The Rebirth Of The Vengeance
Hujan rintik-rintik mewarnai seisi kota, langit yang tadinya biru cerah dengan awan putih bersih di mana-mana kini tidak terlihat lagi. Di sebuah rumah mewah seorang gadis cantik sedang memilih pakaian terbaik yang dia miliki, dia terus tersenyum dengan mata menyipit.
"Ah aku sudah tidak sabar," ujarnya dengan gembira.
Satu-persatu pakaian di lemari besar itu dia keluarkan dan dicoba, semua pakaian yang tidak sesuai dengan selerang dilempar begitu saja di lantai maupun tempat tidur.
"Kenapa tidak ada pakaianku yang bagus?" Entah pada siapa dia bertanya tapi bibirnya terus menggumamkan kata-kata tidak senang.
"Ah yang ini," ujarnya senang.
Dia mengambil sehelai pakaian berwarna putih yang tergantung dengan rapi di belakang baju yang lain, dia langsung masuk ke kamar mandi bersama gaun itu lalu keluar dengan wajah berseri-seri. Gaun putih selutut itu tampak cocok dengan usianya, dia terlihat cantik dan menarik, apalagi lengan gaun itu terbuka memperlihatkan kulit putih bersih miliknya.
Diambilnya tas mahal yang ada di lemari khusus tas, begitu juga sepatu senada dengan gaunnya yang terpajang di lemari kaca dekat lemari tas. Berbagai warna tas dan sepatu tersusun rapi di sana dengan kualitas yang sudah dijamin bagus dan harga setiap barangnya sangat fantastis.
"Anda mau ke mana, Nona?" Seorang pelayan tua menghentikan wanita itu, pakaian yang dia gunakan tampak jauh berbeda dengan pelayan lain yang menandakan kalau jabatannya lebih tinggi dari yang lainnya.
"Keluar, memangnya kenapa?" tanyanya dengan sedikit tidak senang.
Hari ini tidak ada yang akan bisa mencegahnya untuk bertemu kekasih hatinya, dia akan menemui sang kekasih dalam keadaan terbaik dan penuh keceriaan hari ini.
"Keluar ke mana? Bukankah Anda memiliki jadwal makan bersama dengan keluarga besar Anda hari ini?" tanya si pelayan dengan ramah.
Hari ini dia harus mencegah nonanya untuk pergi meninggalkan rumah, nona yang dilihatnya tumbuh kembang sejak kecil sudah tujuh tahun itu hidup mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi.
"Aku tidak bisa, aku harus pergi sekarang juga, sampai jumpa." Si wanita tidak lagi peduli.
Dia berlari dengan kencang menuju ke halaman menaiki mobil mewahnya untuk menuju bandara, dia sudah tidak sabar untuk bertemu belahan jiwanya. Pria yang sudah menemani dia tujuh tahun ini, dia akan memberikan kejutan yang menyenangkan dan pasti kekasihnya akan terkejut bukan main.
Beberapa orang dengan pakaian hitam langsung mengejar wanita itu, mereka mengikuti ke mana wanita itu hingga sampai di bandara. Orang-orang itu langsung mencegah si wanita, adegan itu membuat beberapa orang berhenti dari perjalanannya atau pekerjaan yang sedang mereka lakukan.
"Kembalilah, Nona Kim! Sudah saatnya Anda mewarisi perusahaan keluarga Anda, jangan bermain-main lagi! Kakek Anda sudah lelah melihat tingkah kekanak-kanakan Anda," ujar salah satu dari orang berpakaian hitam itu.
Kimberly menggeleng, mana mungkin dia mau pulang ke rumahnya begitu saja sebelum niatnya tercapai. Hari ini dia akan memberikan kejutan besar untuk pacarnya.
"Aku akan kembali lagi nanti, hari ini pacarku ulang tahun dan aku ingin merayakan ulang tahunnya bersama. Jangan halangi aku atau kalian akan kupecat," ancam Kimberly dengan mata melotot.
"Bagaimana kalau kami mengikuti Anda? Pasti dia akan semakin terkejut, kami tidak akan menggangu kesibukan Anda selama di sana. Kami benar-benar hanya ingin menjaga Anda saja," ujar pria itu tidak kehabisan ide.
Hari ini mereka tidak bisa lagi kehilangan jejak Kimberly, sudah cukup mereka dimarahi oleh kakek Kimberly dan dianggap lalai menjaga Kimberly.
"Pacar Anda pasti percaya dengan apa yang Anda katakan setelah dia melihat kami," tambahnya lagi takut Kimberly akan menolak tawarannya.
Kimberly tampak berpikir, pada akhirnya dia mengangguk lalu naik ke pesawat pribadi milik keluarganya diikuti oleh orang-orang berpakaian hitam.
Sepanjang jalan Kimberly terus tersenyum senang, dia tidak sabar untuk memberikan kejutan terindah untuk sang pacar. Dia juga sudah membeli hadiah yang sangat murah hati, impiannya untuk hidup bahagia dengan sang pacar membuat dia sudah tidak sabar untuk segera sampai.
Setelah pesawat mendarat Kimberly langsung naik ke taksi yang berjejer di sana, pria berbaju hitam juga menaiki taksi dan iring-iringan kendaraan taksi pun terjadi. Kimberly menuju ke apartemen sang kekasih, sesampainya di sana dia dengan jantung berdebar menekan kode.
Betapa terkejutnya Kimberly saat menemukan pakaian pria dan wanita berserakan di ruang tamu, suara-suara samar kemesraan diikuti erangan lembut penuh gairah menggiring Kimberly menuju ke kamar sang kekasih.
Suara erangan semakin kuat terdengar saat langkah kaki Kimberly semakin dekat, kemarahan Kimberly meningkat dia langsung mendobrak masuk ke dalam kamar itu. Saat Kimberly berniat membuka pintu suara percakapan terdengar di sela suara kemesraan pasangan itu.
"Apa ini akan baik-baik saja? Bagaimana kalau Kimberly tahu hubungan kita? Dia pasti sedih dan kecewa," ujar wanita itu dengan nada bersalah tapi wajahnya tidak menular kesedihan sama sekali.
"Tidak perlu memikirkan dia, dia hanya gadis miskin yang tidak memiliki dukungan. Dia juga tidak terlihat bekerja, apa yang perlu kau pikirkan, dia hanya menyusahkan kita saja." Si pacar langsung memberikan jawaban.
Dia mendengus dingin dengan tidak senang, dia kembali menggerakkan tubuh membuat mata si wanita terpejam.
"Tapi aku merasa bersalah padanya," tutur si wanita lagi tanpa membuka matanya.
"Tidak perlu perlu merasa bersalah, gadis miskin seperti dirinya tidak pantas untuk dikasihani. Aku akan memutuskan hubungan dengan dirinya secepat mungkin, agar kau tidak merasa bersalah lagi." Sekali lagi, kata-kata tidak bersahabat keluar dari bibir pria itu.
Emosi Kimberly meningkat, dia tidak mengira yang menjadi kekasihnya akan berbicara buruk seperti itu padanya, Kimberly mendorong pintu dengan kuat, tangannya memegang senjata dan mengarahkan senjata itu ke depan.
"Kau, apa yang kau lakukan?" tanya pasangan itu dengan ekspresi terkejut.
Mereka langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh tanpa busana mereka,
Jantung Kimberly serasa diremas oleh tangan tak kasat mata, pria yang dia cintai serta sahabat yang sudah dia anggap saudara mengkhianati dirinya dengan cara yang kejam dan tanpa perasaan.
"Menurutmu apa yang akan aku lakukan?" tanya Kimberly dengan mata melotot.
Air mata yang tadi hampir jatuh langsung hilang berganti dengan kebencian dan kemarahan.
"Kau tidak akan berani, bagus kau sudah datang. Ada hal penting yang ingin aku beritahu kan padamu," ujar lelaki itu dengan ekspresi puas.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya si wanita berusaha untuk meredam emosinya.
Tangannya yang memegang pistol tetap mengarah ke depan, dia tidak berniat untuk menurunkan senjatanya sama sekali.
"Aku ingin putus hubungan denganmu, aku sudah tidak ingin ada hubungan dalam bentuk apapun lagi." Dengan percaya diri si pria mengungkapkan keinginan hatinya.
"Mengapa? Apa yang salah? Bukankah kita baik-baik saja selama ini? Kau dan aku tidak mengalami pertengkaran apapun," ujar Kimberly dengan suara pelan.
Dia tidak habis pikir dengan permasalahan yang terjadi saat ini, dia sendiri bingung kesalahan apa yang sudah dia perbuat hingga membuat sang kekasih melakukan semua ini padanya.
"Kau masih bertanya mengapa ha? Aku ini putra dari sebuah perusahaan yang peringkatnya 20 di negara ini, sedangkan kau, heh, apa yang kau miliki ha? Kau tidak memiliki apa-apa, kita jauh berbeda dan tidak sebanding." Lelaki itu memandang Kimberly dengan jijik.
Jelas kalau dia merendahkan Kimberly, dia bahkan tidak menyadari pakaian dan perlengkapan yang Kimberly pakai sekarang. Kemarahan Kimberly langsung reda saat itu juga, padahal saat perusahaan si pria hampir bangkrut dialah yang telah membantu perusahaan itu agar bangkit kembali secara diam-diam.
Kimberly mengarahkan pistol yang dipegangnya ke sang sahabat, "kenapa kau memilihnya? Apa yang lebih baik darinya hingga kau berpaling padanya dan meninggalkan aku?"
Kekasih Kimberly langsung memasang badan untuk melindungi teman ranjangnya itu, dia mendengus jijik mencemooh Kimberly tanpa perasaan bersalah sama sekali.
"Kau masih bertanya kurangnya dirimu di mana? Kau punya cermin tidak? Dia lebih mulia dari dirimu, dia memiliki perusahaan yang sebanding dengan diriku. Kami sebanding dan jauh berbeda darimu," ejeknya.
Padahal wajah si sahabat biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, dia terlihat cantik hanya karena make-up yang digunakan.
Saat perdebatan itu akan dilanjutkan beberapa pria berpakaian hitam yang menemani Kimberly tadi ikut masuk, mereka mengelilingi Kimberly seperti sedang membuat perlindungan. Sebagian lagi mengepung pasangan itu, mereka mengacungkan senjata di tangan mereka ke arah ke-dua orang itu.
"Anda mau mereka diapakan, Nona? Kita singkirkan saja atau menyiksa mereka dengan buruk? Mereka tidak ada bandingannya dengan Anda, Nona!" Salah satu dari pria berpakaian hitam bertanya pada Kimberly membuat kedua orang itu terperangah tidak percaya.
Wajah keduanya memutih, mereka tidak tahu kalau Kimberly akan memiliki pengawal sebanyak ini.
"Tidak perlu! Biarkan saja mereka, kita tidak perlu mengotori tangan untuk orang-orang seperti mereka. Hanya membuang energi dan tenaga," ejek Kimberly mengibaskan tangannya seolah menyuruh orang-orang berbaju hitam untuk menjauhi pasangan itu.
Mengetahui perbedaan status mereka, si pria langsung mendorong sahabat Kimberly menjauh. Tangannya terulur ke depan berharap untuk bisa memeluk Kimberly namun Kimberly langsung menepis tangan itu, pria berbaju hitam juga langsung mendorong mantan kekasih Kimberly untuk menjauh.
Kimberly menatap mantan kekasihnya itu dengan jijik, mungkin selama ini dia telah buta hingga mau berpacaran dengan pria itu. Kimberly mundur lalu pergi dari sana dengan cepat, Kimberly tidak ingin berhubungan lagi dengan dua orang yang telah merusak kepercayaannya ini.
Hari ini jalanan terasa sepi, Kimberly memacu kendaraannya meninggalkan halaman rumah. Dia ingin mengikuti balapan mobil bersama teman-temannya, Kimberly sudah ditunggu oleh teman-temannya di tempat balap dan beberapa puluh pesan sudah masuk ke teleponnya menanyakan di mana Kimberly berada saat ini.
Suasana jalan yang sangat lengang membuat Kimberly merasa sedikit heran namun tidak mengambil hati akan semua itu, dia terus melajukan kendaraannya agar segera sampai. Sayangnya, sebuah cahaya merah mengarah ke tubuh Kimberly dari kendaraan depan yang entah muncul dari mana karena Kimberly hanya fokus pada jalanan saja.
Hal itu terjadi secara bersamaan dengan kalung yang Kimberly pakai memancarkan cahaya biru aneh, belum sempat Kimberly melakukan apa-apa mobilnya meledak dengan hebat.
Api besar langsung melahap seluruh kendaraan menghanguskan mobil Kimberly hingga tidak bersisa. Mobil di depan langsung menghilang tanpa jejak meninggalkan Kimberly begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Shai'er
kok bisa......
2023-04-27
1
Shai'er
😱😱😱😱😱😱😞
2023-04-27
0
Shai'er
mantap👍👍👍
2023-04-27
0