...***...
Suara lonceng yang khas telah berbunyi yang menandakan jam istirahat pertama telah dimulai.
" Hei Rael, aku sedang menyukai seseorang." Ujar Bima.
" Emang siapa?"
" Coba kau tebak."
" Hmm... Apa itu Aria?"
" Eh bentar, kok kamu tahu."
" Yah sudah jelas sekali kau itu orang yang mudah ditebak, jadi kau kesini cuma mau ngomong itu?"
" Tidak, aku kemari cuma ingin menanyakan saran bagaimana cara aku menembaknya."
" Lah kok tanya saya, sudah tahu kan kalau aku ini jomblo dari lahir."
" Ada orang yang bilang kalau sebagian besar orang jomblo lebih paham tentang hal beginian daripada orang yang sudah berpacaran."
" Dari mana itu berasal?"
" Sudahlah jangan terlalu dipikirkan, jadi bagaimana menurut mu?"
" Hmm... Karena sebagian besar cowok disekolah ini sudah menembak Aria tapi semuanya ditolak, jadi persentase kau diterima itu kecil."
" Hmm... Begitu yah, jadi aku harus menembaknya seperti apa ya?"
" Emang kau suka dia karena apa, apa kau sebelumnya pernah bertemu dengannya?"
" Hmm... Aku lupa sih, tapi yang jelas aku sudah menyukainya dari awal."
" Hah... begitu yah coba kupikir dulu, karena orang-orang yang menembak Aria sudah mengeluarkan semuanya bagaimana kalau kau tembak dia dengan biasa-biasa saja?"
" Eh, apa kau serius?"
" Yasudah kalau kau tidak mau dengar, lagi pula itu bukan urusanku."
" Baiklah akan kucoba!"
Setelah mendengar saran dari Rael, Bima segera pergi keluar kelas dan langsung menemui Aria yang sedang berjalan kearah kantin.
" Tak kusangka dia seserius itu." Ujar Rael.
Setelah berbincang dengan bima, Rael langsung memakan bekal makanan yang ia bawa dari rumah.
Beberapa menit kemudian, Rael yang sedang main game dikejutkan dengan suara Bima yang keras memanggilnya.
" Rael aku punya berita!"
" Apa itu? Apa kau ditolak?"
" Bukan... Hah... Hah... A-Aku diterima!" Senang Bima sambil memegang pundak Rael.
" Eh, serius?"
" iya, serius!"
" Begitu yah, karena kau sedang senang hari ini tolong belikan aku bala-bala tiga dan kau yang bayar."
" Baiklah aku yang traktir."
Begitulah bagaimana Bima dan Aria berpacaran, dan juga karena kejadian itu mereka bertiga saling mengenal bahkan sampai akrab satu sama lain.
" Hah... Aku seperti seekor nyamuk saja." Ujar Rael.
Kembali pada saat ini, Bima dan yang lainnya mulai membereskan barang-barang untuk pergi dari tempat ini secepatnya.
Mereka semua sudah sangat sibuk, bahkan matahari pun belum nampak diatas langit.
" Selagi waktu masih subuh, kita harus cepat-cepat berkemas dan pergi mengambil mobil militer." Ujar pak Sudiarto.
Barang-barang penting mereka masukkan kedalam tas ransel, selagi waktu masih tersisa banyak mereka semua mengecek kembali barang dan senjata mereka agar tidak ketinggalan.
" Apakah semuanya sudah beres?" Tanya pak Sudiarto.
" Sepertinya sudah semua pak." Jawab Aria.
" Baiklah kalau begitu, kita berangkat sekarang."
Diwaktu fajar yang dingin, mereka semua pergi dengan membawa tas yang agak berat dan mereka pun agak kesusahan untuk melihat karena matahari mulai nampak.
Suara erangan dari arah kejauhan selalu mereka dengar menemani setiap langkah yang mereka lalui, mobil yang hancur di setiap jalan sudah biasa bagi mereka berlima.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka sampai disebuah taman kota yang cukup berantakan akibat monster.
" Wow... Tak kusangka, taman yang dibuat dari pajak masyarakat sampai seperti ini." Sarkas Adi.
" Untuk kali ini aku setuju dengan ucapan mu kak." Balas Deo.
" Sepertinya kita istirahat dulu sebentar, karena tak lama lagi kita sampai di markas militer." Ucap pak Sudiarto.
Sesuai arahan pak Sudiarto, mereka semua pun beristirahat dengan meminum air, makan makanan ringan dan sebagainya.
Mereka semua duduk dengan keheningan sampai membuat mereka agak canggung, itu adalah hal yang wajar atas semua yang mereka lalui selama ini.
Setelah selesai makan, Deo mencuci tangannya disalah satu wastafel yang berada di taman itu.
Seusai Deo mencuci tangan, ia melihat monster berekor yang merangkak sedang menatap dengan tajam dan perlahan semakin mendekat.
" Guys... Lihatlah didepan sana."
" Ada apa?" Tanya Adi sambil mendekat kearah Deo.
" Hahaha sial, tamatlah riwayat kita."
" Apa yang kau lihat Adi?" Tanya Bima.
" Itu monster berekor yang telah kami lihat sebelumnya." Jawab Adi dengan nada yang agak bergetar dan keringat dingin diwajahnya.
Mendengar ucapan Adi, mereka semua dengan sigap menyiapkan senjatanya.
Sedangkan monster berekor tersebut semakin mendekat dengan perlahan seperti seekor harimau yang sedang memangsa buruannya.
Tangan mereka semua bergetar ketakutan, karena monster itu berada dilevel yang sangat berbahaya apalagi kalau terkena goresan dari ekornya.
Mereka semua diam dan berusaha untuk tidak membuat gerakan yang tiba-tiba, meskipun jarak antara mereka dan monster itu anehnya ia seperti tidak dapat melihat mereka berlima yang sedang berdiri tegak.
Ini aneh sekali, seharusnya dia bisa langsung menyerang dengan jarak yang sedekat ini.
Suara hati pak Sudiarto yang sedang terheran dengan perilaku monster itu.
Karena keanehan tersebut, pak Sudiarto memberikan sebuah kode kepada yang lainnya untuk tidak banyak bergerak.
Monster itu merangkak perlahan mendekati Bima, lalu mengendus-endus disekitarnya dengan suara erangan dan gigi yang saling bertemu.
Setelah selesai monster itu kemudian berpindah ketempat Deo dan menyentuh kakinya dengan kepalanya yang terlihat menjijikan.
Monster itu kemudian berdiri dan menatap wajah Deo dengan sangat tajam, Deo pun ketakutan melihat matanya yang merah dan wajah yang tak karuan.
Deo mengigit bibitnya secara terpaksa agar suara tidak keluar karena ketakutan, keringat dingin diwajahnya mulai terasa selama ia menatap wajah menakutkan itu.
Setelah selesai memeriksa monster tersebut pergi menjauhi mereka semua dengan kembali merangkak, karena monster itu mulai pergi mereka semua menghela nafas dengan perlahan.
Deo yang ketakutan berjalan mundur secara perlahan dengan kaki yang masih gemetar, Deo berjalan dengan sangat pelan dan berjinjit dengan hati-hati.
Namun hal tak terduga pun terjadi, Deo tak sengaja menabrak kapak pak Sudiarto yang disimpan di samping pohon dan terjatuh dengan suara besi yang keras.
Mendengar itu monster tersebut kembali dan berlari dengan sangat kencang.
" Kalian semua lari!" Teriak pak Sudiarto.
Pak Sudiarto mengambil kapaknya dan menghantamkannya tepat di kepalanya yang membuat monster tersebut terlempar hingga berguling-guling diatas tanah.
" Cepat siapkan senjata kalian!"
Adi dengan senjatanya langsung menembak monster itu secara membabi buta kearah dada monster itu, namun selama ia menembak inti monster itu tak kunjung terlihat bahkan sampai dada monster itu berlubang.
" Sial kenapa tidak ada intinya!" Kesal Adi.
Adi yang sedang mengisi kembali pelurunya dikagetkan karena tiba-tiba pak Sudiarto menariknya kebelakang.
Dengan tindakan sigap pak Sudiarto, Adi berhasil terselamatkan karena monster itu menyerang dengan ekornya tepat ditempat Adi berdiri.
" Kau tidak apa-apa?"
" Yah... Terima kasih pak."
Tak lama setelahnya monster itu mulai meregenerasi kembali dan berdiri sembari mengeluarkan teriakan yang keras hingga terdengar oleh monster ditempat lain.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments