...***...
Setelah Adi berhasil membunuh monster berekor tersebut, ia langsung menghampiri Deo yang tengah sekarat akibat dari tusukan monster berekor tersebut.
" Hei... Deo bertahanlah... Kau harus kuat Deo setelah kita berhasil mengambil kendaraan, kita pasti akan pergi ketempat yang disebutkan dalam radio... Kumohon Deo, aku tidak bisa kehilangan keluarga lagi..." Ujar Adi dengan air mata yang menetas dari matanya.
" Ka-kak... I-Ini sakit sekali... Aku tidak ingin menjadi monster..."
" Hei bertahanlah, kita pasti akan mencari cara untuk menyelamatkan mu..."
" Tidak apa-apa kak... Aku ingin mati sebagai manusia... Kumohon kak, tolong."
" Apa yang kau bicarakan Deo, pasti diluar sana akan ada obat dan orang yang dapat menyembuhkan mu!"
" Tak apa kak, ini satu-satunya hal terakhir yang kuinginkan..."
Adi yang sedari tadi menangis, mengusap matanya dan berdiri menghampiri pak Sudiarto.
" Pak, maaf jika aku terkesan egois tapi aku tidak bisa memenuhi keinginannya... Jadi tolong akhiri penderitaan Deo tanpa rasa sakit."
" ... Baiklah serahkan padaku." Tanggap pak Sudiarto dengan nada rendah.
Pak Sudiarto pun mendekati Deo yang sedang tergeletak dengan memegang sebuah pistol ditangannya, sedangkan Adi hanya bisa berdiri mematung.
Suara tembakan pun terdengar, peluru yang ditembakkan pak Sudiarto tepat mengenai kepala yang membuatnya mati seketika.
Adi yang mendengarnya langsung berlutut dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, setelahnya ia pun menangis sejadi-jadinya.
Bima dan yang lainnya hanya bisa merangkul pundak Adi dan mengusap punggungnya untuk menenangkan Adi, dengan insiden yang telah terjadi mereka semua tidak bisa berkata-kata atas apa yang dialami Adi.
Karena keadaan yang mulai tenang, mereka semua membawa Adi ke salah satu ruko tak jauh dari mereka berada sebelumnya.
Setelah Adi cukup tenang dan sudah ikhlas atas kepergian Deo, Adi mengatakan kepada Bima dan yang lainnya jika ia tidak dapat lagi bergabung ke dalam kelompoknya.
" Apa maksudmu Adi, kita harus ke desa Ciptaharja bersama-sama!" Ujar pak Sudiarto.
" Benar apa yang dikatakan pak Sudiarto, kau tidak boleh putus semangat." Ucap Bima.
" Ya... Aku tau tapi, alasanku untuk pergi kesana sudah hilang, aku tidak dapat melanjutkan perjalanan."
" Dan jangan khawatir kawan-kawan, aku akan tetap bertahan di dalam kota dan menuntun orang-orang yang selamat."
" Bagaimana ini pak?" Tanya Bima.
" Apa kau yakin Adi, keputusan mu itu sangat beresiko apalagi kau pasti akan sendirian."
" Tak apa pak... Aku sudah memutuskannya."
" Hah... Sepertinya kau sudah memiliki tekat yang kuat yah."
" Ya... Begitulah."
" Begitu... Jadi, kau tidak akan merubah keputusan mu meskipun sudah dibujuk."
" Maafkan aku pak."
Pada saat pak Sudiarto dan Adi sedang berbincang, Aria melihat bayangan seseorang diatas salah satu gedung.
" Ada apa Aria?" Tanya Bima.
" Aku tadi melihat seseorang diatas gedung itu." Tunjuk Aria.
" Apa kau yakin?"
" Yah aku yakin, kau tau kan kalau aku memiliki mata yang tajam."
" ... Kau benar sih, jadi yang kulihat sebelumnya itu bukan halusinasi yah."
Beralih kembali ke pak Sudiarto, setelah ia dan Adi berbincang sebentar atas keputusan yang Adi pilih, pak Sudiarto memutuskan untuk menerima keputusan tersebut karena ia tidak bisa terus memaksa Adi untuk ikut dengannya.
" Baiklah aku paham dengan keputusan mu, tapi kami akan membantumu untuk memakamkan Deo dengan layak."
" Terimakasih pak."
Setelah mengadakan pemakaman untuk Deo, Adi membawa tasnya dan berpamitan dengan yang lainnya.
" Hari sudah semakin larut, kita harus pergi secepatnya." Ujar pak Sudiarto.
" Baik." Seru Bima.
Disebuah lorong yang gelap ditengah malam, terlihat orang misterius itu mendatangi seseorang yang memiliki tingkah laku yang aneh.
" Yo, kita bertemu lagi yah subjek ku yang berharga."
Mendengar perkataannya, seorang pria yang berada dalam kegelapan menyerang orang misterius itu dengan tentakel yang keluar dari tangannya.
" Wow tenanglah kawan, janganlah kau menyerang tiba-tiba."
" Hmm... Bajumu ternyata sudah compang-camping yah, lihatlah aku membawa sehelai kain putih untukmu."
" Karena kau adalah orang yang tidak bisa diatur, kurasa aku cuma bisa memasangkan kain ini sebisanya."
Malam yang gelap pun terlewati, Bima dan yang lainnya bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya ke markas militer untuk mengambil kendaraan.
" Oke, makanan siap, senter siap, air minum siap, senjata dan peluru pun siap, sepertinya sudah semuanya terkemas pak!" Seru Bima.
" Baiklah, sekarang kita akan melanjutkan perjalanannya."
" Baiklah pak!" Teriak Bima dan Aria.
Mereka melanjutkan perjalanannya menuju ke barat dengan perlengkapan yang sudah siap, sekarang mereka hanya harus melewati perjalanan sepanjang beberapa kilometer.
Tanpa mereka sadari, di arah kejauhan terdapat seorang pria yang tertutupi kain putih yang sedang mengintai Bima di dalam sebuah gedung yang rusak.
> Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments