Pertarungan yang dimenangkan oleh Raquel itu nyatanya mengundang wali kelas mereka untuk datang ke sana.
"Apa yang kalian semua lakukan ha? Kalian semua itu anak sekolahan bukan preman, kenapa kalian bertarung tanpa persetujuan guru?" tanya wali kelas dengan mata melotot dan tangan di pinggang.
Ternyata peraturan bertarung di kelas E harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari guru, mungkin karena kelas itu adalah kelas paling rendah di sekolah sehingga guru-guru di sana takut terjadi sesuatu terhadap anak-anak yang akan bertarung.
Raquel yang melihat kedatangan guru hanya menaikkan alisnya sebelah, dia berdiri dengan tenang menunggu guru selesai mengeluarkan ocehannya.
"Kalian ingin menjadi preman ga? Berani-beraninya kalian bertarung satu sama lain di sini, apa kalian sudah merasa hebat dan tinggi? Apa kalian merasa sudah pintar hingga tidak membutuhkan persetujuan dari kami ha?" tanya wali kelas dengan kesal.
"Ini bukan salah kami, Bu! Ini salah Raquel, dia yang mengajak kami untuk bertarung di sini. Kami hanya ingin memberinya pelajaran karena sudah sangat sombong," adu pria-pria di sana dengan menyedihkan.
"Benar, Bu! Raquel yang lebih dulu menindas kami, dia meremehkan kami dan sangat tidak menyukai kami padahal kami hanya mengatakan kebenaran saja padanya." Teman Eriska yang jarinya patah mengadu pada wali kelas sembari memperlihatkan hasil perbuatan Raquel pada guru.
"Saat datang ke sekolah tadi dan memasuki kelas Raquel langsung memarahi kami tanpa sebab yang jelas mungkin dia marah karena kami mengatakan kebenaran tentangnya," tambahnya lagi ingin menyudutkan Raquel.
Air matanya jatuh dengan begitu deras, dia tampak sangat menyedihkan dan tampak sangat tidak berdaya apalagi saat semua orang melihat kesakitan dan penderitaan yang dilalui.
Sedangkan Raquel di lain sisi baik-baik saja, tidak ada yang terjadi pada Raquel bahkan sehelai rambutnya tidak berpindah tempat akibat pertarungan yang tidak seimbang itu.
Raquel begitu tenang bahkan tidak terpengaruh akibat pengaduan yang dilakukan oleh anak-anak nakal yang tidak bertanggung jawab itu. Mereka seperti lotus putih yang yang tidak bersalah dan tidak berdosa, mereka dengan sangat mudah memutar balikkan fakta yang terjadi.
Raquel tidak memberikan jawaban ataupun bantahan atas apa yang mereka katakan, dengan tenang Raquel melihat semua orang melakukan pembelaan terhadap diri mereka sendiri.
"Mereka hanya ingin membantu saya yang ditindas oleh Raquel dan memberikan peringatan pada Raquel tapi siapa yang mengira kalau Raquel akan menyerang mereka dengan sangat kejam seperti ini." Tangisnya semakin keras membuat Raquel menggosok telinganya dengan bibir mencibir.
Dia menatap semua orang yang menonton dengan mata melotot, matanya beralih pandang pada Raquel yang begitu tenang, dia melihat sosok itu jauh berbeda dari Raquel yang biasa.
Wajah cantik Raquel dingin dan tenang, tidak ada perubahan wajah saat dia meliriknya, apalagi Raquel tidak terlihat takut sama sekali. Dia hanya berdiri dengan tenang menatap balik wali kelas yang melihat dirinya dengan kepala berdenyut.
Jelas adanya perubahan dari Raquel yang biasanya muram dan tidak bersemangat, Raquel yang akan menunduk bila ditanyai bukan Raquel yang seperti ini yang berani menatap matanya saat ditanyai.
"Apa benar yang mereka katakan Raquel? Apa benar kau melakukan semua itu dan mengajak mereka bertarung?" tanya wali kelas pada Raquel.
"Ya benar," jawab Raquel tanpa mengelak dan melakukan bantahan sama sekali.
Dia tampak tenang dan tidak terintimidasi sama sekali, dia masih berdiri dengan tegak tanpa menundukkan kepala. Mata cerah itu balas menatap guru dengan berani membuat guru yakin kalau ada perbedaan besar di antara Raquel yang dulu dengan Raquel yang sekarang.
Alexander yang melihat itu menjadih kagum dengan keberanian Raquel, dia menjadi segan dan merasa Raquel sangat keren dan cantik.
Wali kelas menatap semua orang yang ada di sana, dia merasa tidak ada yang ingin membela Raquel atau membantu Raquel untuk membela diri.
"Kalian semua bawa mereka untuk mendapatkan pengobatan dan kau Raquel ikut saya ke ruang guru," ajak wali kelas sembari berjalan meninggalkan tempat itu lebih dulu.
Sepanjang jalan dia terus menggerutu dengan mulut tidak berhenti mengungkapkan isi hatinya atas pertarungan yang terjadi. Dia merasa beruntung karena tidak ada yang terluka parah, di belakangnya Raquel mengikuti dengan tenang dan tanao banyak bicara.
Sesampainya di ruang guru, wali kelas langsung meminta Raquel untuk menelepon orang tuanya. Raquel setelah memeriksa daftar nama di telepon dan membaliknya beberapa kali tidak menemukan nama orang tuanya. Raquel akhirnya menghubungi kakak laki-lakinya karena memang hanya nama kakak laki-lakinya yang ada di sana.
Raquel menunggu panggilan itu terhubung barulah kemudian berbicara.
"Halo Kak! Bisakah kau datang ke sekolahku? Aku bertarung dengan teman sekelas ku dan guru memintaku untuk memanggil dirimu datang ke sini. Bisakah kau untuk datang ke tempat ini?" tanya Raquel santai seolah dia sedang menceritakan orang bukan dirinya sendiri.
Guru yang mendengar ucapan Raquel benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa, dia bahkan tidak tahu harus mengatakan apa pada Raquel karena Raquel begitu tenang dan seperti tidak bersalah sama sekali.
Raquel bahkan berani membalas tatapannya, jelas kalau Raquel tidak takut dengan apa yang akan terjadi ke depannya.
"Kenapa kau melakukan pertarungan seperti itu? Apa kau sudah merasa dirimu hebat hingga kau berani melakukan itu di sini?" tanya guru tidak habis pikir.
Bisanya Raquel yang selalu mendapat masalah dan dipermalukan oleh semua orang sekarang semua berbalik hingga menyebabkan ada yang mengalami cedera mungkin Raquel ingin membalaskan dendam atas rasa sakit yang diakibatkan oleh anak-anak itu sejak dulu.
"Ya," jawab Raquel apa adanya yang membuat guru itu terdiam dan meneguk ludahnya.
"Berdiri di sana sampai kakakmu datang, jangan duduk sampai aku mengizinkanmu mengerti?" tunjuk guru itu pada bagian paling ujung yang ada tempat kosongnya.
Dia dengan patuh berjalan ke sana dan berdiri, tangannya terlipat di dada dan dia dengan santai melihat sekeliling tanpa memikirkan pandangan mata guru lain padanya.
Dia seperti tidak bersalah dan menganggap semuanya serius, dia bahkan hanya berdiri dengan tenang dan tidak terintimidasi meski banyak guru di dalam sana.
Saat ini ada seorang guru yang sedang mempelajari soal matematika yang kursinya tidak jauh dari tempat Raquel berdiri. Raquel melihat soal itu lalu memberikan jawaban dengan 21 dengan santai, padahal soal itu adalah soal matematika sulit.
Mendengar jawaban itu sang guru mencoba untuk mencari jawaban dan apa yang dikatakan oleh Raquel benar, jawaban untuk soal itu memang 21.
Guru itu membalikkan badan untuk mengetahui jenius mana yang sudah membantunya dan memberikan jawaban yang begitu tepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
AK_Wiedhiyaa16
Karakter Kimberly udh bagus badass tapi tolong dong jgn cuma diem aja klo ada yg menyalahkan ataupun mencari mslh, minimal serang balik kek mental si lawan..
2022-09-28
6
Ida Blado
akan lbh menarik kalau kimberly menunjukan sedikit powernya,bukan menjadi org pasrah saat menjadi tersangka
2022-07-29
4