Di tengah malam di depan sebuah bar, sekelompok gadis nakal dengan pakaian minim sedang mengganggu seorang gadis cantik dengan rambut diikat ekor kuda. Wanita dengan gaun merah serta make-up tebal yang sepertinya ketua kelompok dari geng itu sedang menertawakan si gadis di depan keramaian.
"Dasar tidak tahu malu, beraninya kau menggoda Alexander. Kau dan dia kau berbeda dan sangat tidak mungkin untuk bersama, pantas saja kau selalu ada di manapun Alexander pergi." Alis wanita itu terangkat sebelah, sudut bibirnya naik sedikit ke atas dengan mata mengarah ke sudut kiri bawah.
Raquel mundur tanpa daya dengan ekspresi malu dan sedih, "aku bisa menjelaskan padamu, jangan seperti ini." Raquel sangat ingin membela diri tapi dia tidak diberi kesempatan.
Raquel juga tidak berani berbicara keras karena takut akan disakiti, dia sungguh tidak memiliki keberanian untuk melawan wanita itu yang datang bersama anggota gengnya.
Gadis dengan pakaian biru menarik tas yang digunakan oleh Raquel, dia mengobrak-abrik isi tas Raquel lalu mengeluarkan surat cinta yang terdapat di dalam isi tas Raquel.
"Halo Alexander, apa kau baik-baik saja? Kuharap begitu, hari ini aku melihatmu sedang duduk bersama teman-temanmu. Kau tampak begitu tampan dan memesona, senyummu terlihat indah dan menawan hingga aku merasa dunia berputar di sekitar dirimu." Gadis berbaju biru itu membaca dengan keras isi surat yang ditulis oleh Raquel untuk Alexander.
"Aku bahkan tidak bisa tidur hanya karena memikirkan kegiatan apa yang kau lakukan, aku merasa duniaku tidak damai kalau aku tidak melihat dirimu sehari saja. Bagaimana aku harus mengatakannya tapi yang jelas aku sangat ingin kau tahu kalau aku sangat menyukai dirimu," teriaknya lagi hingga mengundang beberapa orang untuk datang dan membuat kerumunan berkumpul di sekitar mereka.
Apa yang sudah dilakukan sekelompok wanita itu benar-benar membuat Raquel malu, Raquel menatap mengiba pada sekelompok orang itu dengan mata berair dan sebentar lagi bulir lembut itu akan turun membasahi pipinya.
Bibir Raquel mengerucut ke depan, alisnya bertaut, ke-dua tangannya menyatu ke depan memohon agar wanita itu berhenti berbicara.
"Aku mohon jangan seperti ini! Aku tahu kau tidak menyukai diriku tapi jangan permalukan aku seperti ini juga," mohon Raquel dengan air mata yang akhirnya tumpah tanpa bisa dicegahnya.
Isak tangis Raquel terdengar menyayat hati, tangannya berusaha menutupi wajahnya dengan kepala menunduk, bahunya bergoyang disertai rambutnya.
"Apa? Siapa yang mempermalukan dirimu? Aku hanya mengatakan kebenaran, kau saja yang tidak tahu malu. Dasar sampah," ejek wanita bergaun merah.
"Aku mohon berhenti, Eriska! Sudah cukup," pinta Raquel memelas.
Mendengar permohonan Raquel bukannya mengiba mereka malah menertawakan Raquel, beberapa orang teman Eriska menodong tubuh Raquel tanpa perasaan. Ada juga yang menarik rambut Raquel, tidak ada yang membantu atau berniat menolong.
Mereka hanya menonton Raquel dipermalukan oleh sekelompok gadis nakal itu, Raquel yang didorong sana-sini tidak sengaja terdorong ke dinding dan kepalanya membentur dinding dengan keras.
Darah segar keluar dari kepala Raquel dengan tubuhnya tidak bergerak lagi, Raquel meninggal begitu saja di depan semua orang.
Para gadis itu menjadi panik, mereka melihat sekeliling dengan ekspresi takut dan khawatir. Mereka menatap Eriska meminta bantuan namun Eriska mundur dengan cepat, dia menggelengkan kepala menolak untuk mengakui bahwa semua itu adalah kesalahannya.
"Bagaimana ini Eriska? Dia tidak bergerak sama sekali, pergerakan napasnya juga tidak terlihat. Raquel benar-benar terlihat sudah berhenti bernapas, mereka semua berdiri jauh dari Raquel dengan wajah memucat.
"Ini bukan salah kita, kita hanya menegur dirinya." Eriska menolak dan dengan cepat menyanggah ucapan temannya.
Dia tidak ingin bertanggung jawab atas semua ini, dia juga tidak ingin disalahkan.
"Bagaimana kalau kita bawa tubuhnya ke suatu tempat lalu kita tinggalkan dia begitu saja di sana, aku tidak mau masuk penjara. Aku masih muda dan banyak hal yang masih ingin ku gapai." Teman Eriska yang mendorong Raquel dengan keras menangis dengan make-up mulai berantakan.
Dia tampak sangat menyedihkan, wajahnya tidak lagi cantik. Yang lain juga menangis sedih, mereka menyalahkan semua yang terjadi terhadap Raquel pada Eriska, sedangkan Eriska sepertinya lepas tangan.
"Ide yang bagus, kebetulan tidak ada orang yang akan melihat apa yang sudah kita lakukan. Ayo kita bawa dia pergi sekarang juga sebelum semua terlambat dan ada saksi mata yang melihat perbuatan kita saat ini," angguk Eriska.
Tiba-tiba saja tubuh Raquel bergerak, napasnya turun naik dengan cepat seolah dia sedang kesusahan dalam bernapas, mata Raquel terbuka kembali tapi sorot itu tidak lagi sama seperti tadi.
Ternyata Kimberly berpindah tubuh ke tubuh Raquel, Kimberly ingat dengan jelas saat dia melompat dari mobil dalam keadaan kaki terbakar kalungnya bersinar terang hingga menyilaukan mata. Kimberly kehilangan kesadaran tidak lama setelah itu dan sekarang dia terbangun di sini di tempat yang jelas jauh berbeda dari tempat dia jatuh tadi.
Kimberly melihat sekitar dengan ekspresi bingung, dia mengangkat tangannya untuk mengusap darah segar yang masih membasahi keningnya. Saat itu Kimberly sadar kalau tubuh yang dia gunakan bukan tubuhnya lagi melainkan tubuh orang lain dan tubuh ini terasa lemah, tidak sekuat tubuhnya.
Eriska yang melihat pergerakan Raquel terkejut hingga mengembuskan napas lega, dia mendekati Raquel dan menatap Raquel angkuh penuh kebencian.
"Jika kau berani membuka mulutmu tentang kejadian hari ini hidupmu akan berakhir tragis, kau tidak akan mendapatkan pemakaman yang layak. Kau tahu ayahku siapa kan? Aku putri dari Steven Pienaar, jika kau tidak ingin terjadi sesuatu dengan keluargamu maka tutup mulutmu dan pergi pulang." Bibir kanan Eriska naik sebelah jelas kalau dia meremehkan Raquel sekaligus memberikan ancaman kepada Raquel sebab Raquel yang lama adalah penakut.
Kimberly mengerutkan kening, dia merasa sangat hapal dengan nama itu. Seingat Kimberly, Steven meninggal di tangannya tujuh tahun lalu karena Steven sangat jahat dan kejam.
"Keluarkan telepon kalian dan ambil beberapa foto dirinya yang menyedihkan ini, jika dia macam-macam maka sebarkan fotonya ke semua orang." Eriska juga mengeluarkan teleponnya bersiap untuk mengambil beberapa foto Raquel.
Sayangnya belum sempat mereka melakukan apa-apa Raquel sudah bergerak maju, ia dengan sangat mudah melempar teman-teman Eriska ke dinding lalu mendekati Eriska dengan tatapan tajam tidak bersahabat.
Satu langkah demi satu langkah diambil oleh Raquel dengan tangan menjuntai di ke-dua sisi, bukan hanya itu saja mata indah yang tadinya terlihat lemah dan penuh kasih sekarang melotot tanpa ada senyuman lagi di sana.
Hal itu membuat Eriska mati ketakutan, Eriska mundur dengan cepat seiring dengan langkah kaki Raquel.
"Tahun berapa sekarang?" tanya Raquel dengan nada penuh penekanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Septi Verawati
👣👣👣👣👍👍💪💪
2023-01-15
1