...***...
Setelah ledakan besar yang diakibatkan oleh Bima, sepertiga monster yang mengejar telah hancur bersama dengan intinya.
Bima dan Aria mengalami luka ringan akibat gelombang kejut sebelumnya, sementara itu monster yang masih hidup mulai meregenerasi beberapa bagian tubuhnya yang hancur akibat ledakan.
" Sebaiknya kita harus segera pergi Bima."
" Ya kau benar, kita harus bergegas."
Sementara itu Adi yang masih dikejar oleh monster berekor itu sedang kewalahan karena kehabisan tenaga.
Monster itu mengejar Adi dengan merayap di dinding dengan sebuah cairan yang menetes dari ujung ekornya.
Setelah jarak yang agak dekat, monster itu melompat dan menyerang dengan cakarnya yang tajam.
Saat Adi sedang kewalahan, ia pun mengambil sebuah pintu mobil dan mengarahkannya ke monster itu.
" Agh... Dasar kau monster sialan!" Adi pun melemparkan monster itu hingga membuatnya tersungkur.
Monster itu menatap tajam Adi dengan merangkak secara perlahan dan memutari nya.
Adi menatap kembali monster itu dengan berlindung pada sebuah pintu mobil yang penyok dan bekas cakaran yang sangat merusak.
Setelah saling tatap menatap, monster tersebut mengarahkan ekornya ke depan dan menunjukkan taringnya yang penuh liur.
Di sisi lain Bima dan Aria berlari tanpa tujuan di dalam sebuah gedung perkantoran yang porak poranda dengan kertas dokumen yang berserakan dilantai.
" Apa kau tidak apa-apa Bima?"
" Yah, aku tak apa-apa."
" Apa maksudmu, lihat tangan kananmu terluka karena serpihan kaca."
" Sini, berikan tangan mu akan ku beri pertolongan pertama."
" Ah... Aku tidak sadar kalau sudah terluka, maaf merepotkan mu."
" Seharusnya kau lebih memerhatikan tubuhmu, bagaimana jika luka ini terinfeksi."
Bima hanya bisa tersenyum dan tak bisa berkata-kata karena ia sangat bersyukur dapat bertemu seseorang seperti Aria.
" Nah luka mu sudah ditangani, sekarang sebaiknya kita beristirahat sebentar untuk memulihkan tenaga kita."
Selesai beristirahat dalam beberapa menit, mereka berdua lanjut berjalan dan melihat keadaan diluar dari dalam gedung.
Setelah melihat dan mengecek, ada sebuah ledakan di salah satu gedung tepat pak Sudiarto berada.
" Tunggu, dari arah sana kan jalan pak Sudiarto pergi."
" Kau benar Bima, semoga saja dia baik-baik saja."
" Yah kau benar, kita harus segera bergegas dan menolong mereka semua."
Saat Aria pergi, Bima sempat teralihkan oleh bayangan seseorang dari atas gedung tak jauh dari mereka berada.
" Ada apa Bima?"
" Tidak apa-apa, sepertinya aku salah lihat."
Di dalam sebuah gang yang kotor, Deo sedang menarik nafasnya karena kecapean akibat terus-menerus berlari tanpa arah.
" Hah... Dimana yang lainnya?"
Deo pun berjalan menuju jalan utama sembari melihat-lihat kearah sekitar dengan perasaan waspada.
Sesampainya di jalan utama, ia melihat Adi sedang berhadapan dengan monster berekor yang terus-menerus mengarahkan cakar dan ekornya kepada Adi.
Kak Adi? Sial, ternyata dia mengejar kakak. Batin Deo dengan rasa khawatir dan tak berdaya karena ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Adi bersusah bayah menghindari serangan ekornya dengan pintu mobil yang sudah rusak parah, ia mengerutkan dahinya karena rasa kesal akibat monster itu.
Saat Adi berfokus dalam menghindari serangan, ia melihat Deo dari pantulan spion pada pintu mobil tersebut.
Sial, aku harus terus menahan monster ini agar ia tidak menyerang Deo. Batin Adi dengan wajah yang berlumuran keringat.
Beberapa saat setelah menyerang terus-menerus, monster itu secara tidak sengaja melihat Deo yang berada di trotoar.
Monster itu pun berlari kearah Deo dan melompat dengan cakar tajamnya.
" Cepatlah pergi Deo!"
Tak disangka monster itu tiba-tiba terlempar akibat pak Sudiarto memukulnya dengan sangat keras, akibat pukulannya monster itu memasang ekspresi marah kepada pak Sudiarto.
" Hah, jika kau ingin bertarung maka lawanlah musuh yang setara dengan mu."
Monster itu pun menyerang pak Sudiarto sembari berteriak dengan nada tinggi, ia pun mengarahkan ekornya kepada pak Sudiarto.
Pak Sudiarto pun, menghindarinya dan memegang ekor monster itu dan melemparnya.
Karena serang itu, monster tersebut tambah marah dan dari tubuhnya mulai berubah warna menjadi keunguan. Bukan hannya warna tubuhnya saja, tetapi beberapa bagian tubuhnya mulai berubah bentuk dan dipenuhi dengan duri-duri yang tajam.
" Hahaha, kau pasti bercanda kan?" Tanya Adi.
" Sepertinya ini akan menjadi tambah berbahaya, Deo cepatlah bersembunyi dari tempat ini." Ujar pak Sudiarto.
Namun tak berselang lama, monster tersebut mulai menyerang Adi dan pak Sudiarto hingga membuatnya terlempar cukup jauh.
Tak berselang lama monster itu berhasil mengejar Deo dan menusukkan ekornya tepat diperutnya hingga berlubang.
" Deo!!"
Adi pun marah sejadi-jadinya dan berlari ketempat Deo dengan menghajar monster itu dengan pintu mobil yang sedang ia pegang.
Monster tadi yang tersungkur, bangkit kembali dan ingin menyerang Adi dengan ekornya.
Namun suara tembakan pun terdengar dan membuat ekor monster tadi terputus, monster itu pun marah dan melihat Aria yang barusan dengan sniper nya.
" Adi tangkap tombak ku ini!" Teriak Bima.
Adi pun berhasil menangkapnya dan mulai menyerang monster itu dengan tombak yang barusan ia dapat, Aria pun ikut membantu dengan menembaki kaki monster tersebut dengan sniper dari atas gedung.
" Agh... Rasakan ini monster brengsek!"
Adi pun berhasil menusukkan tombaknya tepat di dada monster itu, pak Sudiarto pun mengunakan kapaknya yang sempat terjatuh ditengah jalan dan mengayunkannya hingga membuat kepala monster itu terputus, setelahnya pun pak Sudiarto mengarahkan kapaknya di perut monster itu.
>Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments