Bab 6 Kembali

...***...

Setelah pertarungan yang sangat menegangkan. Bima, Aria dan pak Sudiarto duduk sambil meregangkan kedua kaki mereka akibat kelelahan. Tiduran sembari menatap langit yang biru merupakan salah satu hal yang indah disaat dunia sedang hancur. suara sunyi kota mati telah menemani mereka setelah dua hari pasca kiamat, sekarang mereka sedang menunggu sebuah keajaiban berharap sebuah helikopter datang menghampiri.

" Hah... Berapa lama kita harus menunggu?" tanya Bima.

" Entahlah paling sebentar paling beberapa jam atau beberapa hari, dan yang paling buruk adalah pangkalan militer telah runtuh akibat serangan monster." Jawab pak Sudiarto.

" Wow... Itu kata-kata yang lumayan menyeramkan, kuharap bapak mengatakan sesuatu yang lebih menyenangkan tadi." Saut Bima.

" Yah... Menjaga mental adalah sesuatu yang penting, tapi jangan lupa kalau kita harus sering berfikir kritis dalam mengambil keputusan."

" Umm... Jika bala bantuan tidak datang bagaimana dengan selanjutnya? Kita tidak bisa terus berlama di tempat ini apalagi kita hanya memiliki stok makanan dalam beberapa hari saja." Tanya Aria.

" Jika tidak ada bala bantuan maka kita hanya nekat turun kembali kebawah dan setelah itu kita dapat mencari tempat perlindungan menggunakan radio yang kubawa." Jawab pak Sudiarto.

" Sejak kapan anda membawa radio?" Tanya Bima.

" Sejak tadi saat kita sedang bersiap-siap kemari."

Sembari menunggu mereka bertiga berbincang-bincang sesuatu topik yang dapat mereka ceritakan saat waktu penat, mulai bercerita sesuatu yang lucu bahkan tanpa mereka sadari topik pembicaraan berubah menjadi cerita yang menyeramkan.

" Oia pak, bapak pernah bilang kalau anda merupakan seorang mantan tentara jadi apa yang telah bapak lakukan pada saat itu?" Tanya Bima.

" Hmm... Yah pada saat itu ada beberapa momen yang senang atau bahkan momen menyedihkan yang sampai saat ini masih terbayang hingga sekarang, mungkin bagi para pemuda zaman sekarang perang merupakan sesuatu yang menyenangkan apalagi banyak sekali game FPS beredar dipasaran, tapi sebenarnya perang merupakan sesuatu yang dapat merugikan bukan hanya rugi di pihak musuh tapi juga dapat berdampak pada pihak yang menang juga."

Beberapa menit telah mereka habiskan untuk mengobrol satu sama lain, bahkan untuk sesaat mereka sampai melupakan situasi dunia yang telah terjadi.

Tak lama setelahnya angin mulai berhembus kencang dan disaat yang bersamaan suara baling helikopter mulai terdengar dari arah yang jauh.

" Hei! Kami disini, kami butuh bantuan hei!" Teriak Bima sekencang yang ia bisa.

" Tunggu Bima sepertinya ada sesuatu yang tidak beres."

" Kau benar Aria lihatlah helikopter itu sedang terombang-ambing kesana kemari."

Helikopter yang mereka lihat mulai mengeluarkan asap pada bagian mesinnya, setelah terombang-ambing di atas angkasa helikopter itu mulai jatuh menghampiri tempat Bima berada.

" Bima awas!" Teriak pak Sudiarto.

Helikopter itu lantas menghantam ke gedung mereka tempati dengan sangat keras yang mengakibatkan gedungnya mulai miring, Bima, Aria dan pak Sudiarto bergegas berlari kembali kebawah lantai gedung.

" Kalian berdua berhati-hatilah terhadap atap dan lantainya, itu bisa saja roboh kapan saja." Ucap Sudiarto dengan wajah yang mulai panik.

" Ya kita semua tahu tapi bagaimana dengan monster yang berada di lantai bawah, sekarang speaker yang kita gunakan pasti tidak berfungsi lagi!" Panik Bima.

" Untuk itu kita pikirkan lain waktu, sekarang kita harus cepat lari dari gedung ini."

Monster yang sebelumnya berada di lantai bawah berlari menjauh dari helikopter yang jatuh tadi, karena kesempatan itulah Bima, Aria dan pak Sudiarto berlari melewati monster disekitarnya.

Mereka bertiga sekarang berada di lantai tiga tangga darurat dan beruntungnya bagi mereka monster yang sekarang sedang fokus pada helikopter yang jatuh, beberapa monster mengobrak-abrik helikopter itu dengan agresif dan tak sengaja tangki bahan bakar bocor akibat dari cakaran salah satu monster yang ada disana.

Bahan bakar dari helikopter itu mengalir ke benda-benda yang mudah terbakar seperti meja, kertas dan lain sebagainya, percikan dari sebuah kabel yang putus mengenai cairan bahan bakar itu dan membuat api yang merembet dengan sangat cepat, bahkan sampai membuat ledakan yang keras hingga mereka bertiga sangat kaget dengan suaranya.

" Suara ledakan apa itu, kita harus keluar secepatnya dari gedung ini!" Teriak pak Sudiarto.

Beberapa anak tangga telah mereka lewati kembali, karena ledakan yang terjadi membuat asap berpindah ketempat mereka bertiga berada.

" Sial asap mulai kemari!" Teriak Bima.

Setelah turun dengan sangat cepat dan terburu-buru akhirnya mereka sampai juga di lantai bawah gedungnya, akan tetapi saat Aria ingin membuka pintunya ternyata itu terhalang oleh suatu benda yang berat sampai pintunya tidak bisa dibuka.

" Biarkan ini masalah ini yang aku tangani, Bima dan Aria klian berdua bersiaplah karena beberapa monster mulai kemari dengan agresif."

Sementara pak Sudiarto sedang mendobrak pintunya, Aria dan Bima mengarahkan pandangan mereka ke atas dengan senjata yang mereka pegang dengan tangan yang gemetar.

" Agh pintu ini susah sekali dibuka, kalian berdua bagaimana keadaan disana."

" Ah... Disini kurang bagus, monsternya terus berdatangan dan anak panah yang Aria bawa sedikit lagi habis!"

" Hah... Ayo terbukalah pintu sialan!"

Setelah tendangan yang keras diarahkan kepada pintu, tak lama kemudian pintunya terbuka sedikit yang bahkan untuk ukuran tubuh manusia masih sulit untuk melewatinya.

" Agh ini tidak akan selesai-selesai pak bagaimana dengan pintunya?" Tanya Aria.

" Sebentar lagi!"

Dengan seluruh kekuatan yang ia fokuskan dalam satu waktu, hanya dengan satu tendangan yang ia lancarkan berhasil membuka pintunya bahkan pintu tersebut mendapatkan penyok yang amat besar.

" Wow itu adalah tendangan yang sangat luar biasa." Salut Bima.

" Tidak usah banyak bicara, kita harus keluar dari sini secepatnya!" Teriak pak Sudiarto.

Setelah keluar dari keadaan yang mencekam mereka bertiga berlari dari lantai dua ke lantai satu yang mana pintu keluarnya akan langsung mengarahkannya kejalan utama, sambil berlari terlihat dua sampai tiga monster yang berhasil mengejar mereka bertiga.

" Kalian berdua berhati-hatilah monster-monster itu bisa menyerang kita kapan saja, jadi perhatikan langkah kalian dengan seksama."

" Baik!" Sahut Bima dan Aria.

Setelah berlari sekuat tenaga akhirnya mereka bertiga hampir sampai di tempat eskalator berada, saat beberapa langkah lagi mereka sampai di eskalator, pak Sudiarto diserang oleh salah satu monster dari sampingnya yang membuat pak Sudiarto dan monster itu terjatuh ke lantai satu.

" Pak kami akan segera kesana." Ucap Bima.

" Tenanglah kalian berdua, jika kalian kemari itu hanya akan membuat monster yang lainnya ikut menyerang sebaiknya kalian pergi kearah lain sembari memancing beberapa monster yang mengejar."

Mendengar perkataannya Bima mengambil jalan lain yang sebisa mungkin menghindari tempat yang luas dan menghindari koridor yang mengarah langsung ke lantai bawah, setelah memastikan Bima dan Aria pergi dengan aman pak Sudiarto menyiapkan kapak merahnya dengan posisi kuda-kuda yang siap untuk bertarung.

Dua monster telah mengejar Bima dan Aria, sekarang yang dapat mereka pikirkan hanya melarikan diri dengan secepatnya dan menemui pak Sudiarto kembali di lantai satu.

Salah satu monster yang mengejar Bima dan Aria hampir saja tertangkap oleh monsternya dengan keberuntungan yang tiba-tiba monster itu tertimpa puing langit-langit gedung, walaupun Bima dan Aria tahu kalau itu tidak akan membuat monsternya mati seketika setidaknya kejadian itu dapat menghentikannya.

Pak Sudiarto sekarang sedang bertarung dengan sangat sengit, hingga membuat pak Sudiarto kehabisan banyak tenaga untuk melawan terus monsternya. Disisi lain Bima dan Aria sedang kerepotan untuk memikirkan satu monster lagi yang mengejar mereka sedari tadi, karena tidak ada pilihan lain mereka berdua turun kelantai satu dan secara tidak sadar berlari kearah tempat pak Sudiarto berada.

Pak Sudiarto yang sedari tadi bertarung dengan monster, akhirnya setelah beberapa serangan yang ia lancarkan berhasil membuka dada monster itu yang didalamnya terdapat intinya terlihat dengan sangat jelas. Karena ia menebasnya terlalu kencang sehingga membuat kapak yang ia gunakan menyangkut di pilar gedungnya, tak lama kemudian terdengar suara kegaduhan di salah satu lorong yang tak jauh dari tempat ia berada dan iapun terkejut suara kegaduhan itu disebabkan oleh Bima dan Aria yang dikejar oleh monster.

Melihat monster yang telah pak Sudiarto lawan, Aria berinisiatif menggunakan anak panahnya dan ditembakkan tepat pada "intinya" yang langsung membuat monster itu mati sepenuhnya.

" Maafkan aku pak tapi bisakah kau membantuku menangani monster dibelakang kami?!" Panik Bima.

Setelah jarak pak Sudiarto dan monster yang mengejar Bima dan Aria mendekat, pak Sudiarto mengepalkan tangannya dan memukul monster itu tepat di hidungnya bahkan sampai terjungkal kebelakang.

Tak sia-siakan momentum itu Bima lantas menusukkan tombaknya pada tubuh monster itu hingga membuatnya benar-benar mati seutuhnya, karena keadaan yang semakin gawat Bima, Aria dan pak Sudiarto bergegas keluar dan menjauhi gedungnya beruntung bagi mereka karena sesaat kemudian gedung itu meledak dengan suara yang amat keras.

>Bersambung...

Episodes
1 Bab 1 Hari kehancuran
2 Bab 2 Bertahan hidup
3 Bab 3 Bertahan hidup (2)
4 Bab 4 Terminal
5 Bab 5 Menuju puncak
6 Bab 6 Kembali
7 Bab 7 Anggota baru
8 Bab 8 Bandam Land
9 Bab 9 Sebuah harapan baru
10 Bab 10 Sang pelari
11 Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12 Bab 12 Monster berekor
13 Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14 Bab 14 Tragedi
15 Bab 15 Perpisahan
16 Bab 16 Identitas
17 Bab 17 Reuni
18 Bab 18 Nirwana
19 Bab 19 Harapan
20 Bab 20 Pertarungan
21 Bab 21 Kornea merah
22 Bab 22 Maniak
23 Bab 23 Keluarga
24 Bab 24 Kepercayaan
25 Bab 25 Pekerjaan
26 Bab 26 Menjarah
27 Bab 27 Menguping
28 Bab 28 Aktivitas
29 Bab 29 Penyerbuan
30 Bab 30 Bencana susulan
31 Bab 31 Umpan
32 Bab 32 Teruslah berlari
33 Bab 33 Sidang
34 Bab 34 Kebenaran
35 Bab 35 Dukungan
36 Bab 36 Bekerja keras
37 Bab 37 Keras kepala
38 Bab 38 Topeng gas
39 Bab 39 Penjelajahan
40 Bab 40 Pengintai
41 Bab 41 Bukti
42 Bab 42 Pendatang baru
43 Bab 43 Kecurigaan
44 Bab 44 Penyusup
45 Bab 45 Pertemanan
46 Bab 46 Penyerangan
47 Bab 47 Ketidak pedulian
48 Bab 48 Immortal Projects
49 Bab 49 Kucing liar
50 Bab 50 Daging
51 Bab 51 Gladiator
52 Bab 52 Pertandingan dimulai
53 Bab 53 Cerberus
54 Bab 54 Barbel
55 Bab 55 Sarah
56 Bab 56 Klana
57 Bab 57 Home run
58 Bab 58 Terjerat
59 Bab 59 Akhir Distopia
60 Bab 60 Kripa
61 Bab 61 Rembulan
62 Bab 62 Bahaya baru
63 Bab 63 Pesan
64 Bab 64 Video
65 Bab 65 Bermain dengan api
66 Bab 66 Persiapan
67 Bab 67 Garda depan
68 Bab 68 Kembali lagi
69 Bab 69 Ogre
70 Bab 70 Jaka
71 Bab 71 Emosi
72 Bab 72 Trauma
73 Bab 73 Penyesalan
74 Bab 74 Penentuan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Bab 1 Hari kehancuran
2
Bab 2 Bertahan hidup
3
Bab 3 Bertahan hidup (2)
4
Bab 4 Terminal
5
Bab 5 Menuju puncak
6
Bab 6 Kembali
7
Bab 7 Anggota baru
8
Bab 8 Bandam Land
9
Bab 9 Sebuah harapan baru
10
Bab 10 Sang pelari
11
Bab 11 Sinar bintang di langit malam
12
Bab 12 Monster berekor
13
Bab 13 Pertarungan orang terlatih
14
Bab 14 Tragedi
15
Bab 15 Perpisahan
16
Bab 16 Identitas
17
Bab 17 Reuni
18
Bab 18 Nirwana
19
Bab 19 Harapan
20
Bab 20 Pertarungan
21
Bab 21 Kornea merah
22
Bab 22 Maniak
23
Bab 23 Keluarga
24
Bab 24 Kepercayaan
25
Bab 25 Pekerjaan
26
Bab 26 Menjarah
27
Bab 27 Menguping
28
Bab 28 Aktivitas
29
Bab 29 Penyerbuan
30
Bab 30 Bencana susulan
31
Bab 31 Umpan
32
Bab 32 Teruslah berlari
33
Bab 33 Sidang
34
Bab 34 Kebenaran
35
Bab 35 Dukungan
36
Bab 36 Bekerja keras
37
Bab 37 Keras kepala
38
Bab 38 Topeng gas
39
Bab 39 Penjelajahan
40
Bab 40 Pengintai
41
Bab 41 Bukti
42
Bab 42 Pendatang baru
43
Bab 43 Kecurigaan
44
Bab 44 Penyusup
45
Bab 45 Pertemanan
46
Bab 46 Penyerangan
47
Bab 47 Ketidak pedulian
48
Bab 48 Immortal Projects
49
Bab 49 Kucing liar
50
Bab 50 Daging
51
Bab 51 Gladiator
52
Bab 52 Pertandingan dimulai
53
Bab 53 Cerberus
54
Bab 54 Barbel
55
Bab 55 Sarah
56
Bab 56 Klana
57
Bab 57 Home run
58
Bab 58 Terjerat
59
Bab 59 Akhir Distopia
60
Bab 60 Kripa
61
Bab 61 Rembulan
62
Bab 62 Bahaya baru
63
Bab 63 Pesan
64
Bab 64 Video
65
Bab 65 Bermain dengan api
66
Bab 66 Persiapan
67
Bab 67 Garda depan
68
Bab 68 Kembali lagi
69
Bab 69 Ogre
70
Bab 70 Jaka
71
Bab 71 Emosi
72
Bab 72 Trauma
73
Bab 73 Penyesalan
74
Bab 74 Penentuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!