...***...
Suara teriakan yang amat sangat keras terngiang dengan nada yang tinggi, semua orang ditempat itu merasakan hal yang sama satu sama lain.
" Lari secepat yang kalian bisa!" Teriak pak Sudiarto.
Bima lantas memegang tangan Aria dengan erat dan mengajaknya pergi kearah jalanan yang sepi, sementara yang lain berpisah secara sendiri kearah yang saling berlawanan.
" Ayo Aria, aku pasti akan melindungi mu sebisa mungkin!"
Aria yang mendengar perkataannya merasa tersentuh atas sikap beraninya Bima.
Monster yang telah selesai berteriak melihat kearah Adi yang sedang berlari dengan terengah-engah. Entah apa yang dipikirkan monster itu, ia lantas mengejar Adi dengan tatapan pemburu yang mengejar mangsanya.
Sialan, kenapa monster itu harus mengejar ku sih, agh brengsek lah!.
Bima dan Aria yang sedang berlari, mulai dikejar dengan beberapa monster yang terpancing dengan suara teriakan barusan.
" Agh kenapa jadi banyak begini monster yang mengejar kita?!" Ujar Bima.
" Hei lihat Bima, didepan sana ada SPBU kita mungkin dapat memancing para monster dan meledakkannya disana!"
" Hah... hah... hah... Itu mungkin ide bagus walaupun aku yakin tidak semua monster dapat mati dari ledakan tersebut.
" Yah itu mungkin saja, tapi setidaknya itu dapat memperlambat mereka."
" Baiklah akan aku coba!"
Disisi lain pak Sudiarto sedang berhenti ditengah jalan dengan nafas yang tidak karuan.
" Hah... Sepertinya monster itu tidak mengejar ku."
Saat pak Sudiarto sedang mengambil nafas yang dalam, ia dikejutkan dengan suara ledakan yang sangat keras sehingga membuat gelombang kejut yang besar.
" Apa-apaan itu?"
Pak Sudiarto yang sedang lengah, disergap oleh sesosok monster berotot yang menyeretnya dan melemparkannya kearah tembok.
" Agh... Sial kenapa sih selalu saja aku yang terkena masalah." Keluh pak Sudiarto sembari memegang punggungnya yang sudah agak tua.
Pak Sudiarto pun berdiri dengan susah payah dan melihat monster itu melakukan gerakan seorang petinju.
" Melihat gerakan mu sepertinya dulunya kau itu seorang atlet tinju yah, namun sayang kau malah menjadi seekor monster yang ganas."
Tangan pun telah pak Sudiarto siapkan dan ia melakukan sedikit pemanasan, setelah mereka berdua saling tatap dan menganalisa setiap gerakannya, monster itu mendaratkan pukulan setengah putaran yang mengarah kebagian sisi wajah.
Meskipun pak Sudiarto sempat kaget dengan serangannya, namun ia berhasil menghindar dan membalasnya dengan pukulan uppercut
yang langsung mengenai dagunya hingga terjungkal kebelakang.
" Hei, meskipun umurku sudah berkepala tiga tapi diriku ini masihlah seorang mantan tentara yang terlatih."
Setelah serangan barusan, monster itu lantas membenarkan rahangnya yang bengkok menjadi lurus kembali.
Karena tau kalau pak Sudiarto adalah orang terlatih, monster itu menjaga jaraknya dengan tatapan yang penuh ambisi.
Monster itu menyiapkan kembali kuda-kudanya dan kembali menganalisa gerakan pak Sudiarto.
Pak Sudiarto dan monster itu berjalan memutar dengan saling tatap, pak Sudiarto pun mulai agak canggung karena semakin lama ia bertarung maka semakin sedikit kesempatannya untuk menang.
Meskipun pak Sudiarto seorang yang terlatih, namun monster tetaplah monster. Dari segi energi dan ketahanan tubuh, masih lebih unggul monster itu dibandingkan dirinya.
Pak Sudiarto ingin sekali menggunakan pistol yang ia bawa itu, namun ia yakin kalau monster itu tidak akan membiarkannya walau hannya menyentuhnya saja.
Setelah analisa yang cukup panjang, monster itu kemudian melancarkan sebuah pukulan lurus dan lugas dengan kekuatan yang sangat kuat, pak Sudiarto sangat beruntung bisa menghindarinya karena jika saja ia terkena serangan itu ia yakin akan mengalami patah tulang yang sangat parah.
Setelah menghindarinya pak Sudiarto lantas melancarkan serangan balik yang mengarah ke ***********, lantas monster itu menunduk karena kesakitan dan pak Sudiarto melancarkan kembali sebuah serangan yang dilancarkan dari atas kebawah hingga membuat monster itu terjatuh ke tanah.
Dirasa ada kesempatan pak Sudiarto pergi melarikan diri kedalam sebuah gedung kecil dan bersembunyi di salah satu ruangan.
Monster itu pun bangkit dengan perasaan marah hingga mengerutkan dahinya, melihat pak Sudiarto telah hilang monster itu mengeluarkan teriakan yang menandakan perasaan kesal.
Pak Sudiarto yang bersembunyi sedang menyiapkan peluru pistolnya agar siap untuk dipakai.
Saat ia sedang terburu-buru memasukkan peluru, Pak Sudiarto dikagetkan dengan suara pintu yang dibanting dengan keras.
Mendengarnya pak Sudiarto lantas mengeluarkan sebilah pisau dan merogoh sebuah benda yang berada dalam tasnya, dirasa semua persiapan telah selesai ia pun keluar dari persembunyiannya dan menunggu didalam ruangan dengan rencana yang matang.
Suara langkah kaki pun telah terdengar semakin mendekat. Saat suara itu berada tepat dibalik pintu, pak Sudiarto pun dikagetkan dengan sebuah pintu yang terlempar ke sampingnya.
Monster itu pun menatap pak Sudiarto seolah-olah mengatakan.
" Aku akhirnya menemukanmu." Dengan wajah yang tersenyum puas.
Pak Sudiarto menggenggam erat sebuah benda dan berlari kearah monster itu, monster tersebut lantas melancarkan kembali sebuah pukulan lurus mengarah pada pak Sudiarto.
Pak Sudiarto pun menghindarinya dan menancapkan benda tersebut tepat di dada monster tersebut, ternyata benda itu merupakan sebuah pisau yang telah direkatkan dengan granat.
Pak Sudiarto berlari ke arah luar dari ruangan itu dengan memegang sebuah benang yang diikatkan ke sebuah pemicu, setelah jarak yang cukup benang tersebut kemudian ketarik yang membuat pemicu itu terlepas dan meledak.
Setelah ledakan selesai, pak Sudiarto berlari kembali ketempat monster itu berada dan menembak intinya hingga hancur.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments