NovelToon NovelToon

The Rebirth Of The Vengeance

1. Kematiannya

Hujan rintik-rintik mewarnai seisi kota, langit yang tadinya biru cerah dengan awan putih bersih di mana-mana kini tidak terlihat lagi. Di sebuah rumah mewah seorang gadis cantik sedang memilih pakaian terbaik yang dia miliki, dia terus tersenyum dengan mata menyipit.

"Ah aku sudah tidak sabar," ujarnya dengan gembira.

Satu-persatu pakaian di lemari besar itu dia keluarkan dan dicoba, semua pakaian yang tidak sesuai dengan selerang dilempar begitu saja di lantai maupun tempat tidur.

"Kenapa tidak ada pakaianku yang bagus?" Entah pada siapa dia bertanya tapi bibirnya terus menggumamkan kata-kata tidak senang.

"Ah yang ini," ujarnya senang.

Dia mengambil sehelai pakaian berwarna putih yang tergantung dengan rapi di belakang baju yang lain, dia langsung masuk ke kamar mandi bersama gaun itu lalu keluar dengan wajah berseri-seri. Gaun putih selutut itu tampak cocok dengan usianya, dia terlihat cantik dan menarik, apalagi lengan gaun itu terbuka memperlihatkan kulit putih bersih miliknya.

Diambilnya tas mahal yang ada di lemari khusus tas, begitu juga sepatu senada dengan gaunnya yang terpajang di lemari kaca dekat lemari tas. Berbagai warna tas dan sepatu tersusun rapi di sana dengan kualitas yang sudah dijamin bagus dan harga setiap barangnya sangat fantastis.

"Anda mau ke mana, Nona?" Seorang pelayan tua menghentikan wanita itu, pakaian yang dia gunakan tampak jauh berbeda dengan pelayan lain yang menandakan kalau jabatannya lebih tinggi dari yang lainnya.

"Keluar, memangnya kenapa?" tanyanya dengan sedikit tidak senang.

Hari ini tidak ada yang akan bisa mencegahnya untuk bertemu kekasih hatinya, dia akan menemui sang kekasih dalam keadaan terbaik dan penuh keceriaan hari ini.

"Keluar ke mana? Bukankah Anda memiliki jadwal makan bersama dengan keluarga besar Anda hari ini?" tanya si pelayan dengan ramah.

Hari ini dia harus mencegah nonanya untuk pergi meninggalkan rumah, nona yang dilihatnya tumbuh kembang sejak kecil sudah tujuh tahun itu hidup mandiri tanpa bantuan orang tuanya lagi.

"Aku tidak bisa, aku harus pergi sekarang juga, sampai jumpa." Si wanita tidak lagi peduli.

Dia berlari dengan kencang menuju ke halaman menaiki mobil mewahnya untuk menuju bandara, dia sudah tidak sabar untuk bertemu belahan jiwanya. Pria yang sudah menemani dia tujuh tahun ini, dia akan memberikan kejutan yang menyenangkan dan pasti kekasihnya akan terkejut bukan main.

Beberapa orang dengan pakaian hitam langsung mengejar wanita itu, mereka mengikuti ke mana wanita itu hingga sampai di bandara. Orang-orang itu langsung mencegah si wanita, adegan itu membuat beberapa orang berhenti dari perjalanannya atau pekerjaan yang sedang mereka lakukan.

"Kembalilah, Nona Kim! Sudah saatnya Anda mewarisi perusahaan keluarga Anda, jangan bermain-main lagi! Kakek Anda sudah lelah melihat tingkah kekanak-kanakan Anda," ujar salah satu dari orang berpakaian hitam itu.

Kimberly menggeleng, mana mungkin dia mau pulang ke rumahnya begitu saja sebelum niatnya tercapai. Hari ini dia akan memberikan kejutan besar untuk pacarnya.

"Aku akan kembali lagi nanti, hari ini pacarku ulang tahun dan aku ingin merayakan ulang tahunnya bersama. Jangan halangi aku atau kalian akan kupecat," ancam Kimberly dengan mata melotot.

"Bagaimana kalau kami mengikuti Anda? Pasti dia akan semakin terkejut, kami tidak akan menggangu kesibukan Anda selama di sana. Kami benar-benar hanya ingin menjaga Anda saja," ujar pria itu tidak kehabisan ide.

Hari ini mereka tidak bisa lagi kehilangan jejak Kimberly, sudah cukup mereka dimarahi oleh kakek Kimberly dan dianggap lalai menjaga Kimberly.

"Pacar Anda pasti percaya dengan apa yang Anda katakan setelah dia melihat kami," tambahnya lagi takut Kimberly akan menolak tawarannya.

Kimberly tampak berpikir, pada akhirnya dia mengangguk lalu naik ke pesawat pribadi milik keluarganya diikuti oleh orang-orang berpakaian hitam.

Sepanjang jalan Kimberly terus tersenyum senang, dia tidak sabar untuk memberikan kejutan terindah untuk sang pacar. Dia juga sudah membeli hadiah yang sangat murah hati, impiannya untuk hidup bahagia dengan sang pacar membuat dia sudah tidak sabar untuk segera sampai.

Setelah pesawat mendarat Kimberly langsung naik ke taksi yang berjejer di sana, pria berbaju hitam juga menaiki taksi dan iring-iringan kendaraan taksi pun terjadi. Kimberly menuju ke apartemen sang kekasih, sesampainya di sana dia dengan jantung berdebar menekan kode.

Betapa terkejutnya Kimberly saat menemukan pakaian pria dan wanita berserakan di ruang tamu, suara-suara samar kemesraan diikuti erangan lembut penuh gairah menggiring Kimberly menuju ke kamar sang kekasih.

Suara erangan semakin kuat terdengar saat langkah kaki Kimberly semakin dekat, kemarahan Kimberly meningkat dia langsung mendobrak masuk ke dalam kamar itu. Saat Kimberly berniat membuka pintu suara percakapan terdengar di sela suara kemesraan pasangan itu.

"Apa ini akan baik-baik saja? Bagaimana kalau Kimberly tahu hubungan kita? Dia pasti sedih dan kecewa," ujar wanita itu dengan nada bersalah tapi wajahnya tidak menular kesedihan sama sekali.

"Tidak perlu memikirkan dia, dia hanya gadis miskin yang tidak memiliki dukungan. Dia juga tidak terlihat bekerja, apa yang perlu kau pikirkan, dia hanya menyusahkan kita saja." Si pacar langsung memberikan jawaban.

Dia mendengus dingin dengan tidak senang, dia kembali menggerakkan tubuh membuat mata si wanita terpejam.

"Tapi aku merasa bersalah padanya," tutur si wanita lagi tanpa membuka matanya.

"Tidak perlu perlu merasa bersalah, gadis miskin seperti dirinya tidak pantas untuk dikasihani. Aku akan memutuskan hubungan dengan dirinya secepat mungkin, agar kau tidak merasa bersalah lagi." Sekali lagi, kata-kata tidak bersahabat keluar dari bibir pria itu.

Emosi Kimberly meningkat, dia tidak mengira yang menjadi kekasihnya akan berbicara buruk seperti itu padanya, Kimberly mendorong pintu dengan kuat, tangannya memegang senjata dan mengarahkan senjata itu ke depan.

"Kau, apa yang kau lakukan?" tanya pasangan itu dengan ekspresi terkejut.

Mereka langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh tanpa busana mereka,

Jantung Kimberly serasa diremas oleh tangan tak kasat mata, pria yang dia cintai serta sahabat yang sudah dia anggap saudara mengkhianati dirinya dengan cara yang kejam dan tanpa perasaan.

"Menurutmu apa yang akan aku lakukan?" tanya Kimberly dengan mata melotot.

Air mata yang tadi hampir jatuh langsung hilang berganti dengan kebencian dan kemarahan.

"Kau tidak akan berani, bagus kau sudah datang. Ada hal penting yang ingin aku beritahu kan padamu," ujar lelaki itu dengan ekspresi puas.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya si wanita berusaha untuk meredam emosinya.

Tangannya yang memegang pistol tetap mengarah ke depan, dia tidak berniat untuk menurunkan senjatanya sama sekali.

"Aku ingin putus hubungan denganmu, aku sudah tidak ingin ada hubungan dalam bentuk apapun lagi." Dengan percaya diri si pria mengungkapkan keinginan hatinya.

"Mengapa? Apa yang salah? Bukankah kita baik-baik saja selama ini? Kau dan aku tidak mengalami pertengkaran apapun," ujar Kimberly dengan suara pelan.

Dia tidak habis pikir dengan permasalahan yang terjadi saat ini, dia sendiri bingung kesalahan apa yang sudah dia perbuat hingga membuat sang kekasih melakukan semua ini padanya.

"Kau masih bertanya mengapa ha? Aku ini putra dari sebuah perusahaan yang peringkatnya 20 di negara ini, sedangkan kau, heh, apa yang kau miliki ha? Kau tidak memiliki apa-apa, kita jauh berbeda dan tidak sebanding." Lelaki itu memandang Kimberly dengan jijik.

Jelas kalau dia merendahkan Kimberly, dia bahkan tidak menyadari pakaian dan perlengkapan yang Kimberly pakai sekarang. Kemarahan Kimberly langsung reda saat itu juga, padahal saat perusahaan si pria hampir bangkrut dialah yang telah membantu perusahaan itu agar bangkit kembali secara diam-diam.

Kimberly mengarahkan pistol yang dipegangnya ke sang sahabat, "kenapa kau memilihnya? Apa yang lebih baik darinya hingga kau berpaling padanya dan meninggalkan aku?"

Kekasih Kimberly langsung memasang badan untuk melindungi teman ranjangnya itu, dia mendengus jijik mencemooh Kimberly tanpa perasaan bersalah sama sekali.

"Kau masih bertanya kurangnya dirimu di mana? Kau punya cermin tidak? Dia lebih mulia dari dirimu, dia memiliki perusahaan yang sebanding dengan diriku. Kami sebanding dan jauh berbeda darimu," ejeknya.

Padahal wajah si sahabat biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa, dia terlihat cantik hanya karena make-up yang digunakan.

Saat perdebatan itu akan dilanjutkan beberapa pria berpakaian hitam yang menemani Kimberly tadi ikut masuk, mereka mengelilingi Kimberly seperti sedang membuat perlindungan. Sebagian lagi mengepung pasangan itu, mereka mengacungkan senjata di tangan mereka ke arah ke-dua orang itu.

"Anda mau mereka diapakan, Nona? Kita singkirkan saja atau menyiksa mereka dengan buruk? Mereka tidak ada bandingannya dengan Anda, Nona!" Salah satu dari pria berpakaian hitam bertanya pada Kimberly membuat kedua orang itu terperangah tidak percaya.

Wajah keduanya memutih, mereka tidak tahu kalau Kimberly akan memiliki pengawal sebanyak ini.

"Tidak perlu! Biarkan saja mereka, kita tidak perlu mengotori tangan untuk orang-orang seperti mereka. Hanya membuang energi dan tenaga," ejek Kimberly mengibaskan tangannya seolah menyuruh orang-orang berbaju hitam untuk menjauhi pasangan itu.

Mengetahui perbedaan status mereka, si pria langsung mendorong sahabat Kimberly menjauh. Tangannya terulur ke depan berharap untuk bisa memeluk Kimberly namun Kimberly langsung menepis tangan itu, pria berbaju hitam juga langsung mendorong mantan kekasih Kimberly untuk menjauh.

Kimberly menatap mantan kekasihnya itu dengan jijik, mungkin selama ini dia telah buta hingga mau berpacaran dengan pria itu. Kimberly mundur lalu pergi dari sana dengan cepat, Kimberly tidak ingin berhubungan lagi dengan dua orang yang telah merusak kepercayaannya ini.

Hari ini jalanan terasa sepi, Kimberly memacu kendaraannya meninggalkan halaman rumah. Dia ingin mengikuti balapan mobil bersama teman-temannya, Kimberly sudah ditunggu oleh teman-temannya di tempat balap dan beberapa puluh pesan sudah masuk ke teleponnya menanyakan di mana Kimberly berada saat ini.

Suasana jalan yang sangat lengang membuat Kimberly merasa sedikit heran namun tidak mengambil hati akan semua itu, dia terus melajukan kendaraannya agar segera sampai. Sayangnya, sebuah cahaya merah mengarah ke tubuh Kimberly dari kendaraan depan yang entah muncul dari mana karena Kimberly hanya fokus pada jalanan saja.

Hal itu terjadi secara bersamaan dengan kalung yang Kimberly pakai memancarkan cahaya biru aneh, belum sempat Kimberly melakukan apa-apa mobilnya meledak dengan hebat.

Api besar langsung melahap seluruh kendaraan menghanguskan mobil Kimberly hingga tidak bersisa. Mobil di depan langsung menghilang tanpa jejak meninggalkan Kimberly begitu saja.

2. Terlahir Kembali

Di tengah malam di depan sebuah bar, sekelompok gadis nakal dengan pakaian minim sedang mengganggu seorang gadis cantik dengan rambut diikat ekor kuda. Wanita dengan gaun merah serta make-up tebal yang sepertinya ketua kelompok dari geng itu sedang menertawakan si gadis di depan keramaian.

"Dasar tidak tahu malu, beraninya kau menggoda Alexander. Kau dan dia kau berbeda dan sangat tidak mungkin untuk bersama, pantas saja kau selalu ada di manapun Alexander pergi." Alis wanita itu terangkat sebelah, sudut bibirnya naik sedikit ke atas dengan mata mengarah ke sudut kiri bawah.

Raquel mundur tanpa daya dengan ekspresi malu dan sedih, "aku bisa menjelaskan padamu, jangan seperti ini." Raquel sangat ingin membela diri tapi dia tidak diberi kesempatan.

Raquel juga tidak berani berbicara keras karena takut akan disakiti, dia sungguh tidak memiliki keberanian untuk melawan wanita itu yang datang bersama anggota gengnya.

Gadis dengan pakaian biru menarik tas yang digunakan oleh Raquel, dia mengobrak-abrik isi tas Raquel lalu mengeluarkan surat cinta yang terdapat di dalam isi tas Raquel.

"Halo Alexander, apa kau baik-baik saja? Kuharap begitu, hari ini aku melihatmu sedang duduk bersama teman-temanmu. Kau tampak begitu tampan dan memesona, senyummu terlihat indah dan menawan hingga aku merasa dunia berputar di sekitar dirimu." Gadis berbaju biru itu membaca dengan keras isi surat yang ditulis oleh Raquel untuk Alexander.

"Aku bahkan tidak bisa tidur hanya karena memikirkan kegiatan apa yang kau lakukan, aku merasa duniaku tidak damai kalau aku tidak melihat dirimu sehari saja. Bagaimana aku harus mengatakannya tapi yang jelas aku sangat ingin kau tahu kalau aku sangat menyukai dirimu," teriaknya lagi hingga mengundang beberapa orang untuk datang dan membuat kerumunan berkumpul di sekitar mereka.

Apa yang sudah dilakukan sekelompok wanita itu benar-benar membuat Raquel malu, Raquel menatap mengiba pada sekelompok orang itu dengan mata berair dan sebentar lagi bulir lembut itu akan turun membasahi pipinya.

Bibir Raquel mengerucut ke depan, alisnya bertaut, ke-dua tangannya menyatu ke depan memohon agar wanita itu berhenti berbicara.

"Aku mohon jangan seperti ini! Aku tahu kau tidak menyukai diriku tapi jangan permalukan aku seperti ini juga," mohon Raquel dengan air mata yang akhirnya tumpah tanpa bisa dicegahnya.

Isak tangis Raquel terdengar menyayat hati, tangannya berusaha menutupi wajahnya dengan kepala menunduk, bahunya bergoyang disertai rambutnya.

"Apa? Siapa yang mempermalukan dirimu? Aku hanya mengatakan kebenaran, kau saja yang tidak tahu malu. Dasar sampah," ejek wanita bergaun merah.

"Aku mohon berhenti, Eriska! Sudah cukup," pinta Raquel memelas.

Mendengar permohonan Raquel bukannya mengiba mereka malah menertawakan Raquel, beberapa orang teman Eriska menodong tubuh Raquel tanpa perasaan. Ada juga yang menarik rambut Raquel, tidak ada yang membantu atau berniat menolong.

Mereka hanya menonton Raquel dipermalukan oleh sekelompok gadis nakal itu, Raquel yang didorong sana-sini tidak sengaja terdorong ke dinding dan kepalanya membentur dinding dengan keras.

Darah segar keluar dari kepala Raquel dengan tubuhnya tidak bergerak lagi, Raquel meninggal begitu saja di depan semua orang.

Para gadis itu menjadi panik, mereka melihat sekeliling dengan ekspresi takut dan khawatir. Mereka menatap Eriska meminta bantuan namun Eriska mundur dengan cepat, dia menggelengkan kepala menolak untuk mengakui bahwa semua itu adalah kesalahannya.

"Bagaimana ini Eriska? Dia tidak bergerak sama sekali, pergerakan napasnya juga tidak terlihat. Raquel benar-benar terlihat sudah berhenti bernapas, mereka semua berdiri jauh dari Raquel dengan wajah memucat.

"Ini bukan salah kita, kita hanya menegur dirinya." Eriska menolak dan dengan cepat menyanggah ucapan temannya.

Dia tidak ingin bertanggung jawab atas semua ini, dia juga tidak ingin disalahkan.

"Bagaimana kalau kita bawa tubuhnya ke suatu tempat lalu kita tinggalkan dia begitu saja di sana, aku tidak mau masuk penjara. Aku masih muda dan banyak hal yang masih ingin ku gapai." Teman Eriska yang mendorong Raquel dengan keras menangis dengan make-up mulai berantakan.

Dia tampak sangat menyedihkan, wajahnya tidak lagi cantik. Yang lain juga menangis sedih, mereka menyalahkan semua yang terjadi terhadap Raquel pada Eriska, sedangkan Eriska sepertinya lepas tangan.

"Ide yang bagus, kebetulan tidak ada orang yang akan melihat apa yang sudah kita lakukan. Ayo kita bawa dia pergi sekarang juga sebelum semua terlambat dan ada saksi mata yang melihat perbuatan kita saat ini," angguk Eriska.

Tiba-tiba saja tubuh Raquel bergerak, napasnya turun naik dengan cepat seolah dia sedang kesusahan dalam bernapas, mata Raquel terbuka kembali tapi sorot itu tidak lagi sama seperti tadi.

Ternyata Kimberly berpindah tubuh ke tubuh Raquel, Kimberly ingat dengan jelas saat dia melompat dari mobil dalam keadaan kaki terbakar kalungnya bersinar terang hingga menyilaukan mata. Kimberly kehilangan kesadaran tidak lama setelah itu dan sekarang dia terbangun di sini di tempat yang jelas jauh berbeda dari tempat dia jatuh tadi.

Kimberly melihat sekitar dengan ekspresi bingung, dia mengangkat tangannya untuk mengusap darah segar yang masih membasahi keningnya. Saat itu Kimberly sadar kalau tubuh yang dia gunakan bukan tubuhnya lagi melainkan tubuh orang lain dan tubuh ini terasa lemah, tidak sekuat tubuhnya.

Eriska yang melihat pergerakan Raquel terkejut hingga mengembuskan napas lega, dia mendekati Raquel dan menatap Raquel angkuh penuh kebencian.

"Jika kau berani membuka mulutmu tentang kejadian hari ini hidupmu akan berakhir tragis, kau tidak akan mendapatkan pemakaman yang layak. Kau tahu ayahku siapa kan? Aku putri dari Steven Pienaar, jika kau tidak ingin terjadi sesuatu dengan keluargamu maka tutup mulutmu dan pergi pulang." Bibir kanan Eriska naik sebelah jelas kalau dia meremehkan Raquel sekaligus memberikan ancaman kepada Raquel sebab Raquel yang lama adalah penakut.

Kimberly mengerutkan kening, dia merasa sangat hapal dengan nama itu. Seingat Kimberly, Steven meninggal di tangannya tujuh tahun lalu karena Steven sangat jahat dan kejam.

"Keluarkan telepon kalian dan ambil beberapa foto dirinya yang menyedihkan ini, jika dia macam-macam maka sebarkan fotonya ke semua orang." Eriska juga mengeluarkan teleponnya bersiap untuk mengambil beberapa foto Raquel.

Sayangnya belum sempat mereka melakukan apa-apa Raquel sudah bergerak maju, ia dengan sangat mudah melempar teman-teman Eriska ke dinding lalu mendekati Eriska dengan tatapan tajam tidak bersahabat.

Satu langkah demi satu langkah diambil oleh Raquel dengan tangan menjuntai di ke-dua sisi, bukan hanya itu saja mata indah yang tadinya terlihat lemah dan penuh kasih sekarang melotot tanpa ada senyuman lagi di sana.

Hal itu membuat Eriska mati ketakutan, Eriska mundur dengan cepat seiring dengan langkah kaki Raquel.

"Tahun berapa sekarang?" tanya Raquel dengan nada penuh penekanan.

3. Pertemuan Pertama

Eriska dan kelompoknya benar-benar ketakutan dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Raquel, apalagi aura kuat yang Raquel tunjukkan pada mereka.

"Ini tahun 2012," jawab Eriska dengan tubuh gemetar hebat, dia benar-benar takut sekarang bahkan untuk berdiri saja kakinya terasa tidak sanggup.

Mata sayu tadi yang memohon ampun dan gemetar ketakutan sekarang berubah tajam, mata itu menatap bulat sempurna dengan pandangan terarah ke depan. Jawaban Eriska menyadarkan Kimberly kalau dia telah kembali ke masa di mana dia begitu jaya, dia lahir kembali ke tujuh tahun yang lalu tapi bukan pada tubuhnya melainkan pada tubuh orang lain.

Tubuh itu terasa bergoyang saat Kimberly berdiri terlalu lama, darah segar itu terasa menetes hingga menutupi wajahnya.

Kimberly tahu tubuh ini tidak akan bertahan lama, akibat rasa sakit yang dideritanya serta benturan hebat tadi. Apalagi darah segar masih tetap keluar dari kepalanya membuat Kimberly merasa pusing dengan pandangan mata mulai berkunang-kunang.

"Kau masih di sini juga ha? Kau ingin aku membuatmu seperti diriku atau aku perlu merusak wajahmu itu ha?" bentak Kimberly dengan suara dalam dan penuh penekanan .

Dengan cepat Eriska menggeleng, tentu saja dia tidak mau disakiti oleh Raquel. Mereka dengan cepat lari terbirit-birit meninggalkan tempat itu, mereka semua bahkan tidak berani melihat ke belakang karena takut Raquel benar-benar akan melakukan ancamannya.

Kimberly mencoba menerima ingatan dari pemilik asli, sayangnya akibat benturan yang baru saja terjadi dia tidak dapat mengingat apapun. Tidak berhasil mendapatkan apapun akhirnya Kimberly membuka isi tas Raquel, kertas-kertas hasil ujian milik Raquel berserakan ke lantai.

Kimberly mendecakkan lidahnya saat melihat nilai Raquel yang begitu hancur dan berantakan, Kimberly memungut kertas hasil ujian itu dan tertarik dengan tulisan tangan Raquel yang bagus dan rapi.

Di kertas ujian yang dipungut oleh Kimberly tertulis dengan jelas nama Raquel dan Kimberly ingat apa yang terjadi pada tubuh ini, Kimberly pernah mendengar tubuh yang dia tempati sekarang meninggal di usia 15 tahun karena tenggelam di sungai.

Beberapa orang mengatakan kalau gadis ini meninggal akibat dibunuh oleh seseorang, ada juga yang mengatakan kalau dia bunuh diri.

"Cih, mereka bilang kalau dia bunuh diri akibat nilainya hancur dan tidak berani pulang ke rumah karena malu bertemu dengan orang tuanya. Tapi ternyata dia ditenggalamkan oleh para gadis nakal ini," ujar Kimberly dengan mendecakkan lidahnya.

Kimberly mulai melangkah pergi meninggalkan tempat itu, dia menyusuri sungai yang ada di dekat tempat itu. Sungai yang sepertinya merupakan tempat jasad gadis ini ditemukan tujuh tahun yang lalu, sungai itu panjang dan tanpa batas.

Selain itu sungai ini juga luas dan dalam hingga mungkin kapal dapat lewat di sana, tubuh yang Kimberly pakai terasa sangat lemah. Dia harus bisa menemukan tempat untuk istirahat, Kimberly berjalan semakin jauh hingga dia sampai ke tepian pantai.

Rasa pusing yang hebat itu mampu ditahan oleh Kimberly dengan tujuan bertahan hidup, dia tidak mau kejadian tujuh tahun lalu terulang kembali. Dia baru saja hidup lagi dan Kimberly tidak mau mati konyol, Kimberly terus melangkah meski dia tidak tahu ke mana arah dan tujuannya.

Di pantai sebuah kapal pesiar mewah sedang berlabuh dengan tenang dan damai, seorang pria yang sedang berdiri di tepi kapal mendapatkan telepon dari anak buahnya.

"Pembunuh terbaik itu akan datang sebentar lagi, Tuan! Saya sudah menyiapkan semua keperluan agar Anda nyaman untuk berbicara dengannya," ujar anak buah pria itu dari seberang.

Pria itu mengangguk puas, "kerja bagus!" ujarnya lalu memutuskan panggilan.

Dia sudah menyewa seluruh tempat ini agar nyaman untuk berbicara dengan pembunuh bayaran yang akan dia sewa. Dia sudah menunggu cukup lama di sana namun belum ada tanda-tanda orang yang dia tunggu akan datang.

Saat rasa bosan menghampiri dirinya bel pintu berbunyi, pria itu segera membuka pintu dengan cepat dan dia terkejut saat melihat seorang gadis berusia 15 tahun dan berlumuran darah berdiri di depannya.

Sikap gadis itu begitu tenang, meski berdarah dan mengalami luka tidak ada pertanda apapun yang tertulis di wajahnya. Gadis muda itu tidak sedikitpun merasa tertekan dengan aura yang dia berikan.

Kimberly menaikkan alisnya menantang, jika itu Raquel yang lama mungkin dia akan menangis ketakutan menghadapi aura dan tekanan kuat di depannya. Jangankan berhadapan secara langsung Raquel pasti akan berbalik arah lalu lari terbirit-birit dari sana.

Sayangnya yang sekarang berada di depan pria itu adalah Kimberly yang sudah menghadapi badai dan gelombang besar. Aura yang dikeluarkan oleh pria itu tidak sedikitpun memengaruhi dirinya, bahkan kedua berdiri tegap tanpa goyah sama sekali.

Alis pria itu naik sebelah, dia tidak merasa yakin dengan apa yang dia temukan hari ini. 'Apakah benar dia pembunuh bayaran terbaik itu, usianya saja sudah tidak menjamin.' Pria itu mematung sembari menilai Kimberly dari atas ke bawah.

Si pria kehabisan ide, dia sangat tidak memercayai apa yang dia lihat hari ini. Tapi yang datang ke hadapannya benar-benar menunjukkan kualitas seorang pembunuh bayaran, bahkan dia sendiri akan merasa pusing dan tertekan dalam keadaan luka seperti itu.

"Berapa harganya?" tanya si pria pada Kimberly dengan ekspresi tidak yakin.

Kimberly mengerutkan kening, 'Kenapa dia bisa tahu aku sedang membutuhkan uang?" tanya Kimberly dalam hati.

Kimberly mengangkat jarinya, memperlihatkan kelima jarinya pada si pria dan langsung diangguki oleh si pria.

Kimberly kesal mengingat betapa lemahnya tubuh ini, semua uang yang dia miliki sudah direbut paksa oleh para gadis nakal itu. Dia membutuhkan ongkos taksi agar bisa segera pulang ke rumah dan membersihkan diri, dia tidak ingin orang tau gadis ini mengkhawatirkan dirinya.

Si pria puas dengan jawaban yang Kimberly berikan, 'meski kecil ternyata dia sudah tahu aturan, dia sepertinya tahu banyak dan paham semuanya.'

Gerakan yang Kimberly berikan dianggap sebagai tanda persetujuan oleh pria itu, dan jumlah uang yang menjadi imbalan yang disetujui oleh Kimberly dianggap sebagai kata sandi oleh pria itu.

Dia mengganggap Kimberly menerima pesanan yang telah dia berikan, gerakan tangan Kimberly dianggap sebagai 500 juta. Sekali menerima pesanan maka semua akan dikerjakan hingga selesai, itu artinya pembunuh bayaran bersiap binasa bersama musuh orang yang membayarnya.

Pria itu mengangguk lalu mengizinkan Kimberly untuk masuk, dia bahkan tidak bertanya lebih lanjut tentang luka yang Kimberly dapatkan dan berapa usianya saat ini.

Pria itu ingin melihat seperti apa peforma Kimberly, dia tahu usia tidak dapat menentukan cara kerja seseorang. Yang menentukan mampu atau tidaknya seseorang itu adalah pengalaman yang mereka tempuh dan banyaknya jenis pengalaman itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!