Bab 12 Monster berekor

...***...

Suara lonceng yang khas telah berbunyi yang menandakan jam istirahat pertama telah dimulai.

" Hei Rael, aku sedang menyukai seseorang." Ujar Bima.

" Emang siapa?"

" Coba kau tebak."

" Hmm... Apa itu Aria?"

" Eh bentar, kok kamu tahu."

" Yah sudah jelas sekali kau itu orang yang mudah ditebak, jadi kau kesini cuma mau ngomong itu?"

" Tidak, aku kemari cuma ingin menanyakan saran bagaimana cara aku menembaknya."

" Lah kok tanya saya, sudah tahu kan kalau aku ini jomblo dari lahir."

" Ada orang yang bilang kalau sebagian besar orang jomblo lebih paham tentang hal beginian daripada orang yang sudah berpacaran."

" Dari mana itu berasal?"

" Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, jadi bagaimana menurut mu?"

" Hmm... Karena sebagian besar cowok disekolah ini sudah menembak Aria tapi semuanya ditolak, jadi persentase kau diterima itu kecil."

" Hmm... Begitu yah, jadi aku harus menembaknya seperti apa ya?"

" Emang kau suka dia karena apa, apa kau sebelumnya pernah bertemu dengannya?"

" Hmm... Aku lupa sih, tapi yang jelas aku sudah menyukainya dari awal."

" Hah... begitu yah coba kupikir dulu, karena orang-orang yang menembak Aria sudah mengeluarkan semuanya bagaimana kalau kau tembak dia dengan biasa-biasa saja?"

" Eh, apa kau serius?"

" Yasudah kalau kau tidak mau dengar, lagi pula itu bukan urusanku."

" Baiklah akan kucoba!"

Setelah mendengar saran dari Rael, Bima segera pergi keluar kelas dan langsung menemui Aria yang sedang berjalan kearah kantin.

" Tak kusangka dia seserius itu." Ujar Rael.

Setelah berbincang dengan bima, Rael langsung memakan bekal makanan yang ia bawa dari rumah.

Beberapa menit kemudian, Rael yang sedang main game dikejutkan dengan suara Bima yang keras memanggilnya.

" Rael aku punya berita!"

" Apa itu? Apa kau ditolak?"

" Bukan... Hah... Hah... A-Aku diterima!" Senang Bima sambil memegang pundak Rael.

" Eh, serius?"

" iya, serius!"

" Begitu yah, karena kau sedang senang hari ini tolong belikan aku bala-bala tiga dan kau yang bayar."

" Baiklah aku yang traktir."

Begitulah bagaimana Bima dan Aria berpacaran, dan juga karena kejadian itu mereka bertiga saling mengenal bahkan sampai akrab satu sama lain.

" Hah... Aku seperti seekor nyamuk saja." Ujar Rael.

Kembali pada saat ini, Bima dan yang lainnya mulai membereskan barang-barang untuk pergi dari tempat ini secepatnya.

Mereka semua sudah sangat sibuk, bahkan matahari pun belum nampak diatas langit.

" Selagi waktu masih subuh, kita harus cepat-cepat berkemas dan pergi mengambil mobil militer." Ujar pak Sudiarto.

Barang-barang penting mereka masukkan kedalam tas ransel, selagi waktu masih tersisa banyak mereka semua mengecek kembali barang dan senjata mereka agar tidak ketinggalan.

" Apakah semuanya sudah beres?" Tanya pak Sudiarto.

" Sepertinya sudah semua pak." Jawab Aria.

" Baiklah kalau begitu, kita berangkat sekarang."

Diwaktu fajar yang dingin, mereka semua pergi dengan membawa tas yang agak berat dan mereka pun agak kesusahan untuk melihat karena matahari mulai nampak.

Suara erangan dari arah kejauhan selalu mereka dengar menemani setiap langkah yang mereka lalui, mobil yang hancur di setiap jalan sudah biasa bagi mereka berlima.

Setelah beberapa menit berjalan, mereka sampai disebuah taman kota yang cukup berantakan akibat monster.

" Wow... Tak kusangka, taman yang dibuat dari pajak masyarakat sampai seperti ini." Sarkas Adi.

" Untuk kali ini aku setuju dengan ucapan mu kak." Balas Deo.

" Sepertinya kita istirahat dulu sebentar, karena tak lama lagi kita sampai di markas militer." Ucap pak Sudiarto.

Sesuai arahan pak Sudiarto, mereka semua pun beristirahat dengan meminum air, makan makanan ringan dan sebagainya.

Mereka semua duduk dengan keheningan sampai membuat mereka agak canggung, itu adalah hal yang wajar atas semua yang mereka lalui selama ini.

Setelah selesai makan, Deo mencuci tangannya disalah satu wastafel yang berada di taman itu.

Seusai Deo mencuci tangan, ia melihat monster berekor yang merangkak sedang menatap dengan tajam dan perlahan semakin mendekat.

" Guys... Lihatlah didepan sana."

" Ada apa?" Tanya Adi sambil mendekat kearah Deo.

" Hahaha sial, tamatlah riwayat kita."

" Apa yang kau lihat Adi?" Tanya Bima.

" Itu monster berekor yang telah kami lihat sebelumnya." Jawab Adi dengan nada yang agak bergetar dan keringat dingin diwajahnya.

Mendengar ucapan Adi, mereka semua dengan sigap menyiapkan senjatanya.

Sedangkan monster berekor tersebut semakin mendekat dengan perlahan seperti seekor harimau yang sedang memangsa buruannya.

Tangan mereka semua bergetar ketakutan, karena monster itu berada dilevel yang sangat berbahaya apalagi kalau terkena goresan dari ekornya.

Mereka semua diam dan berusaha untuk tidak membuat gerakan yang tiba-tiba, meskipun jarak antara mereka dan monster itu anehnya ia seperti tidak dapat melihat mereka berlima yang sedang berdiri tegak.

Ini aneh sekali, seharusnya dia bisa langsung menyerang dengan jarak yang sedekat ini.

Suara hati pak Sudiarto yang sedang terheran dengan perilaku monster itu.

Karena keanehan tersebut, pak Sudiarto memberikan sebuah kode kepada yang lainnya untuk tidak banyak bergerak.

Monster itu merangkak perlahan mendekati Bima, lalu mengendus-endus disekitarnya dengan suara erangan dan gigi yang saling bertemu.

Setelah selesai monster itu kemudian berpindah ketempat Deo dan menyentuh kakinya dengan kepalanya yang terlihat menjijikan.

Monster itu kemudian berdiri dan menatap wajah Deo dengan sangat tajam, Deo pun ketakutan melihat matanya yang merah dan wajah yang tak karuan.

Deo mengigit bibitnya secara terpaksa agar suara tidak keluar karena ketakutan, keringat dingin diwajahnya mulai terasa selama ia menatap wajah menakutkan itu.

Setelah selesai memeriksa monster tersebut pergi menjauhi mereka semua dengan kembali merangkak, karena monster itu mulai pergi mereka semua menghela nafas dengan perlahan.

Deo yang ketakutan berjalan mundur secara perlahan dengan kaki yang masih gemetar, Deo berjalan dengan sangat pelan dan berjinjit dengan hati-hati.

Namun hal tak terduga pun terjadi, Deo tak sengaja menabrak kapak pak Sudiarto yang disimpan di samping pohon dan terjatuh dengan suara besi yang keras.

Mendengar itu monster tersebut kembali dan berlari dengan sangat kencang.

" Kalian semua lari!" Teriak pak Sudiarto.

Pak Sudiarto mengambil kapaknya dan menghantamkannya tepat di kepalanya yang membuat monster tersebut terlempar hingga berguling-guling diatas tanah.

" Cepat siapkan senjata kalian!"

Adi dengan senjatanya langsung menembak monster itu secara membabi buta kearah dada monster itu, namun selama ia menembak inti monster itu tak kunjung terlihat bahkan sampai dada monster itu berlubang.

" Sial kenapa tidak ada intinya!" Kesal Adi.

Adi yang sedang mengisi kembali pelurunya dikagetkan karena tiba-tiba pak Sudiarto menariknya kebelakang.

Dengan tindakan sigap pak Sudiarto, Adi berhasil terselamatkan karena monster itu menyerang dengan ekornya tepat ditempat Adi berdiri.

" Kau tidak apa-apa?"

" Yah... Terima kasih pak."

Tak lama setelahnya monster itu mulai meregenerasi kembali dan berdiri sembari mengeluarkan teriakan yang keras hingga terdengar oleh monster ditempat lain.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 1 Hari kehancuran
2 Bab 2 Bertahan hidup
3 Bab 3 Bertahan hidup (2)
4 Bab 4 Terminal
5 Bab 5 Menuju puncak
6 Bab 6 Kembali
7 Bab 7 Anggota baru
8 Bab 8 Bandam Land
9 Bab 9 Sebuah harapan baru
10 Bab 10 Sang pelari
11 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12 Bab 12 Monster berekor
13 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14 Bab 14 Tragedi
15 Bab 15 Perpisahan
16 Bab 16 Identitas
17 Bab 17 Reuni
18 Bab 18 Nirwana
19 Bab 19 Harapan
20 Bab 20 Pertarungan
21 Bab 21 Kornea merah
22 Bab 22 Maniak
23 Bab 23 Keluarga
24 Bab 24 Kepercayaan
25 Bab 25 Pekerjaan
26 Bab 26 Menjarah
27 Bab 27 Menguping
28 Bab 28 Aktivitas
29 Bab 29 Penyerbuan
30 Bab 30 Bencana susulan
31 Bab 31 Umpan
32 Bab 32 Teruslah berlari
33 Bab 33 Sidang
34 Bab 34 Kebenaran
35 Bab 35 Dukungan
36 Bab 36 Bekerja keras
37 Bab 37 Keras kepala
38 Bab 38 Topeng gas
39 Bab 39 Penjelajahan
40 Bab 40 Pengintai
41 Bab 41 Bukti
42 Bab 42 Pendatang baru
43 Bab 43 Kecurigaan
44 Bab 44 Penyusup
45 Bab 45 Pertemanan
46 Bab 46 Penyerangan
47 Bab 47 Ketidak pedulian
48 Bab 48 Immortal Projects
49 Bab 49 Kucing liar
50 Bab 50 Daging
51 Bab 51 Gladiator
52 Bab 52 Pertandingan dimulai
53 Bab 53 Cerberus
54 Bab 54 Barbel
55 Bab 55 Sarah
56 Bab 56 Klana
57 Bab 57 Home run
58 Bab 58 Terjerat
59 Bab 59 Akhir Distopia
60 Bab 60 Kripa
61 Bab 61 Rembulan
62 Bab 62 Bahaya baru
63 Bab 63 Pesan
64 Bab 64 Video
65 Bab 65 Bermain dengan api
66 Bab 66 Persiapan
67 Bab 67 Garda depan
68 Bab 68 Kembali lagi
69 Bab 69 Ogre
70 Bab 70 Jaka
71 Bab 71 Emosi
72 Bab 72 Trauma
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Penentuan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Hari kehancuran
2
Bab 2 Bertahan hidup
3
Bab 3 Bertahan hidup (2)
4
Bab 4 Terminal
5
Bab 5 Menuju puncak
6
Bab 6 Kembali
7
Bab 7 Anggota baru
8
Bab 8 Bandam Land
9
Bab 9 Sebuah harapan baru
10
Bab 10 Sang pelari
11
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12
Bab 12 Monster berekor
13
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14
Bab 14 Tragedi
15
Bab 15 Perpisahan
16
Bab 16 Identitas
17
Bab 17 Reuni
18
Bab 18 Nirwana
19
Bab 19 Harapan
20
Bab 20 Pertarungan
21
Bab 21 Kornea merah
22
Bab 22 Maniak
23
Bab 23 Keluarga
24
Bab 24 Kepercayaan
25
Bab 25 Pekerjaan
26
Bab 26 Menjarah
27
Bab 27 Menguping
28
Bab 28 Aktivitas
29
Bab 29 Penyerbuan
30
Bab 30 Bencana susulan
31
Bab 31 Umpan
32
Bab 32 Teruslah berlari
33
Bab 33 Sidang
34
Bab 34 Kebenaran
35
Bab 35 Dukungan
36
Bab 36 Bekerja keras
37
Bab 37 Keras kepala
38
Bab 38 Topeng gas
39
Bab 39 Penjelajahan
40
Bab 40 Pengintai
41
Bab 41 Bukti
42
Bab 42 Pendatang baru
43
Bab 43 Kecurigaan
44
Bab 44 Penyusup
45
Bab 45 Pertemanan
46
Bab 46 Penyerangan
47
Bab 47 Ketidak pedulian
48
Bab 48 Immortal Projects
49
Bab 49 Kucing liar
50
Bab 50 Daging
51
Bab 51 Gladiator
52
Bab 52 Pertandingan dimulai
53
Bab 53 Cerberus
54
Bab 54 Barbel
55
Bab 55 Sarah
56
Bab 56 Klana
57
Bab 57 Home run
58
Bab 58 Terjerat
59
Bab 59 Akhir Distopia
60
Bab 60 Kripa
61
Bab 61 Rembulan
62
Bab 62 Bahaya baru
63
Bab 63 Pesan
64
Bab 64 Video
65
Bab 65 Bermain dengan api
66
Bab 66 Persiapan
67
Bab 67 Garda depan
68
Bab 68 Kembali lagi
69
Bab 69 Ogre
70
Bab 70 Jaka
71
Bab 71 Emosi
72
Bab 72 Trauma
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Penentuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!