Betapa emosinya Eriska saat melihat Kimberly yang saat itu ada di dalam tubuh Raquel menentang dirinya. Ia tidak pernah diperlakukan seperti itu sebelumnya oleh siapa pun, bahkan guru-guru di sekolah itu pun tidak berani berbuat semena-mena walaupun mereka terkenal sangat nakal dan arogan.
"Berani-berani kau berkata seperti itu padaku!!!" ucap Eriska sambil menunjuk ke arah Kimberly yang sedang memperhatikannya.
Jari telunjuknya hampir saja mengenai hidung dari Kimberly, namun gadis itu dengan sigap menangkap jari Eriska dan menggenggamnya erat-erat. Ia merasa harus memberi pelajaran kepada gadis itu agar bisa memiliki etika yang wajar, selayaknya anak sekolah.
"Bisakah kau sedikit sopan terhadapku, HAH?!" Kimberly balas membentak Eriska dengan tatapan yang mulai mengerikan. Tatapan yang menusuk dan bisa menyiutkan nyali, hal yang berbeda dengan Raquel yang selalu pasrah saat diperlakukan oleh Tim F4.
Hal itu membuat semua orang yang ada di kelas itu menjadi terkesima. Jantung mereka seakan berhenti saat menyaksikan kejadian itu. Tidak seperti biasanya Raquel yang mereka kenal berbuat seberani itu, kecuali hari ini. Tapi tetap saja, tidak ada satu orang pun dari mereka yang berbuat sesuatu selain hanya menonton.
"Lepaskan!!" Eriska berteriak sambil menarik tangannya dengan cepat agar jari telunjuknya bisa lepas dari genggaman Kimberly.
"KAU BERANI MENANTANGKU? HAH!!!" Gadis itu berkata dengan suara nyaring tepat di depan wajah Kimberly.
Kimberly tak menjawab, ia hanya membalas menatap Eriska dengan tatapan yang tak kalah tajamnya. Ia merasa tidak perlu membuang tenaga dengan menjawab pertanyaan yang semua orang sudah mengetahui jawabannya.
"Aku tunggu di hutan setelah sekolah selesai. Datanglah jika kau punya cukup nyali untuk menghadapiku!" Kalimat yang cukup pelan dikatakan oleh Eriska dengan gigi yang menggeretak menahan amarah.
Ia sengaja mengajak Kimberly ke hutan, karena tidak ingin merusak fasilitas sekolah. Selain itu, ia pun tidak ingin dicap lebih buruk lagi oleh pihak sekolah setelah semua yang telah ia lakukan bersama teman-temannya terhadap murid-murid lain.
"Siang?! Bukankah itu telalu lama? Bagaimana kalau sekarang? Hah!?" balas Kimberly tak kalah dingin.
DEG!!!
Kalimat itu seketika membuat seisi kelas menjadi hening. Tim pengganggu F4 dan seluruh murid yang sedang menyaksikan pun hanya bisa terdiam membisu saat Kimberly yang sedang berada di dalam tubuh Raquel berkata seperti itu.
"Apa dia sudah gila? Berani-beraninya menantang Tim F4." Sayup-sayup terdengar sebuah kalimat yang baru saja diucapkan oleh salah seorang murid di kelas itu.
"Iya ya ... apa dia ingin mati?" Murid yang lain pun terdengar menimpali ucapan temannya itu, hingga suara mereka pun kini semakin ramai terdengar walau tidak begitu jelas kalimatnya.
"Bagaimana? Bukankah sekarang lebih bagus? Lebih menimbulkan sensasi yang mengasyikan 'kan?" tanya Kimberly lagi dengan nada menantang tanpa rasa takut sedikitpun.
Kalimat itu semakin membuat Eriska geram. Begitupun ketiga temannya yang saat ini sedang menatap ke arah Kimberly, mereka masing-masing sudah mengepalkan tangan ingin meninju dan memukuli Kimberly. Hingga tanpa berpikir panjang, ia mengiyakan tantangan itu dan menyanggupi bahwa pertarungan akan diadakan pagi ini, bukan nanti siang.
Mengetahui hal itu, Kimberly tersenyum kecil dalam hati. Ia tidak begitu takut dengan keempat anggota tim perusuh sekolah itu. Selain itu, ia pun tidak terlalu kaget dengan keadaan di sekolah itu, karena ia sedang berada di kelas yang buruk, yaitu kelas E.
Kelas E adalah kelas terburuk di mana bonus yang didapati tidak seperti sekolah biasa. Di kelas itu tiap bulan ada pelatihan yang seperti iblis, yaitu persaingan yang sangat memacu adrenalin. Hal ini ditunjukkan bahwa di dalam kelas E ada peraturan untuk bisa bersaing atas hal-hal yang diinginkan. Misalnya, selain dengan nilai ujian, mereka bisa melewati beberapa perlombaan seperti berenang, berlari, berkelahi, dan lain-lain, asalkan semua perlombaan itu masuk akal.
'Hmm ... aku sudah sedikit paham dengan aturan main di sekolah ini, terutama di kelas yang sedang aku tinggali,' ucap Kimberly dalam hati.
'Akan aku ikuti permainannya,' gumamnya lagi sambil bergegas keluar kelas setelah beberapa saat yang lalu tim pengganggu F4 sudah terlebih dahulu meninggalkannya.
Melihat Kimberly keluar dari kelas, para murid yang lain pun berbondong-bondong mengikutinya. Mereka penasaran dengan pertarungan itu dan ingin menjadi saksi tentang siapa yang akan keluar menjadi juara. 'Akankah berarti bagi mereka? Atau siapa pun yang menang akan berakhir sama saja?' Seperti itulah yang ada di dalam benak mereka yang ingin menonton.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka pun sampai di hutan yang berada cukup jauh dari lokasi sekolah. Di hutan, Kimberly pun terkejut karena musuhnya menjadi bertambah, bukan hanya keempat anggota F4, melainkan ada dua orang lagi. Sehingga ia terpaksa harus menghadapi enam orang sekaligus.
Penonton yang melihat hal itu langsung terkejut, mereka tak menyangka bahwa Tim F4 akan membawa dua orang tambahan untuk melawan Kimberly yang hanya seorang diri. Namun, mereka tetap antusias ingin menyaksikan pertarungan ini sampai akhir. Rasa penasaran mereka membuat pelajaran di sekolah menjadi tidak begitu penting, selain menonton adegan perkelahian di antara rekan seangkatan mereka.
Sebaliknya, Kimberly tak ingin banyak bicara, ia hanya ingin mengikuti permainan keenam orang itu. Ia ingin mengukur sejauh mana kemampuan mereka semua, kemudian mencari cara untuk melawannya.
"HEY!! Ternyata nyalimu besar juga, berani datang ke tempat ini. Aku kira mulutmu saja yang besar!" ucap Erika mulai mengintimidasi.
"Nyalimu kecil, Pengecut! Melawanku saja harus enam orang, Tcih!" balas Kimberly sambil meludah ke tanah dan menatap ke arah Erika.
"Bedebah kau, Orang Miskin!" Eriska muli terprovokasi dan emosinya mulai tersulut karena melihat Kimberly meludah di hadapannya.
"Bersiaplah kau untuk kalah dan mencuci pakaian kami semua selama satu bulan!" Eriska balik memprovokasi Kimberly agar gadis itu emosi.
Mendengar hal itu, Kimberly hanya tersenyum sambil meludah lagi. Ia sama sekali tidak gentar dengan ucapan ketua Tim F4 yang selama ini sering membuat onar di sekolah.
"Baiklah. Tapi jika kalian kalah, kalian semua harus berlutut untuk meminta maaf dan mengatakan diri kalian babi sebanyak seribu kali, bagaimana?" Kimberly dengan santai berkata sambil melihat ke arah mereka berenam.
Sontak saja hal itu membuat keenam lawannya menjadi semakin emosi. Tangan masing-masing dari mereka sudah mengepal, bersiap untuk melepaskan bogem mentah ke tubuh Kimberly. Penonton pun tak kalah terkejutnya, mereka semua tampak terkesima dengan ucapan Kimberly yang sangat berani, bahkan sampai saat ini belum pernah ada seorang pun yang berani berkata seperti itu pada Tim F4 yang menjadi dalang kerusuhan dan kekacauan di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Septi Verawati
mantap👍👍👍
2023-01-16
1