Setelah menghitung jarak dan waktu tempuh yang perlu digunakan serta pergerakan si pencuri Kimberly mengarahkan pistol yang dipegangnya, dengan sekali tembak Kimberly berhasil menanamkan timah panas pada jantung pria itu.
"Wah, dia sangat hebat." Puji si bawahan.
"Dia menembak dengan tepat dan juga sangat terarah, gerakan dan cara dia memegang pistol tidak seperti seorang pemula. Apakah dia sangat berpengalaman dalam hal ini?" Yang lain memuji dengan sangat bersemangat.
Kimberly tidak memberikan jawaban, dia menyerahkan pistol itu lagi pada pemiliknya, sebenarnya sebelum meninggal dunia Kimberly adalah seorang penembak jitu, dia menyembunyikan identitas dan kehebatannya karena tidak ingin orang lain tahu.
Bahkan keluarganya sendiri tidak mengetahui pekerjaan apa yang dia lakukan, Kimberly berhasil menutupinya dengan baik bahkan tidak ada yang menaruh curiga padanya.
Di tengah sorak-sorai pujian yang diterimanya Kimberly yang merasa dirinya sedikit lebih baik daripada tadi langsung meninggalkan tempat itu tanpa mengatakan sepatah kata pun.
'Anggap saja ini adalah bentuk balas budi yang aku lakukan padamu atas anggur merah yang kau berikan padaku serta tempat yang cukup nyaman untuk aku menghilangkan lelah.' Kimberly berpikir apa yang dia lakukan adalah hal yang wajar sebagai bentuk ungkapan terima kasihnya pada Raphael.
Raphael yang menyadari Kimberly sudah tidak berada di sekitar tempat itu kembali ke tempat dia dan Kimberly tadi berbicara, dia menemukan suara air yang mengalir dan melihat Kimberly sedang membersihkan rambutnya.
Mata Raphael terus memperhatikan gerakan tubuh Kimberly menjelaskan kalau dia sangat ingin mengetahui tentang Kimberly, matanya tertuju pada luka-luka yang terdapat di tubuh Kimberly.
Mungkin selain luka benturan yang diterimanya Kimberly menahan rasa sakit pada luka di tangan dan beberapa bagian tubuhnya yang lain.
"Siapa namamu?" tanya Raphael tetap dengan memperhatikan gerak tubuh Raquel.
"Sina, umurku 38 tahun." Kimberly memberikan jawaban dengan cepat.
Secara acak dia menyebutkan nama pengasuh yang merawatnya sewaktu kecil, Kimberly dengan santai melenggak-lenggok di depan Raphael. Dia mencari barang bawaannya tadi beserta seragam sekolah yang dipakainya dibalik jaket yang dia buang secara sembarangan.
"Kau mencari apa?" tanya Raphael penasaran saat melihat Raquel seperti sedang mencari sesuatu.
Raquel tidak memberikan jawaban, dia sibuk memeriksa seragam sekolahnya untuk menemukan benda yang dia cari, ketika dia menguncang seragam sekolah itu sebuah kunci jatuh ke lantai menimbulkan bunyi gaduh di tengah kesunyian itu.
Raquel mengambil kunci itu lalu melempar seragam sekolah itu secara sembarangan lalu pergi begitu saja meninggalkan tempat itu. Raphael pun sepertinya tidak berniat untuk menghentikan Raquel sebab dia membiarkan Raquel pergi tanpa bertanya sepatah kata pun lagi.
Raquel berjalan santai hingga kakinya sampai di sebuah rumah, dia menatap pintu rumah itu lama sebelum berdiri di depan pintu untuk mencari kunci tadi. Saat memeriksa isi tasnya Raquel terkejut menemukan tas yang disandangnya sejak tadi itu berisi banyak uang.
'Dia sangat baik hati sekali, dia memberiku begitu banyak uang padahal aku hanya berniat membantu dirinya saja. Tapi tidak apa, aku bisa menyimpan uang ini untuk digunakan besok jika diperlukan.' Raquel mengangkat bahu tanda tidak terlalu peduli dengan jumlah uang yang dia dapatkan.
"Pekerjaanku tidak banyak, lagipula apa yang perlu aku lakukan? Anak itu jarang di rumah, dia lebih sering menghabiskan waktu di asrama sekolahnya." Raquel mendengar pembicaraan di dalam rumah.
"Apa yang kau takutkan? Dia saja tidak diinginkan okeh keluarga dan orang tuanya, mereka tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, dia juga tidak akan berani mengatakan sesuatu pada orang tuanya karena dia takut padaku." Suara seorang wanita terdengar dari dalam rumah.
Sepertinya wanita itu sedang berbicara dengan seseorang, Raquel mendengarkan apa yang dikatakan oleh wanita itu sebelah alisnya tanpa sadar.
"Benar, dia sangat takut padaku. Apa yang perlu dikhawatirkan? Dia sendirian dan tidak diinginkan, ya, nasibnya memang sangat malang. Aku juga tidak peduli dengan apa yang terjadi padanya toh aku tetap mendapatkan uang dari keluarganya," ujar wanita itu dengan nada tidak bersalah sama sekali.
'Malang sekali nasib gadis kecil ini, pelayannya saja begitu berani dengannya apalagi orang lain. Apa benar dia tidak diinginkan oleh orang tuanya?' tanya Kimberly di dalam hati.
Raquel masuk ke dalam rumah tanpa menyembunyikan kedatangannya, suara pintu yang dibuka membuat wanita itu terkejut dan langsung mematikan sambungan teleponnya. Dia menatap Raquel tidak senang dan dia tidak menyembunyikan itu sama sekali.
"Bukankah kau tinggal di asrama malam ini? Kenapa pulang begitu mendadak?" tanya wanita itu dengan tatapan tidak senang.
Raquel mengabaikan wanita itu, dia berjalan santai menuju ke lemari obat yang tersedia di rumah itu, ia melewati wanita itu begitu saja. Raquel seperti tidak menganggap keberadaan wanita itu di sisinya, dia sungguh sangat tidak peduli dengan apa yang wanita itu katakan beserta tatapan yang dia berikan.
Raquel membuka pintu lemari mencari alkohol dan obat untuk mengoles lukanya yang terasa sakit lagi, apa yang Raquel perbuat menyalakan api kemarahan di hati pengasuh wanita itu.
Dia tidak senang dengan sikap yang Raquel tunjukkan padanya, dia tidak mau Raquel menjadi dingin padanya seperti ini.
Raquel mencari tempat duduk agar dirinya bisa membersihkan lukanya dan membalut luka itu agar tidak mengalami infeksi dan menyebabkan penyakit lain datang.
'Anak ini begitu berani sekarang, tampaknya aku harus memberikannya pelajaran agar dia mengetahui seperti apa posisinya. Dia akan semakin menjadi-jadi kalau aku membiarkannya seperti ini, awas saja akan aku tunjukkan siapa aku padanya.' Pengasuh itu berbicara di dalam hati saat menghadapi sikap Raquel padanya.
Pengasuh itu berjalan ke sisi Raquel, wajahnya memerah dengan tangan bersiap untuk menarik rambut Raquel selangkah lagi dia hampir mencapai Raquel, Raquel langsung menendang kakinya membuat pengasuh itu terjatuh dengan mulut terbuka lebar dan mata melotot tidak percaya.
'Apa? Kenapa dia begitu berani padaku sekarang? Dia berani menendang diriku, rasanya sakit sekali,' ujar pengasuh itu di dalam hati.
Dia memegang bagian yang ditendang okeh Raquel tadi mengusapnya dengan pelan agar rasa sakit yang hebat itu berkurang.
'Ini sangat aneh dan berbeda, kenapa dia bisa seberani ini padaku? Ke mana hilang sifat penakut dan patuhnya yang dulu? Apa kepalanya terbentur dengan sangat keras hingga dia bisa menjadi dua orang yang berbeda sekarang?' Pengasuh itu bertanya-tanya di dalam hati menghadapi sikap Raquel yang begitu berbeda.
Dia masih tidak percaya Raquel akan seberani ini, dia juga tidak mengira Raquel menendang dirinya.
'Biasanya jangankan membalas perbuatanku padanya atau menjawab ucapanku menatap mataku saja dia tidak berani, ada apa dengan anak ini? Apakah tekanan yang dia terima membuatnya berubah?' Masih dalam kebingungannya, pengasuh itu bingung dengan perubahan Raquel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Nur hamna Mardiah
.
2022-11-29
1
Thracy
Perasaan mereka cm berdebat
Dia kapan istirahatnya🙄😂
2022-09-22
3
ʇɐudɐ uɐɯɐ
jangan² ini kakak adik nama y mirip soal y
blm kontrak y thur ko Lom up²
q menunggu boak balik gada notif² up y 😭😭
2022-08-03
2