...***...
Beberapa hari telah mereka lewati, halang rintang yang selalu datang tiba-tiba secara perlahan dapat mereka lalui dengan tekat dan kegigihan yang kuat. Bekas luka fisik telah menghiasi sekujur tubuh, memar dan luka cakar selalu mereka dapatkan seolah sebuah kegiatan yang selalu mereka alami setiap harinya.
Berpindah dari tempat ketempat terpaksa mereka lakukan, walau untuk tidur selama empat jam saja mereka sangat bersyukur. Untuk bisa bertahan hidup mereka harus pergi ke toko swalayan terdekat dan menjarahnya, dan terkadang ketika tidak ada pasokan air yang cukup mereka memanfaatkan air hujan dan memasaknya.
Karena latihan yang diberikan pak Sudiarto, mereka berempat mulai terbiasa dengan keadaan hidup yang ekstrim dan menggunakan senjata api pun sudah menjadi salah satu alat yang selalu mereka gunakan seperti halnya alat tulis.
Aria yang notabenenya seorang atlet panahan telah diakui kemampuannya oleh pak Sudiarto dalam menggunakan sniper, yang lainnya pun tak mau ketinggalan, Bima telah mempelajari teknik dalam menggunakan tombak secara otodidak yang hanya mengandalkan buku saja, Adi dan Deo telah memperkuat kerjasama diantara mereka berdua, bahkan pak Sudiarto yang seorang mantan tentara pun tercengang dengan kekompakan mereka berdua dan satu-satunya kelemahan mereka adalah mereka selalu saja bertengkar di segala situasi.
Mungkin jika dihitung kedalam angka mereka berlima telah menjelajahi seperempat pusat kota Bandung, bahkan ketempat yang belum mereka kunjungi sebelumnya telah terjelajahi hanya dalam beberapa hari saja.
Walaupun mereka semua pergi ketempat yang berbeda-beda, keadaan di setiap tempat selalu saja sama dengan tempat yang lainnya, kota mati dengan dihuni oleh banyak monster.
Berpuluh-puluh monster telah mereka bunuh dengan susah payah. Bima yang telah kehilangan temannya berusaha untuk mencari Rael di setiap monster yang ia bunuh, tak peduli berapa banyak monster yang telah ia temui Rael tetap saja belum ketemu, entah itu mayatnya ataupun wujud monsternya.
Di siang hari yang cerah, terlihat seekor kelinci sedang berjalan ditengah taman perumahan. Tak jauh dari lokasi kelinci itu terlihat seseorang sedang bersembunyi dan mengintai kelinci yang sedang diam didekat ayunan, terdengar suara tali busur yang sedang ditarik berasal dari balik semak-semak. Orang itu pun menarik nafasnya dalam-dalam dan melepaskan anak panah yang tepat mengenai kepalanya, kelinci yang telah mati itupun ia bawa dengan mengikatkannya kesebuah tongkat kayu.
" Sepertinya makan siang hari ini adalah sebuah sup kelinci." Suara Aria yang telah berhasil memburu seekor kelinci.
Beberapa waktu kemudian Aria tiba disebuah tempat sepi dan kosong, yang membuat tempat itu mencolok ialah asap dari api unggun yang menjulang ke langit.
" Oh, Aria kau telah kembali yah!" Ujar Bima sembari membawa kayu dan ranting ditangannya.
" Aku kembali semuanya, untuk sekarang hanya ini yang dapat ku buru." Ucap Aria dengan nada rendah.
" Oh, tidak apa-apa kok Aria, lagi pula kita masih ada beberapa stok beras untuk kita makan, jadi jangan khawatirkan itu!" Hibur Bima.
" Aria ya, tak kusangka kau akan dapat kelinci di sekitar sini." Ujar pak Sudiarto dengan nada yang agak bercanda.
" Begitulah, sepertinya kelinci ini awalnya seekor hewan peliharaan seseorang, jadi akan taruh dimana daging ini?"
" Taruh saja di atas meja dekat perapian disana, nanti Deo dan Adi yang akan mengurus bumbunya, dan bilang kepada mereka berdua untuk tidak terus bertengkar karena kalau nunggu terlalu lama apinya akan padam."
Setelah persiapan untuk memasak makan siang mereka berlima kembali kepada kegiatan mereka masing-masing, seperti mencuci pakaian, membersihkan senjata, mengecek persediaan makan dan lain sebagainya.
Sibuk dengan tugasnya masing-masing, pak Sudiarto kemudian memanggil yang lain untuk datang ketempatnya, dengan alasan ada sesuatu hal yang penting.
" Ada apa pak?" Tanya Bima dengan kebingungan.
" Tadi saat kalian sedang sibuk, aku secara iseng mengotak-atik radio yang kuambil beberapa hari yang lalu, dan setelah beberapa waktu berselang terdapat sinyal radio." Jawab pak Sudiarto dengan nada yang serius.
" Dan ada apa selanjutnya, kau memerintahkan kami semua kesini bukan hanya untuk memberitahu hal itu kan?" Ucap Adi.
" Setelah sinyal itu menguat terdengar sebuah suara wanita dalam radio itu, agar kalian dapat mempercayai perkataan ku sebaiknya kalian dengarkan rekaman suara yang barusan kuambil."
" Tes... Satu, dua, tiga, baiklah sepertinya ini cukup lancar... Perhatian untuk orang-orang yang... Berhasil selamat dan tak tahu harus pergi kemana... Kita telah mengkonfirmasi kalau keadaan di Desa Ciptaharja... Aman untuk kalian tinggal disini... jika kalian bertujuan untuk kemari maka carilah tempat persinggahan kami yang berada di dekat danau yang besar... Ku harap kalian dapat berhasil bertahan hingga kalian mendengar apa yang kami sampaikan~." Siaran radio pun terputus.
" Tunggu jika Desa Ciptaharja itukan..."
" Tempat dimana kakak perempuan Rael berada." Sela Aria.
" Jika informasi ini benar, maka kemungkinan kakak perempuan Rael untuk selamat itu sangatlah tinggi."
" Kau benar Bima, jika disana ada kakak perempuannya kita bisa mempercayainya untuk tinggal berada ditempat itu." Ujar Aria.
" Begitu yah, jadi saudari dari teman mu kemungkinan masih berada disana yah."
" Baiklah karena kita tidak bisa tetap berlama ditempat ini sepertinya kita harus kesana dan memastikan sendiri apakah informasi itu valid atau tidak." Ujar pak Sudiarto.
" Tapi bagaimana kalau informasi itu cuma hoax, dan juga ada kemungkinan kalau kelompok mereka itu sekelompok bandit atau sebagainya."
" Kau ada benarnya Adi, tapi jika kita terlalu berlama di pusat kota kita hanya mempersempit kesempatan kita untuk bertahan." Ujar pak Sudiarto.
Berlama waktu berlalu, akhirnya mereka berlima setuju untuk pergi ke Desa Ciptaharja. Karena jarak dari pusat kota ke Desa Ciptaharja itu cukup jauh, mereka berlima sepakat untuk pergi satu minggu setelahnya.
Karena persediaan yang mulai menipis dan ditambah mereka ingin pergi dari kota, mereka berlima mau tidak mau harus mencari makanan yang layak untuk mereka bawa.
Mereka berlima berpencar dan pergi menyusuri setiap supermarket terdekat, Bima pergi bersama Aria dan pak Sudiarto sementara Deo dan Adi pergi bersama kearah yang berlawanan.
Walaupun banyak toko telah mereka lewati, hanya saja toko yang aman untuk dimasuki cuma ada beberapa saja. Makanan yang berada didalam toko banyak yang berjatuhan, dan beberapa diantaranya hancur dengan sangat berantakan.
Walau hanya sedikit saja makanan yang dapat mereka ambil, tapi tekat mereka untuk terus bertahan tak pernah padam dan terus berusaha semaksimal mungkin.
Bisa saja informasi yang mereka dapatkan itu sebuah jebakan, akan tetapi Bima sangat ingin kesana. Karena ia tak dapat menyelamatkan Rael, sebagai gantinya ia bertekad untuk memastikan kalau kakak perempuan Rael itu masih hidup.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments