...***...
Kelompok Bima mulai memasuki sebuah supermarket disana, namun setelah dilihat-lihat makanan yang ada disana sudah berceceran dimana-mana.
Meskipun mereka dapat makanan ringan seperti roti, keripik, dan yang lainnya, mereka sangat merindukan masakan yang hangat. Oleh karena itu mereka bertiga mencari bumbu-bumbu di supermarket, tapi karena disekitarnya merupakan supermarket kecil tidak semua bahan dapat ditemukan, mereka pun sepakat untuk mencarinya di pasar tradisional terdekat.
Sementara Deo dan Adi, memasuki toko perkakas dan juga toko alat memasak agar bisa mereka gunakan suatu saat nanti.
Mereka berdua mengambil beberapa pisau, obeng, wajan, dan linggis disalah satu toko. Terlihat sesosok mayat tergeletak di tempat kasir berada, Deo dan Adi masih belum terbiasa dengan pemandangan mayat yang terkoyak-koyak.
Disisi lain kelompok Bima sedang berada di pasar tradisional mencari bahan-bahan yang dapat digunakan dalam memasak, namun sebagian besar bahan yang ada telah membusuk dan dipenuhi oleh belatung dan lalat.
" Hah... Sekarang keadaan sudah menjadi sulit, Bima dan Aria kalian berpencar dan cari bahan yang bisa diselamatkan."
" Meskipun itu hanya satu buah saja kalian tetap harus mengambilnya, kita bisa menanam kembali bahan-bahan seperti bawang dan lain sebagainya."
" Baiklah pak!" Lantang Bima dan Aria.
Beberapa saat kemudian mereka bertiga berhasil menemukan bahan-bahan yang layak walaupun itu cuma beberapa biji saja, karena tidak ada lagi yang bisa mereka ambil kelompok Bima pun pergi untuk menemui kelompok Adi.
Adi dan Deo sedang berada di suatu bangunan sedang berdiri di koridor yang mengarah langsung keluar.
" Hei kak, aku jadi penasaran bagaimana jadinya kalau dunia tidak bisa diselamatkan kembali dalam waktu dekat."
" Entahlah, mungkin manusia akan menjadi spesies yang langka dan walaupun dunia mengalami hal yang mengerikan, aku yakin suatu saat nanti para manusia yang berhasil bertahan akan menemukan cara mengatasi para monster itu meskipun memerlukan waktu bertahun-tahun agar bisa terealisasikan." Ujar Adi.
" Ayo, sudahi perbincangannya dan kembali menjarah."
" Baiklah kak."
Mereka berdua pun pergi kembali ke lantai bawah dari gedung itu, dan mengecek kembali toko-toko yang dilewatinya.
Deo dan Adi sedang berada di tengah anak tangga yang menurun menuju lantai satu, di pertengahan ruangan mereka melihat bayangan yang nampak seperti seorang manusia, karena cukup berbahaya Adi berinisiatif mengecek sosok itu.
Dengan mata yang melebar Adi sangat syok dengan sosok yang ia lihat, seekor monster dengan tinggi dua meter dengan bentuk kepala dan kaki yang tidak tampak seperti manusia.
Jika saja mereka tidak hati-hati, mereka dipastikan akan diburu karena monster itu hampir menyerupai manusia jika tidak dilihat secara teliti.
Adi menutup mulutnya rapat-rapat dan memberitahu Deo untuk tidak berisik dengan bahasa isyarat. Paham dengan instruksi Adi, mereka berdua kembali kelantai dua dengan berjalan mundur dan perlahan.
Dengan kaki yang gemetar mereka telah sampai diujung anak tangga itu dan secara tidak sengaja Deo menyenggol sebuah sapu didekatnya.
Karena sapu itu mengeluarkan sebuah suara, monster itu mulai tertarik dan mendekati asal suara itu berada.
Tidak ada pilihan lain, mereka pun berlari dengan sangat ketakutan yang membuat mereka cepat menghabiskan tenaga.
Sesampainya di asal suara itu, monster tadi melihat Deo dan Adi sedang berlari. Melihatnya monster itu mengejar mereka berdua dengan kecepatan yang tidak wajar, Adi yang melihatnya sontak mendorong Deo agar tidak terkena serangan monster itu dan berteriak untuk terus berlari tanpa melihat kebelakang.
Deo pun tidak paham dengan perintah Adi dan saat ia melihat kebelakang, monster itu mendorong Adi dengan kecepatannya hingga membuatnya terlempar keluar lantai.
" Kakak!"
Karena Adi hanya terlempar dari lantai dua, ia sangat beruntung bisa mendarat diatas mobil meskipun ia mendapatkan rasa sakit yang luar biasa.
Deo yang sedang bersama monster itu, dikejar dengan sangat cepat dan Deo pun berhasil menghindari serangannya dengan bersembunyi di balik tembok dan pilar gedung itu.
Deo terus-terusan berlari tanpa henti hingga membuat ia kehabisan nafas, sebisa mungkin ia harus bersembunyi di suatu ruangan untuk beristirahat sejenak.
Karena suara keras yang Adi buat, kelompok Bima pun bergegas kearah suara itu dengan rasa cemas disepanjang perjalanan.
Deo yang terus-menerus dikejar melihat tombol merah di samping tembok yang berjarak beberapa meter ditempat Deo berada
Karena melihat tombol kebakaran itu, Deo lantas mendekatinya dan memecahkan kaca yang melindungi tombol itu dengan pistolnya.
Tombol itupun ditekan dan membuat suara yang berisik dengan air yang keluar dari pipa di atas langit-langit gedung, monster itu pun teralihkan dengan kebisingan itu dan membuatnya sedikit terganggu karena lantai yang licin.
Deo pun memanfaatkan momen itu untuk bersembunyi dan beristirahat disalah satu ruangan dengan baju yang basah kuyup.
Disisi lain Bima dan lainnya berusaha menolong Adi yang sedang kesakitan diatas mobil yang sudah penyok itu.
" Tolong... kalian selamatkan Deo, ia sedang dalam kesulitan didalam gedung itu... dan kalian pun harus berhati-hati dengan monster yang mengejar Deo karena monster itu sangat cepat... agh sial." Pesan Adi.
" Begitu yah, Bima cepat tuntun Adi, kita harus pergi ke gedung yang aman untuk bersembunyi dan untuk Aria persiapkan senjatamu kita akan melihat hasil latihanmu selama ini."
Dengan memapah Adi secara perlahan, mereka berempat berhasil sampai disebuah rooftop di salah satu gedung terdekat. Aria mempersiapkan senjata sniper nya tepat mengarah ke gedung Deo berada, setelah senjata siap Aria menarik nafasnya dalam-dalam dan menenangkan pikirannya hingga menjadi fokus.
Deo yang sedang bersembunyi dibalik meja sangat ketakutan karena monster itu sedang berdiri tepat dibelakangnya dengan suara yang menyeramkan.
Monster itu pun lantas mengobrak-abrik furnitur di dalam ruangan itu, hingga membuat Deo terlihat olehnya. Monster itu melihat Deo dengan wajah yang tersenyum menyeramkan.
Karena reflek, Deo berlari kembali ke arah koridor tempat ia mengobrol dengan Adi sebelumnya, dan monster itu pun masih saja mengejarnya tanpa henti.
Karena monster yang mulai terlihat, Aria mempersiapkan jari telunjuknya untuk segera menembak monster yang mengejar Deo. Dirasa sudah siap, Aria menekan pelatuknya dan menghasilkan suara yang sangat kencang.
Meskipun dengan ketepatannya dalam menembak, monster itu berhasil menghindar dan segera pergi kearah Aria berada. Dengan kecepatannya monster itu dapat memanjat gedung dengan hanya berlari saja, dan dalam beberapa saat kemudian monster itu berhasil sampai dipuncak gedung tempat mereka berempat berada.
Aria, Bima dan Adi sangat terkejut karena melihat monster yang secara instan dapat menemukan mereka. Melihat banyak sekali manusia yang berkumpul, lantas monster itu berniat untuk menyerang Aria yang berada tepat didepannya.
Melihat itu pak Sudiarto memukul monsternya dengan sangat keras hingga membuatnya terlempar dan terjatuh ketanah.
Deo yang melihat itu lantas menembakinya dari lantai dua dengan bertubi-tubi.
" Rasakan ini monster sialan!"
" Adi, ku pinjam pistol mu sebentar dan Aria amatilah monster itu dengan teliti, jika kau melihat inti berwarna merah terang segeralah untuk menembaknya kau mengerti?!"
" Baiklah, aku paham dengan saranmu pak."
" Baiklah mari kita mulai Aria."
Deo dan pak Sudiarto terus-menerus menembaki monster itu dengan membabi-buta. Tak dapat dihitung peluru yang telah mereka berdua habiskan, namun rencana itu sepertinya berhasil untuk membuka inti monster itu kepermukaan.
Dengan kesempatan yang ada, Aria menembak inti monster itu tanpa ragu sedikitpun dan ia pun berhasil menghancurkannya yang membuat monster itu berubah warna.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments