tapi karena tempat ini sempit agak susah untuk melaksanakannya, apalagi besar kemungkinan kalau monster itu akan memangil kawanannya." Ketik pak Sudiarto.

" Aku punya ide kita akan mengikat leher monsternya yang akan langsung membuat ia tercekik dan menjatuhkannya ke bawah, setidaknya itu akan memberi kita waktu untuk ke puncak." Saran Bima dalam catatan.

" Baiklah sepertinya itu ide yang bagus tapi beresiko, kalau begitu aku yang akan mengikat monsternya kalian berdua bersiaplah." Ucap pak Sudiarto.

" Tidak sebaiknya aku yang akan mengikatnya, karena satu-satunya orang yang memiliki tenaga yang besar adalah pak Sudiarto jadi bapak bisa menarik talinya kemudian menjatuhkannya dan untuk Aria kau bersiaplah dengan busur dan anak panahmu bila ada kejadian yang tak terduga."

Setelah paham dengan instruksi Bima mereka mulai melaksanakan rencananya, Bima berjalan dengan perlahan menaiki anak tangga satu persatu. Melihat monster tersebut mengarah ke anak tangga, Bima memberikan aba-aba kepada Aria untuk menarik perhatian dengan anak panahnya. Anak panah yang telah Aria luncurkan berhasil menarik perhatiannya sehingga Bima bisa mengendap-endap mendekati belakang monsternya dan kemudian memasangkan tali yang ia pegang ke leher monster tersebut.

" Pak sekarang saatnya!" Teriak Bima.

" Baiklah, agh!!!"

Monster yang telah terikat pun tersungkur dan menggelinding kebawah dengan sangat keras, karena rencananya berhasil mereka bertiga berlari dengan secepat mungkin.

Monster yang terjatuh itu mulai meregenerasi dirinya sendiri dalam beberapa detik, setelah berhasil meregenerasi monster itu mengejar Bima, Aria dan pak Sudiarto dengan merangkak menaiki anak tangga dengan sangat cepat.

Puluhan anak tangga telah mereka lewati dengan tergesa-gesa seraya dikejar oleh monster yang telah ia lawan, tinggal beberapa anak tangga lagi mereka akan berhasil sampai di pintu yang mengarah ke rooftop. Dengan sekuat tenaga pak Sudiarto mendobrak pintunya sehingga membuat suara yang amat keras, Bima dan Aria pun berhasil melewati pintunya akan tetapi monster yang berada di belakangnya masih mengejar.

" Sial kalian berdua cepatlah dan tutup pintunya dengan sekuat tenaga!"

Mereka bertiga menahan dan mengunci pintunya dengan gagang sapu yang mereka temukan ditempat terdekat, akan tetapi usaha yang mereka lakukan sia-sia monster itu berhasil mendobrak pintunya hingga membuat Aria dan Bima terpental. Karena pak Sudiarto masih berdiri ia dengan sigap berlari kearah monsternya dan mendorongnya hingga ke tepian rooftop, pak Sudiarto berniat untuk menjatuhkan monsternya kebawah gedung tersebut tapi monsternya berhasil menahan dorongan dari pak Sudiarto.

Monster yang telah ia dorong kemudian ingin mencakar punggung pak Sudiarto dengan tangannya yang sangat tajam, disaat yang bersamaan Aria berhasil bangun dan melihat pak Sudiarto yang sedang berusaha melawan monsternya dengan sangat kesulitan. Melihat kejadian tersebut Aria menyiapkan busur dan anak panahnya dan mengarahkannya ke kepala monster tersebut, Aria menutup matanya dan bernafas secara perlahan setelah pikirannya fokus tangan kanannya pun melepaskan anak panahnya dan langsung tepat mengenai kepala monster tersebut. Pak Sudiarto langsung memanfaatkan momentumnya dan memukul monster tersebut tepat di hidungnya sehingga membuat monsternya terjatuh dari atas gedung.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 1 Hari kehancuran
2 Bab 2 Bertahan hidup
3 Bab 3 Bertahan hidup (2)
4 Bab 4 Terminal
5 Bab 5 Menuju puncak
6 Bab 6 Kembali
7 Bab 7 Anggota baru
8 Bab 8 Bandam Land
9 Bab 9 Sebuah harapan baru
10 Bab 10 Sang pelari
11 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12 Bab 12 Monster berekor
13 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14 Bab 14 Tragedi
15 Bab 15 Perpisahan
16 Bab 16 Identitas
17 Bab 17 Reuni
18 Bab 18 Nirwana
19 Bab 19 Harapan
20 Bab 20 Pertarungan
21 Bab 21 Kornea merah
22 Bab 22 Maniak
23 Bab 23 Keluarga
24 Bab 24 Kepercayaan
25 Bab 25 Pekerjaan
26 Bab 26 Menjarah
27 Bab 27 Menguping
28 Bab 28 Aktivitas
29 Bab 29 Penyerbuan
30 Bab 30 Bencana susulan
31 Bab 31 Umpan
32 Bab 32 Teruslah berlari
33 Bab 33 Sidang
34 Bab 34 Kebenaran
35 Bab 35 Dukungan
36 Bab 36 Bekerja keras
37 Bab 37 Keras kepala
38 Bab 38 Topeng gas
39 Bab 39 Penjelajahan
40 Bab 40 Pengintai
41 Bab 41 Bukti
42 Bab 42 Pendatang baru
43 Bab 43 Kecurigaan
44 Bab 44 Penyusup
45 Bab 45 Pertemanan
46 Bab 46 Penyerangan
47 Bab 47 Ketidak pedulian
48 Bab 48 Immortal Projects
49 Bab 49 Kucing liar
50 Bab 50 Daging
51 Bab 51 Gladiator
52 Bab 52 Pertandingan dimulai
53 Bab 53 Cerberus
54 Bab 54 Barbel
55 Bab 55 Sarah
56 Bab 56 Klana
57 Bab 57 Home run
58 Bab 58 Terjerat
59 Bab 59 Akhir Distopia
60 Bab 60 Kripa
61 Bab 61 Rembulan
62 Bab 62 Bahaya baru
63 Bab 63 Pesan
64 Bab 64 Video
65 Bab 65 Bermain dengan api
66 Bab 66 Persiapan
67 Bab 67 Garda depan
68 Bab 68 Kembali lagi
69 Bab 69 Ogre
70 Bab 70 Jaka
71 Bab 71 Emosi
72 Bab 72 Trauma
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Penentuan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Hari kehancuran
2
Bab 2 Bertahan hidup
3
Bab 3 Bertahan hidup (2)
4
Bab 4 Terminal
5
Bab 5 Menuju puncak
6
Bab 6 Kembali
7
Bab 7 Anggota baru
8
Bab 8 Bandam Land
9
Bab 9 Sebuah harapan baru
10
Bab 10 Sang pelari
11
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12
Bab 12 Monster berekor
13
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14
Bab 14 Tragedi
15
Bab 15 Perpisahan
16
Bab 16 Identitas
17
Bab 17 Reuni
18
Bab 18 Nirwana
19
Bab 19 Harapan
20
Bab 20 Pertarungan
21
Bab 21 Kornea merah
22
Bab 22 Maniak
23
Bab 23 Keluarga
24
Bab 24 Kepercayaan
25
Bab 25 Pekerjaan
26
Bab 26 Menjarah
27
Bab 27 Menguping
28
Bab 28 Aktivitas
29
Bab 29 Penyerbuan
30
Bab 30 Bencana susulan
31
Bab 31 Umpan
32
Bab 32 Teruslah berlari
33
Bab 33 Sidang
34
Bab 34 Kebenaran
35
Bab 35 Dukungan
36
Bab 36 Bekerja keras
37
Bab 37 Keras kepala
38
Bab 38 Topeng gas
39
Bab 39 Penjelajahan
40
Bab 40 Pengintai
41
Bab 41 Bukti
42
Bab 42 Pendatang baru
43
Bab 43 Kecurigaan
44
Bab 44 Penyusup
45
Bab 45 Pertemanan
46
Bab 46 Penyerangan
47
Bab 47 Ketidak pedulian
48
Bab 48 Immortal Projects
49
Bab 49 Kucing liar
50
Bab 50 Daging
51
Bab 51 Gladiator
52
Bab 52 Pertandingan dimulai
53
Bab 53 Cerberus
54
Bab 54 Barbel
55
Bab 55 Sarah
56
Bab 56 Klana
57
Bab 57 Home run
58
Bab 58 Terjerat
59
Bab 59 Akhir Distopia
60
Bab 60 Kripa
61
Bab 61 Rembulan
62
Bab 62 Bahaya baru
63
Bab 63 Pesan
64
Bab 64 Video
65
Bab 65 Bermain dengan api
66
Bab 66 Persiapan
67
Bab 67 Garda depan
68
Bab 68 Kembali lagi
69
Bab 69 Ogre
70
Bab 70 Jaka
71
Bab 71 Emosi
72
Bab 72 Trauma
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Penentuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!