Bab 3 Bertahan hidup (2)

...***...

Suara pistol yang menggelegar terdengar di jalan raya yang sangat luas, menyebabkan para monster-monster disekitar menghampiri asal dari suara itu seperti halnya sebuah ombak yang ganas.

Menembak, berlindung dan berlari sekencang mungkin sampai-sampai membuat Pak Sudiarto muak dengan apa yang telah ia lakukan selama 20 menit tersebut.

"Sial, kapan hal ini akan segera berakhir, peluru yang kubawa hanya tersisa 20 biji saja dan yang lebih menyebalkannya lagi sebanyak apapun aku menembak tetap saja mereka masih bisa berdiri dan beregenerasi."

Karena terbatasnya peluru yang ia bawa, Pak Sudiarto berlari sambil berfikir cara lain untuk mengalahkan para monster yang sedang mengejarnya itu.

Setelah 3 peluru telah ia lepaskan, Pak Sudiarto melihat banyak sekali mobil menutupi jalan tepat didepan matanya. Entah karena apa tiba-tiba saja Pak Sudiarto pun terbesit sebuah ide untuk memanfaatkan mobil-mobil tersebut menjadi bom yang setidaknya dapat menghancurkan monster-monster yang mengejarnya itu.

Dalam jarak beberapa meter dari mobil-mobil itu, Pak Sudiarto berlari mengambil ancang-ancang dan loncat dengan sangat atletis layaknya sebuah adegan dalam film aksi.

Karena banyaknya halangan yang ada di depannya, monster-monster yang dibelakangnya pun mulai ada yang menyusulnya dan ingin menyerang Pak Sudiarto, dengan instingnya ia pun sontak membuka pintu mobil didekatnya yang membuat salah satu monster tersebut terbentur sampai-sampai membuatnya terjungkir.

Setelah menjauh beberapa meter, Pak Sudiarto mulai menyiapkan pistolnya dan menembak tepat di lubang bahan bakar mobil yang membuatnya meledak hingga merembet ke mobil-mobil didekatnya.

Monster yang berada di tempat tersebut mulai terbakar dan ambruk seketika, dan tak lama kemudian para monster itu menggeliat dan berdiri secara perlahan.

"Hah... Sial mereka seperti kecoak saja, tunggu yang ada di tubuh mereka itu apa?"

Pak Sudiarto melihat sebuah benda yang berwarna kemerahan dan berdetak layaknya sebuah jantung.

"Apakah itu inti nya? Untuk memastikannya lebih baik coba ku tembak saja deh."

Monster yang telah ia tembak mulai menunjukkan gerakan yang aneh, dan tak lama kemudian monster tersebut mulai berubah warna menjadi abu-abu dan ambruk seketika.

"Hahaha ternyata benar itu intinya ya, baiklah kalau begitu sekarang saatnya pembalasan."

Dengan membabi buta Pak Sudiarto menembaki monster-monster itu tanpa melewatinya satupun. Dia pun menghentikan tembakannya karena peluru yang ia bawa habis.

"Argh sial, kenapa harus sekarang sih."

Para monster yang baru datang pun mengejar Pak Sudiarto hingga kedalam sebuah gedung.

Ketika ia masuk kedalam sebuah ruangan, ia melihat suatu yang membuatnya teralihkan. Terlihat mayat wanita paruh baya yang terbujur kaku di tengah ruangan, dan ditangannya sedang memegang sepucuk surat yang telah ternodai oleh bercak darah.

" Untuk siapa saja yang membaca surat ini tolong selamatkanlah anakku yang berada di dalam kamar disebelah kanan, tolong bawa dia ke rumah sakit, tiba-tiba saja ia bertingkah aneh setelah sesuatu menempel ditubuhnya, dan maafkan Ibu yang tidak bisa menolongmu." Isi surat tersebut.

Setelah membacanya Pak Sudiarto termenung untuk sesaat dan mengetuk pintu tempat anak itu berada, lantas di dalam kamar itu terdengar suara erangan yang semakin mendekati pintu. Pak Sudiarto yang sudah mengerti situasinya, ia pun memegang gagang pintu kamar tersebut dan menghela napas.

" Maafkan aku, anakmu sudah tidak bisa ditolong lagi, jadi hanya ini yang bisa aku lakukan."

Dengan tangan yang mengepal memegang kapak yang berat, Pak Sudiarto mempersiapkan batinnya dan membuka pintu kamar tersebut.

Setelah terbuka anak yang disebutkan didalam surat itu terlihat bukan lagi seorang manusia, kuku yang terlihat panjang yang dapat merobek apapun, gigi tajam yang dapat mencabik-cabik mangsanya, kulit yang berwarna coklat kemerahan, serta mata merah yang berbentuk seperti reptil.

Mendengar pintunya terbuka anak yang sudah berubah menjadi monster pun menerjang Pak Sudiarto, Pak Sudiarto pun menebasnya dengan kapak hingga membuat kepalanya terputus, walaupun kepalanya terputus monster itu masih bisa bergerak dan menyerang Pak Sudiarto.

Ketika monster itu mendekat, lantas Pak Sudiarto menjatuhkannya dan menebasnya berulang kali sambil berlinang air mata. Setelah beberapa tebasan inti yang selalu ada di dalam tubuh monster mulai terlihat, dengan wajah yang merasa bersalah Pak Sudiarto mengangkat kapaknya keatas dan menghantam intinya dengan sangat kuat.

Setelah ia menghancurkan intinya, monster tersebut mulai kaku dan berubah warna menjadi abu. Air mata yang sedari tadi membanjiri matanya, sekarang sudah tidak terbendung lagi, dan ia pun duduk sambil menundukkan kepalanya.

" Maafkan aku nak..."

Disisi lain Bima yang sedang dituntun oleh Aria, mendapati dirinya berada ditempat yang tidak asing. Setelah beberapa rumah terlewati, Bima melihat rumah yang takkan pernah ia lupakan.

" Bima, apakah kau tau rumah ini?"

" Ya, itu karena rumah ini adalah tempat Rael tinggal."

Setelah beberapa saat, Bima melihat kalau pintu rumahnya terbuka seperti telah dibobol oleh seseorang. Bima dan Aria masuk secara perlahan dan hati-hati, dan mereka hanya melihat barang-barangnya berantakan dan lemari tempat penyimpanan makanan juga terbuka.

" Seperti nya ada seseorang yang telah menjarah ketempat ini, aku akan mengecek keadaan dilantai atas kau tunggu saja disini Aria."

" Tidak aku ikut denganmu Bima, bagaimana kalau sesuatu yang genting terjadi padamu lagi dan juga dengan kakimu yang terluka kau akan kesulitan untuk bergerak."

Setelah mendengar perkataan Aria, mereka pun memutuskan pergi bersama-sama. Mereka pun sampai dikamar Rael yang dipenuhi dengan action figur, alat perkakas, dan komik-komik.

" Melihat barang-barang masih tertata rapi, sepertinya orang yang membobol tempat ini cuman mengambil senjata tajam dan makanan saja."

" Sepertinya kau benar Bima, omong-omong dilihat dari perabotan dan barang barangnya, sepertinya Rael cuma hidup berdua di rumah ini."

" Ya kau benar, Rael tinggal bersama kakak perempuannya di rumah ini."

" Memangnya kedua orangtuanya kemana?" Tanya Aria.

" Entahlah, ia tidak pernah sekalipun menceritakan masa lalunya kepadaku."

" Terus, bagaimana dengan kakak perempuannya?" Tanya Aria.

" Rael bilang kalau kakaknya sedang pergi KKN bersama teman sekampusnya ke Desa Ciptaharja." Jawab Bima.

" Begitu ya."

Setelah mengobrol dan bernostalgia sebentar, mereka pun melanjutkan perjalanannya bertemu dengan Pak Sudiarto.

Beberapa menit telah berlalu, mereka pun telah sampai ketempat terakhir mereka berpisah dengan Pak Sudiarto. Dari jalan arah yang jauh Bima dan Aria melihat seseorang yang tengah berjalan, setelah orang itu mulai mendekat, Aria pun melihatnya dan memberi tahu kalau itu adalah Pak Sudiarto.

" Pak! Kami disini!" Teriak Bima sambil melambaikan tangan setinggi-tingginya."

Pak Sudiarto pun membalas lambaiannya sambil mendekat ketempat Bima dan Aria.

" Apakah kalian baik-baik saja?" Tanya Pak Sudiarto.

" Kami baik-baik saja, hanya kakiku saja yang terkilir." Jawab Bima.

" Baguslah kalau begitu."

Melihat wajah Pak Sudiarto yang agak pucat, Aria pun bertanya.

" Pak, apakah sudah terjadi sesuatu?"

" Tidak, tidak ada masalah, hanya saja tadi terjadi sesuatu yang tidak terduga."

" Begitu ya."

" Kalau terjadi sesuatu bilang saja padaku dan Aria, walaupun mungkin saja kami tidak bisa membantu tapi setidaknya itu bisa meringankan beban mu pak."

" Baiklah kalau begitu, tapi kita harus mencari tempat berlindung terlebih dahulu, karena matahari mulai terbenam."

Setelah perbincangan yang singkat, mereka bertiga pun mulai mencari tempat berlindung untuk mereka beristirahat.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 1 Hari kehancuran
2 Bab 2 Bertahan hidup
3 Bab 3 Bertahan hidup (2)
4 Bab 4 Terminal
5 Bab 5 Menuju puncak
6 Bab 6 Kembali
7 Bab 7 Anggota baru
8 Bab 8 Bandam Land
9 Bab 9 Sebuah harapan baru
10 Bab 10 Sang pelari
11 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12 Bab 12 Monster berekor
13 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14 Bab 14 Tragedi
15 Bab 15 Perpisahan
16 Bab 16 Identitas
17 Bab 17 Reuni
18 Bab 18 Nirwana
19 Bab 19 Harapan
20 Bab 20 Pertarungan
21 Bab 21 Kornea merah
22 Bab 22 Maniak
23 Bab 23 Keluarga
24 Bab 24 Kepercayaan
25 Bab 25 Pekerjaan
26 Bab 26 Menjarah
27 Bab 27 Menguping
28 Bab 28 Aktivitas
29 Bab 29 Penyerbuan
30 Bab 30 Bencana susulan
31 Bab 31 Umpan
32 Bab 32 Teruslah berlari
33 Bab 33 Sidang
34 Bab 34 Kebenaran
35 Bab 35 Dukungan
36 Bab 36 Bekerja keras
37 Bab 37 Keras kepala
38 Bab 38 Topeng gas
39 Bab 39 Penjelajahan
40 Bab 40 Pengintai
41 Bab 41 Bukti
42 Bab 42 Pendatang baru
43 Bab 43 Kecurigaan
44 Bab 44 Penyusup
45 Bab 45 Pertemanan
46 Bab 46 Penyerangan
47 Bab 47 Ketidak pedulian
48 Bab 48 Immortal Projects
49 Bab 49 Kucing liar
50 Bab 50 Daging
51 Bab 51 Gladiator
52 Bab 52 Pertandingan dimulai
53 Bab 53 Cerberus
54 Bab 54 Barbel
55 Bab 55 Sarah
56 Bab 56 Klana
57 Bab 57 Home run
58 Bab 58 Terjerat
59 Bab 59 Akhir Distopia
60 Bab 60 Kripa
61 Bab 61 Rembulan
62 Bab 62 Bahaya baru
63 Bab 63 Pesan
64 Bab 64 Video
65 Bab 65 Bermain dengan api
66 Bab 66 Persiapan
67 Bab 67 Garda depan
68 Bab 68 Kembali lagi
69 Bab 69 Ogre
70 Bab 70 Jaka
71 Bab 71 Emosi
72 Bab 72 Trauma
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Penentuan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Hari kehancuran
2
Bab 2 Bertahan hidup
3
Bab 3 Bertahan hidup (2)
4
Bab 4 Terminal
5
Bab 5 Menuju puncak
6
Bab 6 Kembali
7
Bab 7 Anggota baru
8
Bab 8 Bandam Land
9
Bab 9 Sebuah harapan baru
10
Bab 10 Sang pelari
11
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12
Bab 12 Monster berekor
13
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14
Bab 14 Tragedi
15
Bab 15 Perpisahan
16
Bab 16 Identitas
17
Bab 17 Reuni
18
Bab 18 Nirwana
19
Bab 19 Harapan
20
Bab 20 Pertarungan
21
Bab 21 Kornea merah
22
Bab 22 Maniak
23
Bab 23 Keluarga
24
Bab 24 Kepercayaan
25
Bab 25 Pekerjaan
26
Bab 26 Menjarah
27
Bab 27 Menguping
28
Bab 28 Aktivitas
29
Bab 29 Penyerbuan
30
Bab 30 Bencana susulan
31
Bab 31 Umpan
32
Bab 32 Teruslah berlari
33
Bab 33 Sidang
34
Bab 34 Kebenaran
35
Bab 35 Dukungan
36
Bab 36 Bekerja keras
37
Bab 37 Keras kepala
38
Bab 38 Topeng gas
39
Bab 39 Penjelajahan
40
Bab 40 Pengintai
41
Bab 41 Bukti
42
Bab 42 Pendatang baru
43
Bab 43 Kecurigaan
44
Bab 44 Penyusup
45
Bab 45 Pertemanan
46
Bab 46 Penyerangan
47
Bab 47 Ketidak pedulian
48
Bab 48 Immortal Projects
49
Bab 49 Kucing liar
50
Bab 50 Daging
51
Bab 51 Gladiator
52
Bab 52 Pertandingan dimulai
53
Bab 53 Cerberus
54
Bab 54 Barbel
55
Bab 55 Sarah
56
Bab 56 Klana
57
Bab 57 Home run
58
Bab 58 Terjerat
59
Bab 59 Akhir Distopia
60
Bab 60 Kripa
61
Bab 61 Rembulan
62
Bab 62 Bahaya baru
63
Bab 63 Pesan
64
Bab 64 Video
65
Bab 65 Bermain dengan api
66
Bab 66 Persiapan
67
Bab 67 Garda depan
68
Bab 68 Kembali lagi
69
Bab 69 Ogre
70
Bab 70 Jaka
71
Bab 71 Emosi
72
Bab 72 Trauma
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Penentuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!