Kimberly masuk ke dalam tempat itu, dia memandang seluruh ruangan dia mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan memilih untuk duduk di lantai agar tidak mengotori tempat itu dengan darahnya. Melihat apa yang Kimberly lakukan alis pria itu naik sebelah, dia penasaran dengan apa yang Kimberly inginkan dan tujuan Kimberly datang ke sana, sedangkan Kimberly masuk ke ruangan itu berniat untuk mengobati lukanya.
Biasanya setelah menentukan harga mereka akan saling bertukar informasi, sayangnya Kimberly tampak tidak berniat melakukan semua itu. Mata Kimberly bersinar cerah saat melihat isi ruangan itu, dia yang sangat menyukai barang mewah dan mahal tentunya tahu harga semua harga barang itu.
Beberapa benda mewah dengan harga fantastis diletakkan di dalam kotak kaca dekat dinding, bukan hanya itu saja ada juga lukisan mahal yang digandrungi oleh beberapa orang. Semua belum disimpan dan tampak baru saja didapatkan, ada beberapa barang yang Kimberly tahu dan dia dulu juga sangat menginginkan benda itu.
'Apa wanita ingin merayuku? Berani sekali dia? Apa dia tidak sadar dengan umurnya?' batin pria itu sembari melihat ke arah punggung Kimberly.
Tubuh kecil Kimberly terlihat kurus dan ringkih, kulit tangannya bukan putih mulus melainkan putih pucat. Meski badannya cukup bagus dibanding teman seusianya tapi tetap saja dia berbeda jauh dengan wanita yang pernah mendekati dirinya.
Rambut panjang Kimberly tampak kokoh dan terawat, selain itu tidak ada kotoran yang terlihat dari rambut panjang Kimberly. Hanya saja rambut itu terlihat tidak rapi dan sangat berantakan, pria itu mendecakkan lidahnya bingung dengan apa yang ada di otak kecil Kimberly.
Dua orang dengan kesalahpahaman itu tampak larut dalam pemikiran masing-masing, satu dengan kepercayaan diri tingkat tingginya dan satu lagi dengan pemikiran untuk mengobati lukanya. Kimberly masuk ke tempat itu hanya untuk memberikan pertolongan pertama pada luka di tubuhnya, dia berpikir kalau pria di depannya sangat baik hati hingga mengizinkannya masuk tanpa bertanya apapun.
"Apakah di sini ada obat?" tanya Kimberly pada pria itu sembari menengok ke belakang.
Rambut panjangnya ikut bergerak dan bergoyang, Kimberly tampak manis dan menawan dalam satu waktu hanya saja karena pemikiran yang berbeda pria itu tidak memperhatikan gerakan Kimberly dan lebih fokus pada apa yang Kimberly tanyakan padanya.
"Apakah perlu obat? Apakah kau sangat menginginkannya?" tanya pria itu dengan bibir kanan sedikit terangkat.
Dia jelas mencemooh pertanyaan Kimberly padahal yang Kimberly butuhkan saat ini bukan obat untuk membangkitkan gairah tapi obat untuk mengurangi rasa sakit yang menggerayangi tubuhnya.
Kimberly yang tidak mengerti arah pembicaraan pria itu tidak memberikan jawaban, rasa sakit di tubuhnya sudah tidak mampu dia tahan lagi. Dia bahkan menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit, namun gerakan itu malah dianggap oleh si pria untuk menggoda dirinya.
Kimberly yang tidak tahu apa dipikiran pria itu mengepalkan tangan melihat sekelilingnya dengan bibir mengerucut.
'Cih, apa yang diinginkan oleh wanita ini sebenarnya? Apa dia sangat ingin naik ke tempat tidurku? Berapa usianya sekarang? Apa karena gaya hidup anak muda sekarang rela melakukan apa saja untuk mendapatkan uang?' tanya pria itu di dalam hati.
Dia melirik Kimberly dari atas ke bawah menilai berapa usia Kimberly dan tersenyum meremehkan.
Kimberly melihat sekeliling ruangan dan menemukan anggur merah yang tersusun rapi di sampingnya, jemari Kimberly menunjuk ke botol anggur lalu menengok ke arah pria itu, dengan senyum manis tanpa rasa bersalah sama sekali.
Bibirnya yang tadi digigit dengan keras tampak merah namun tidak mengeluarkan darah sama sekali, Kimberly menatap dengan mata berair memohon agar pria di depannya memenuhi keinginannya.
Pria itu berjalan mendekat ke arah Kimberly hingga jarak di antara mereka begitu dekat, Kimberly mundur sedikit menengadah untuk bisa bertemu dengan tatapan mata elang pria di hadapannya. Pria itu sungguh tidak habis pikir dengan apa yang Kimberly lakukan, baru kali ini dia bertemu dengan wanita pemberani yang begitu terang-terangan ingin menaiki tempat tidurnya.
Selama ini banyak wanita yang ingin tidur dengannya tapi Kimberly adalah orang pertama yang berani masuk ke dalam kamarnya. Berbagai macam cara dilakukan oleh para wanita ini untuk menggodanya, ada yang mencampur minumannya dengan obat perangsang.
Ada yang berpura-pura mabuk dan jatuh padanya, ada yang meminta tumpangan dan ada juga yang langsung memperlihatkan bentuk tubuhnya. Hanya saja cara yang Kimberly gunakan jauh berbeda dengan cara para wanita itu.
'Bukankah tidur bersama adalah hal yang biasa? Dan sepertinya dia juga sudah sering melakukan ini dengan beberapa pria, lalu apa salahnya aku mencoba, aku hanya mengikuti apa yang dia inginkan.' pria itu berbicara di dalam hati.
Dia menganggap semua wanita itu sama dan ingin tahu seberapa beraninya wanita kecil di depannya.
Senyum aneh tercipta di bibir pria itu seolah dia sedang memikirkan sesuatu namun Kimberly tidak tahu ke mana arah pikiran pria di depannya.
"Bolehkah aku mengambil ini?" tanya Kimberly pelan dengan nada seperti berbisik.
Karena tidak ada obat di sekitar tempat itu Kimberly terpaksa menggunakan anggur merah untuk menghilangkan kuman dan virus yang ada pada lukanya. Dia benar-benar sudah tidak sanggup lagi menahan sakit yang begitu menyiksa.
"Kau masih kecil jangan minum sembarangan?" ujar pria itu tidak senang. 'Apa karena aku mengatakan tidak ada obat sehingga dia ingin mabuk dulu baru mengajakku menyentuh tubuhnya.' Pria itu membatin.
"Kau benar aku memang masih kecil," angguknya dengan santai tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Kimberly melihat sekeliling ruangan tapi dia tidak menemukan tempat untuk berganti pakaian, dia melirik pria di depannya ragu untuk mengucapkan apa yang ada di dalam hatinya.
"Bolehkah aku meminjam kamar mandimu sebentar?" tanya Kimberly dengan kepala menunduk sebenarnya dia merasa sangat tidak nyaman.
"Tidak," jawab pria itu cepat dia ingin melihat apa rencana Kimberly dan seperti apa Kimberly berniat merayu dirinya.
'Ah, mungkin dia takut aku akan mencuri barang-barang miliknya.' Kimberly menganggukkan kepala pertanda paham dengan apa yang tidak dikatakan oleh pria di depannya secara terbuka.
'Bagaimana ini? Aku sudah tidak mampu menahan rasa sakitnya lagi, kalau ini dibiarkan lama-lama pasti lukanya bertambah parah.' Kimberly tampak ragu-ragu.
Karena di tangannya sudah ada anggur merah Kimberly melepas jaket yang dia kenakan.
"Terima kasih," ucap Kimberly atas bantuan yang diberikan pria di depannya.
Mulut pria itu terbuka sedikit, tubuhnya refleks mundur selangkah ke belakang saat melihat Kimberly melepas pakaian yang dikenakannya begitu saja.
'Apakah wanita ini gila? Demi sedikit uang dia rela melakukan apa saja,' batinnya lagi saat melihat keberanian Kimberly.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Septi Verawati
wah si cowok pikirannya bener2 piktor 👻👻👻🥴🥴
2023-01-16
1
mayra
pikiran si laki udah melanglang buana 🤣🤣🤣
2022-12-11
1
Septyka Wahyu
wkwkwkwkw yg laki pikiran nya udah kmna mana dan akhirnya zonk🤣🤣🤣
2022-10-14
0