...***...
Dalam lorong yang gelap terdengar suara gigi monster yang sedang mencabik-cabik daging dengan sangat rakus, suara tulang yang digigit terdengar sangat jelas dalam lorong yang sepi itu.
Lantai yang kotor dengan dipenuhi darah dan daging disepanjang jalan, di arah kejauhan terdengar suara langkah kaki pria dengan sepatunya yang mengetuk kelantai.
" Wah... Tak kusangka salah satu spesimen ku bisa tersesat sampai kesini, dalam perjalanan kemari aku menemukan sebuah subjek yang cukup berharga apakah ku uji saja dengan monster ini?"
Monster yang sedang makan itu mulai risih dengan kehadiran orang itu. Setelah ia mencium bau orang tersebut, monster itu mulai menunjukkan taring dan cakarnya yang tajam itu.
" Ah... Setelah kubiarkan anjing sepertimu berkeliaran keluar, sekarang kau malah ingin menyerang ku?"
" Haha... Menarik, apakah aku lakukan sedikit pemanasan dulu yah~."
" Baiklah, kemari kau anjing tak tahu diri."
Monster dengan bentuk seperti anjing dengan tinggi setara ukuran sebuah ruangan, berlari dan menyerang orang itu dengan kekuatan hewan buasnya.
Berpindah kembali ke sudut pandang Bima.
Setelah kejadian yang mereka alami sebelumnya, Bima dan yang lainnya memutuskan untuk tinggal terlebih dahulu dalam sebuah gedung yang ada minimarketnya.
Untuk memulihkan kembali mental mereka, dalam beberapa hari mereka sepakat untuk tidak keluar dahulu kecuali saat keadaan darurat.
" Apa punggungmu masih terasa sakit?" Tanya Bima kepada Adi.
" Masih terasa sakit sedikit."
" Begitu yah."
Ditengah ruangan terlihat Deo yang masih trauma atas kejadian kemarin, melihatnya Aria berusaha untuk menenangkannya dan memberinya segelas coklat panas.
" Ini minumlah, kudengar coklat itu cocok untuk mengubah mood jadi cobalah."
" Ah... Terima kasih."
Saat mereka semua mengobrol seperti pada umumnya, di arah yang agak jauh terjadi sebuah ledakan dengan suara yang keras dan membuat sebuah guncangan.
" Apa itu?" Tanya Aria.
Pak Sudiarto sontak mengeluarkan teropongnya dari tas dan melihat kearah ledakan itu terjadi.
" Entahlah, agak sulit untuk melihatnya dari arah sini."
" Semoga saja itu bukan pertanda buruk." Ucap Aria.
Setelahnya Bima pun memanggil mereka berdua untuk segera makan siang ditengah ruangan.
Sembari mereka makan, mereka semua mendiskusikan tindakan apa yang harus mereka lakukan. Karena diluar sana masih banyak monster yang tidak mereka ketahui, melihat monster yang kemarin mereka yakin kalau para monster bisa saja berevolusi menjadi sebuah bencana.
Agar mereka dapat bertahan hidup, mereka semua mulai saling membagikan informasi satu sama lain.
Setelah beberapa menit berlalu, informasi penting pun telah mereka dapatkan.
Informasi pertama. Monster dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe kekuatan dan tipe kecepatan. Selama mereka amati, monster yang inangnya seorang laki-laki cenderung memiliki tipe kekuatan dibanding monster yang inangnya perempuan. Namun terkadang ada monster yang inangnya laki-laki memiliki tipe kecepatan seperti monster yang sebelumnya mereka lawan.
Informasi kedua. Para monster cenderung peka terhadap suara, akan tetapi meskipun Bima dan Deo berhasil bersembunyi mereka tetap berhasil ditemukan meskipun tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Informasi ketiga. Dari kesaksian Deo dan Adi, mereka mengatakan kalau monster berekor adalah monster yang berbahaya karena sedikit saja manusia tergores oleh ekornya maka beberapa menit kemudian manusia itu akan menjadi monster. Mereka berdua pun bilang meskipun orang yang telah berubah dari goresan ekor tersebut mengigit seseorang, orang yang tergigit itu tidak akan menjadi monster meskipun beberapa jam telah berlalu.
Dari ketiga informasi itu masih terdapat beberapa kejanggalan yang tak dapat mereka jelaskan apa penyebabnya, tapi dengan ketiga informasi itu mereka dapat lebih berhati-hati lagi ketika berhadapan dengan monster.
Sekarang yang menjadi PR nya adalah bagaimana cara mereka semua pergi dari pusat kota ke Desa Ciptaharja, satu-satunya pilihan yang dapat mereka pilih ialah pergi dengan mengendarai kendaraan. Akan tetapi seperti yang telah diberitahukan kalau monster itu sangat peka dengan suara, dan mungkin banyak sekali monster yang lebih kuat nantinya.
Setelah berpikir cukup lama, pak Sudiarto memberikan sebuah usulan.
" Sepertinya kita harus mengambil kendaraan di markas militer, dan sekalian mengambil persediaan senjata."
" Sepertinya itu ide yang cukup bagus, tapi dimana markas militer itu berada?" Tanya Bima.
" Tempat itu tepat berada di arah ledakan tadi berasal."
" Tunggu kalau begitu, disana pasti akan sangat berbahaya." Ujar Adi.
" Apakah kita tidak bisa mengunakan mobil yang biasa saja?" Tanya Deo.
" Aku berharap juga begitu namun kita sebelumnya pernah memakai bus untuk berpergian, namun itu cukup mencolok sehingga mengundang banyak sekali monster apalagi mobil keluarga biasa itu akan sangat berbahaya jika para monster mengepung." Jawab Aria.
" Benar apa yang dikatakan Aria, setidaknya dengan mobil militer kesempatan kita untuk bertahan meningkat ditambah lagi senjata disana pasti banyak." Ujar pak Sudiarto.
Setelah perencanaan yang panjang, tanpa mereka sadari sore hari pun datang dengan sendirinya.
Karena hari sudah mulai gelap mereka berlima kembali ke pekerjaannya masing-masing.
" Hei Aria, apakah kau ingin coklat?" Tanya Bima dengan menawarkan coklat ditangannya.
" Apa tidak apa-apa jika aku memakannya?"
" Tak apa, lagipula sekali-sekali kita harus bersantai kan?"
" Yah... Kau benar." Ucap Aria sembari mengambil coklat itu dari tangan Bima.
" Hah... Tak kusangka bintang-bintang pada malam ini sangat cantik, ini membuatku tak percaya jika dunia akan berakhir." Ujar Bima.
" Hei, aku ingin bertanya jika saja hidupmu akan berakhir apa yang kau inginkan terakhir kali?" Tanya Aria dengan nada yang lembut.
" Hmm... Kematian yah, aku belum berpikiran kesana. Yah memang penting sih untuk memikirkan masa depan, namun kita juga harus memikirkan masa kini dan belajar dari masa lalu."
" Eh... Jadi begitu yah, dan jika aku mati apa kau akan sangat sedih?"
" Pastilah apalagi aku ini pacarmu, jadi lain kali jangan mengucapkan kalimat itu!" Tegas Bima tanpa ragu sedikitpun.
Mendengar itu Aria langsung tersenyum dan mengucapkan " Terimakasih".
Melihat Aria yang tersenyum, wajah Bima pun memerah karena baru sadar dengan apa yang ia katakan sebelumnya.
" Eh lihat wajahmu memerah, apa kau malu?" Goda Aria.
" Ayolah Aria berhenti untuk mengejekku."
" Eh, memangnya kenapa bukannya kau kelihatan jantan dengan kalimat seperti itu."
" Su-sudahlah, sebaiknya kita lekas tidur agar tidak kelelahan!"
Pada saat tiga tahun sebelumnya, lebih tepatnya saat Bima dan Aria masih duduk di bangku SMP.
Bima dan Aria bersekolah di sekolah yang berbeda, karena itu mereka masih belum mengenal satu sama lain. Namun karena suatu kejadian saat itu, membuat Aria mulai tertarik dengan Bima.
Pada hari sabtu yang agak mendung, Aria sedang berlatih memanah di tempat khusus yang selalu ia kunjungi.
Memanah merupakan sebuah hobi untuk menghabiskan waktunya sendirian, dikarenakan pekerjaan orang tuanya yang sibuk membuat Aria selalu sendirian didalam rumah.
Ibunya Aria merupakan seorang aktris yang cukup terkenal dan ayahnya seorang masinis kapal pesiar sehingga membuatnya jarang sekali pulang.
Karena keadaan itulah Aria cukup kesal dengan kedua orang tuanya yang selalu sibuk, mulai dari ayahnya yang selalu tidak datang saat acara seni dan ia juga cukup kerepotan karena selalu didatangi paparazi yang menanyakan perihal ibunya yang seorang aktris.
Oleh karena itulah Aria mengabiskan waktunya untuk bersembunyi dan memanah ditempat panahan, karena saat itu cuaca mulai hujan Aria memutuskan untuk pulang dengan mengambil jalan gang sepi agar cepat untuk sampai ke rumah.
Namun ditengah perjalanan Aria merasakan ada seseorang yang sedang mengikutinya dari belakang, Aria yang sadar dengan firasatnya memutuskan untuk memutar dan mencari jalan yang ramai.
Karena panik, Aria pun tanpa sadar berjalan mengarah gang buntu.
Tiga orang sebelumnya yang mengikuti Aria mulai terpojokkan, namun tak berselang lama terdengar seorang pemuda yang berteriak.
" Hei kalian bertiga sebaiknya kalian pergi dari sini atau akan ku laporkan kalian kepada pihak yang berwajib, foto kalian bertiga sudah ku simpan dan akan aku jadikan bukti!"
Mendengar ancaman dari pemuda itu, ketiga orang tersebut pergi meninggalkan Aria.
" Apa kau tidak apa-apa?" Tanya pemuda itu sembari mengulurkan tangannya kepada Aria.
" Aku tidak apa-apa."
Aria menduga kalau pemuda itu menyelamatkannya karena ia tahu kalau dirinya merupakan seorang anak dari aktris terkenal, meskipun ia memiliki sikap yang cukup baik namun Aria masih saja meragukannya.
" Apa kau mengenal diriku?"
" Hmm... Sepertinya tidak, ini pertama kalinya kita bertemu."
" Be-begitu yah~." Aria yang sedang tersipu malu.
" Ah ini gawat, sebentar lagi mau hujan aku harus segera ke supermarket untuk membeli belanjaan ibu kalau begitu sampai jumpa lagi!"
" Eh tunggu, siapa namamu?!"
" Bima! Namaku Bima! Maaf tapi aku harus segera pergi dah!"
Aria pun mulai tersenyum dan agak tertawa melihat tingkah laku Bima tadi.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments