...***...
Suara bunyi pintu terbuka terdengar didalam kesunyian, dalam ruangan yang dingin dan gelap terlihat tumpukan makanan kaleng serta beberapa senjata tersimpan disalah satu ruangan.
" Darimana kalian dapat senjata-senjata ini?" Tanya pak Sudiarto.
" Sebelum kami berlindung disini, kita berdua sempat pergi ketempat pelatihan TNI dan menemukan seluruh orang yang berada disana telah berubah menjadi monster, secara kebetulan kami menemukan gudang senjata untuk pelatihan disana." Jawab Adi.
Pak Sudiarto yang seorang mantan tentara memeriksa beberapa senjata yang sekiranya masih bisa dipakai, setelah beberapa senjata diperiksa ia melihat sebuah sniper dengan tipe SPR-2 yang berada dalam sebuah kotak.
" Wow tak kusangka kalian menjarah senjata yang cukup bagus."
" Waktu itu kita berdua sedang terburu-buru jadi kita asal ambil saja." Ujar Deo.
Pak Sudiarto memeriksa sniper itu dengan sangat teliti, setelah beberapa waktu ia memeriksanya pak Sudiarto kemudian memanggil Aria yang saat itu sedang mengobrol dengan Bima.
" Aria kemarilah dan coba pegang senjata ini."
" Wow ini agak berat dari dugaan ku."
" Hmm sepertinya cocok juga dengan proporsi tubuhmu, melihat kau memiliki mata yang tajam senjata sniper adalah salah satu pilihan yang baik dibandingkan busur dan panah."
" Eh tapi... Aku belum pernah memakai sniper sebelumnya."
" Tidak apa-apa aku bisa mengajarimu cara memakainya, bisakah kau memanggil Bima?"
" Baiklah."
Setelah memberikan sniper kepada Aria, ia pun langsung memanggil Bima dan memberikan sebuah senjata revolver serta sedikit memperbarui senjata tombak yang Bima pakai.
Setelah memberikan Bima dan Aria sebuah senjata api, pak Sudiarto bertanya kepada Deo dan Adi.
" Apakah kalian berdua pernah menggunakan senjata api?"
" Tidak, belum pernah." Jawab Adi.
" Baiklah besok, aku akan mengajari kalian berempat bagaimana cara menggunakan senjata api yang baik dan benar, untuk sekarang kita harus beristirahat serta mencari tempat yang cocok untuk latihan menembak, sebisa mungkin kita harus mencari tempat yang tidak dapat mengundang monster."
Hari esok pun datang, mereka berlima berjalan menyusuri tempat yang sekiranya aman untuk dipakai latihan menembak.
" Baiklah sepertinya tempat ini cocok untuk dipakai latihan, bagaimana dengan senjata kalian Adi dan Deo?" Tanya pak Sudiarto.
" Aku menggunakan senjata MP5 sedangkan Deo menggunakan revolver sama seperti Bima."
" Begitu yah, baiklah sekarang kita mulai latihannya."
Pada saat pertama kali menggunakan senjata api, mereka sangat terkejut dengan suara tembakan yang sangat besar dan mereka agak kesulitan mengatasi rekoil yang terjadi saat menembak, khususnya Aria yang menggunakan sniper.
Setelah beberapa lama berlatih mereka berempat berhasil terbiasa dengan senjata baru mereka, karena peluru yang cukup terbatas mereka tidak dapat berlatih secara terus-menerus.
" Baiklah sepertinya latihan hari ini cukup sampai disini, karena kalian sudah agak terbiasa dengan senjata jadi kalian bisa membela diri dengan aman saat melawan monster, tapi kalian perlu ingat kembali kalau peluru yang kita miliki itu terbatas jadi pakailah dengan sangat bijak kalian mengerti?!"
" Siap pak!" Jawab Bima, Aria, Deo dan Adi.
Setelah selesai latihan mereka berlima pergi menjelajahi tempat sekitar, setelah beberapa saat berjalan mereka sampai di sebuah taman hiburan tepat didepan mereka.
" Wow tidak kusangka akan sampai di tempat Bandam Land, terakhir kita kemari bersama Rael waktu itu." Ucap Bima.
" Rael siapa dia?" Tanya Adi.
" Dia adalah teman kami, tapi saat ini dia sudah tiada karena mengorbankan dirinya untuk kita berdua." Jawab Aria.
" Begitu yah maafkan aku."
" Tidak apa-apa kok, santai saja." Ujar Bima.
Karena mereka tidak tahu harus kemana, mereka memutuskan untuk masuk ke Bandam Land itu sambil melihat-lihat.
" Aku gak pernah kemari tapi, sekalinya kemari malah hancur lebur tempat ini." Ucap Adi.
" Makanya sekali-sekali liburan dong, kau selama ini terus bekerja setiap hari seperti orang gila." Ujar Deo.
" Eh, kenapa kau bicara begitu sih kepada kakakmu yang baik ini."
" Alah kakak baik yang gimana kau terus aja bekerja, bahkan kau sampai tipes karena jarang beristirahat."
" Tapi aku bekerja agar kita bisa makan tahu, apalagi semenjak kedua orang tua kita meninggal akulah satu-satunya tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan."
" Ya aku tahu itu, tapi gara-gara kau terkena tipes pengeluaran untuk ke rumah sakit itu sangat banyak tahu!"
" Agh."
" Te- teman-teman sudahlah tidak baik untuk terus bertengkar~." Ucap Bima yang sedang berusaha untuk menghentikan pertengkaran.
" Diam!!" Teriak Adi dan Deo secara bersamaan.
Mendengarnya Bima pun sontak terkejut, setelah melihat Adi dan Deo bertengkar ia pun teringat dengan Rael yang terkadang bertengkar dengan kakaknya. Melihat ekspresi Bima, Aria pun menepuk pundak Bima dan mengajaknya berkeliling sambil mengenang masa lalu.
Bima dan Aria berkeliling bersama, karena tempat sepi mereka dengan bebas mencoba satu-persatu wahana permainan yang ada walaupun sebagian besar tidak dapat berfungsi karena tidak ada listrik yang menyala.
" Hah... Mereka berdua malah main-main disini." Ujar Adi.
" Ya... Daripada kau yang sudah jomblo selama dua puluh tahun." Ejek Deo.
Saat Bima dan Aria sedang bersenang-senang, Deo melihat sesuatu yang bergerak didekat wahana bianglala.
" Bima, Aria maaf mengganggu waktu kalian tapi sepertinya ada sesuatu sedang berjalan kemari." Ucap Deo.
Mendengar perkataannya Bima dan Aria bersedia menyiapkan senjatanya masing-masing, suara langkah kaki pun mulai mendekat dengan perlahan dan semakin lama semakin mendekat. Mereka berempat mulai agak gugup takut ada monster kuat yang menyerang mereka secara tiba-tiba dan suara langkah kaki itu sudah sampai didekat tempat mereka berada.
" Ah, disini ternyata kalian semua berada?" Tanya pak Sudiarto.
" Hah... Mengagetkan saja." Ujar Adi.
" Ini kedua kalinya pak Sudiarto berhasil membuat suasana jadi menegangkan." Ucap Bima.
" Memangnya kalian kenap~?!"
Dengan waktu yang tidak tepat pak Sudiarto ditarik oleh seekor monster secara tiba-tiba dengan tentakelnya yang sangat panjang, karena panik mereka berempat bergegas berlari mengejar pak Sudiarto.
" Agh kenapa harus tiba-tiba sih!" Ujar Adi dengan nada mengeluh.
Pak Sudiarto yang sedang diseret itu berusaha memegang barang disekitar, tak lama setelah diseret pak Sudiarto berhasil berpegangan kesebuah tiang didekatnya.
" Cepat sekarang saatnya!" Teriak lantang dari Deo.
Tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada mereka berempat berusaha memotong tentakel itu dengan berbagai benda tajam, setelah beberapa lama tentakel itu putus dan terdengar suara erangan tepat di tempat arah tentakel itu pergi.
Terlihat sesosok monster dengan berpakaian maskot kelinci sedang berteriak kesakitan, telinga kelincinya yang telah robek sebelah, salah satu mata topeng maskot itu menonjolkan mata monster yang mengerikan serta mulutnya mengeluarkan lidah yang panjang dan dipenuhi dengan darah.
" Sial jadi tadi itu bukan tentakel melainkan lidah." Ujar Adi.
" Karena tidak ada pilihan lain, kalian semua bersiaplah untuk bertarung." Ucap pak Sudiarto.
" Tanpa kau katakan pun aku pasti akan melakukannya." Ucap Adi.
Karena kesal telah dilukai monster itu menyerang mereka semua dengan emosi yang tak terbendung, melihat monster itu mendekat Adi menembakkan senjatanya dengan membabi-buta. Walaupun serangan itu berhasil menahannya tapi itu tidak cukup untuk membuatnya berhenti sepenuhnya, monster itu pun berusaha untuk mencakar Adi dengan tangan kanannya tapi berhasil digagalkan oleh pak Sudiarto dengan cara memotong tangganya dengan kapak andalannya.
" Cepat jangan sia-siakan momentum ini, serang terus-menerus!" Teriak pak Sudiarto.
" Agh..."
Bima menancap tombaknya tepat di dadanya, tapi monster itu tak kunjung mati. Saat Bima ingin mengambil kembali tombaknya, tombak itu tersangkut dan monster itu pun menyerang Bima, walaupun Bima berhasil menghindari serangannya, secara tak terduga ia tersandung sebuah batu yang membuatnya terjatuh di tanah.
Saat yang lain panik, Deo menyiapkan revolver miliknya dan menembakkannya ke sekitar perut monster itu sebanyak 6 peluru.
Tak lama setelahnya monster itu mulai terbujur kaku dan terjatuh dengan sangat keras, dengan tangan yang agak gemetar Deo merentangkan tangganya kepada Bima.
" Apa kau tidak apa-apa?"
" Yah aku tidak apa-apa, terimakasih telah menyelamatkanku Deo."
" Sama-sama."
Karena kejadian yang tidak terduga, mereka berlima menghela nafas dengan panjang dan memulihkan kembali mental yang masih syok atas kejadian tadi.
" Hahaha... Sepertinya kita sudah cukup untuk bermainnya kan?" Tanya Adi.
" Kau benar, karena kejadian tadi sepertinya aku jadi agak taruma dengan sesosok maskot kelinci." Ucap Bima.
" Ya aku paham perasaanmu." Sahut Deo.
" Untuk menjaga agar mental kita tetap sehat, sepertinya kita harus kembali secepatnya." Ujar Aria.
Mendengar usulan Aria semua orang yang ada disana menganggukkan kepalanya dengan nafas yang tidak beraturan.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments